Selasa, 29 Desember 2015

Kondisi Sosial-Spritual Umat Islam Sebelum Pembebasan Al-Aqsha Era Shalahuddin

Telah kau kobarkan kepedihan terhadap nasib Baitul Maqdis, Itulah yang membuat gejolak rindumu padanya kian menjadi. Dialah rumah yang jika engkau bebaskan –dan Allah pasti melakukannya- Niscaya tidak ada satupun pintu Syam yang masih terkunci setelah itu”. (Nasihat Imaduddin Khatib kepada Shalahuddin Al-Ayyubi)
Yerusalem dalam cengkraman Pasukan Salib, 1174 Masehi.
Wafatnya Nuruddin Zanki membahakkan Bangsa Frank. Semalam suntuk mereka merayakan kematian sang Sultan yang selama hidupnya menyusahkan gerak mereka menjajah wilayah Arab. Di Yerusalem mereka berpesta, tak lupa mereka undang duta-duta raja Syiah Ubaidiyah Mesir untuk memperingati kemenangan besar mereka.
Sayang, Nuruddin sang Ksatria wafat sebelum mengantar mimbarnya ke mihrab Al-Aqsha nan terberkahi. Setelah wafatnya beliau di Damaskus, wilayah umat Islam terbelah cacah, setiap gubernur mengklaim kekuasaan, dan rentang wilayah Muslimin tercabik-cabik perpecahan. Bangsa Frank tak mau kehilangan kesempatan itu, dengan sigap mereka datangi kota-kota penting untuk merobohkannya.
“Ketika Nuruddin Zanki wafat”, tulis para Sejarawan mengabadikan peristiwa, “Para Musuh leluasa membuat onar. Bangsa Frank bertekad merobohkan kedigdayaan kota Damaskus dan merebutnya dari Umat Islam. Penguasa Muslim di sanapun lengah, sehingga setelah kalah dalam pertempuran, Umat Islam Damaskus mesti membayar pajak tinggi untuk Pasukan Salib. Ketika kabar itu sampai ke Shalahuddin, ia menasehati Umat Islam untuk bersabar sejenak dengan membayar pajak, dan mengabarkan kemenangan akan segera datang”.

Senin, 28 Desember 2015

Dari Kematian, Kita Lihat Akhir Kehidupan Seseorang

“Setiap hamba akan dibangkitkan sebagaimana keadaannya ketika wafat.” (HR. Muslim)
Menyambut gerbang kematian, sebagai takdir kehidupan dengan persiapan amal bakti yang mengiringi cara kematian itu sendiri. Apa yang terjadi saat ini, itulah yang akan dituai saat nanti mati. Hidup, kini menjadi jalan setapak yang panjang atau pendeknya tetap akan berujung di liang lahat. Bukan sekadar apa yang terjadi saat nafas masih berhembus, namun apa yang terjadi saat nafas itu berhenti. Jasad terbujur kaku dan tak ada hal lain yang terjadi kecuali bisu. Hanya amal baik yang akan menjadi sahabat karib yang membersamai hingga hari berbangkit. Namun jika bukanlah ia yang ada, niscaya hanya kepedihan dan penyesalan yang akan terasa.
Pernahkah kita saksikan seorang ahli ibadah yang meninggal dengan cara terindah? Atau pula sesosok ahli dosa yang berakhir mati dengan penuh derita? Itulah batas di mana antara celaan dan pujian terhalang sekat kokoh yang bernama kematian. Ruang henti akhir itu, sungguh tak menyisakan waktu meski sekejap saja untuk berubah. Kecuali, dengan segala amal yang terjadi sesaat saja sebelum ajal itu memanggil. Sebuah pertanggungjawaban tentang sejauh apa hidup itu digunakan untuk taat pada rabbNya dan kekuatan iman yang diuji dengan jutaan halau serta rintangan dunia.
Keikhlasan adalah cerminan sejuk yang memantul pada hati hamba yang hanya mengharap keridhaanNya. Sedang di luar itu, ada percik noda yang mesti dihilangkan dan dibasuh dengan sejuta kesungguhan untuk memangku taubat. Karna jika saja noda itu tetap melekat, niscaya dalam dada ia akan membesar hingga membuat jiwa tak sadar. Berjalan dengan cara yang tak benar serta menuju titian terjal dan sasar. Bertitel khilaf dan dengan tingkah laku jauh dari salaf. Namun, khilaf itu akan menjadi indah jika tetiba saja tersadar oleh pengakuan salah. Tapi jika khilaf itu tak berubah, sungguh hanya ujung kelam yang akan menerjang.
Al-Ghazali Rahimahumullah Ta’ala. Tersebutlah kisahnya mendekap kitab hadits tershahih setelah alquran, manakala jiwanya terlepas dari raga untuk selama-lamanya. Seorang ‘alim, faqih, cerdas nan rendah hati, cinta ilmu pengetahuan dan tak segan berbagi ilmu dan pengalaman. Kematiannya memberi sirat tanda tentang arti sebuah husnul khotimah. Menyongsong akhir hayatnya dengan cara yang paling indah.
Maka semulia apa pun hati ataupun kedudukan yang terancang dan tercitra di hadapan manusia, harapan akan pertolongan pada keistiqomahan ta’at dan iman haruslah senantiasa ditujukan pada Allah ‘Azza wa Jalla. Dialah yang menggenggam setiap jiwa dan Dialah yang menentukan segalanya. Allahu Robbi, sebanyak doa baik pada hari ini dan istighfar penuh mohon ampunan yang tercurah, moga terijabah dan menjadi bekal terindah di akhir kehidupan nanti.Namun sekejap saja, 

Boyolali Kembangkan Yumina Bumina untuk maksimalkan lahan

Untuk mencukupi pangan keluarga, sekarang ini bisa dilakukan di rumah meski dengan lahan yang sempit. Disnakkan Boyolali mulai mengenalkan sistem tumpang sari baru yang diberi nama “Yumina dan Bumina”. Sistim ini perpaduan antara kolam ikan dengan sayuran dan buah-buahan.
“Ada 11 kolam percontohan yang mulai kita kenalkan, ini kerjasama dengan Balai Penelitian Budidaya Ikan Tawar Bogor,” kata Kabid Perikanan, Naryanto, Senin (21/12).

Dijelaskan, metode Yumina Bumina sendiri, pengolahan limbah ikan tawar, dalam hal ini digunakan ikan lele, yang kemudian air kolam disalurkan ke pot-pot sayuran dan bunga melalui pipa. Air bekas kolam lele setelah dilakukan penelitian ternyata mengandung nutrisi yang bisa menjadi pupuk organik. Selain itu, dengan proses di atas air kolam akan tetap jernih, sehingga bisa memicu pertumbuhan ikan.
“Sistemnya mudah, kita hanya gunakan pompa penyedot air untuk kemudian disalurkan ke pot-pot,nutrisi yang terbawa akan tertinggal di pot dan sisa air akan kembali ke kolam,” sambung Naryanto.
Di sisi lain, peneliti dari Balai Penelitian Budidaya Ikan Tawar Bogor, Adam Saputra, mengungkapkan pihaknya sudah lama melakukan penelitian. Pengembangan Yumina Bumina sangat mudah diterapkan, menyusul tidak membutuhkan lahan yang luas. Sedangkan untuk media tanam, disarankan menggunakan akar pakis.
“Bisa juga menggunakan sabut kelapa, namun kita lebih sarankan menggunakan akar pakis,” ujar Adam.

Maksimalkan lahan , di Boyolali Kembangkan Perikanan Yumina Bumina

Untuk mencukupi pangan keluarga, sekarang ini bisa dilakukan di rumah meski dengan lahan yang sempit. Disnakkan Boyolali mulai mengenalkan sistem tumpang sari baru yang diberi nama “Yumina dan Bumina”. Sistim ini perpaduan antara kolam ikan dengan sayuran dan buah-buahan.
“Ada 11 kolam percontohan yang mulai kita kenalkan, ini kerjasama dengan Balai Penelitian Budidaya Ikan Tawar Bogor,” kata Kabid Perikanan, Naryanto, Senin (21/12).

Dijelaskan, metode Yumina Bumina sendiri, pengolahan limbah ikan tawar, dalam hal ini digunakan ikan lele, yang kemudian air kolam disalurkan ke pot-pot sayuran dan bunga melalui pipa. Air bekas kolam lele setelah dilakukan penelitian ternyata mengandung nutrisi yang bisa menjadi pupuk organik. Selain itu, dengan proses di atas air kolam akan tetap jernih, sehingga bisa memicu pertumbuhan ikan.
“Sistemnya mudah, kita hanya gunakan pompa penyedot air untuk kemudian disalurkan ke pot-pot,nutrisi yang terbawa akan tertinggal di pot dan sisa air akan kembali ke kolam,” sambung Naryanto.

Pilkada Boyolali Juara 2 Tertinggi dalam pelanggaran se-Jawa Tengah

Jumlah pelanggaran Pilkada di Boyolali tertinggi ke dua se-Jawa Tengah. Sementara untuk jumlah pelanggaran etik, yakni pelanggaran yang dilakukan oleh penyelenggara Pilkada, Boyolali malah menempati peringkat tertinggi.

Usai Rapat Pleno Penetapan Seno Samodro - Said Hidayat sebagai paslon terpilih Pilkada Boyolali 2015, Selasa (22/12/2015), Ketua Panwaslu Boyolali Narko Nugroho mengungkapkan, selama masa kampanye hingga rekapitulasi penghitungan suara, jumlah kasus pelanggaran Pilkada di Boyolali mencapai 67 kasus, baik pelanggaran administrasi, etik, dan pidana. Jumlah kasus tersebut mencatatkan Boyolali sebagai peringkat kedua jumlah pelanggaran Pilkada se-Jawa Tengah di bawah Kota Semarang.

"Jumlah kasus tersebut dihitung dari jumlah rekomendasi yang dikeluarkan, baik dari Panwascam atau Panwaslu," kata Narko.

Sementara untuk pelanggaran etik atau pelanggaran yang melibatkan penyelenggara Pilkada, meski tak menyebut jumlah pasti,  Narko mengatakan untuk jumlah jenis pelanggaran tersebut Boyolali menempati urutan tertinggi se-jawa Tengah. Dari jumlah keseluruhan kasus, sebanyak 11 kasus masuk ke Sentra Gakkumdu‎. Tiga kasus diantarannya sampai di pengadilan dengan jumlah terdakwa sebanyak 3 orang.  ‎Sementara khusus saat hari H pencoblosan, pihaknya juga mencatat ada sebanyak 28 jenis pelanggaran.

Dari 35 Kab/kota se Jateng Boyolali peringkat ke 9 dalam Penularan HIV/Aids

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali masuk peringkat kesembilan penularan HIV/AIDS tertinggi di Provinsi Jateng. Pekerjaan sopir masuk risiko tinggi paling rawan tertular penyakit mematikan tersebut.
Sekretaris Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Boyolali, Basuki, mengatakan tahun ini peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) secara nasional diketuai Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Sementara di tingkat daerah diketuai Dishubkominfo.
“Peringatan HAS di Boyolali melibatkan Organda [Organisasi Angkatan Darat] dan sopir angkutan kota dan angkudes,” ujar Basuki saat membuka acara peringatan HAS di Terminal Sunggingan, Selasa (22/12/2015).
Basuki mengatakan pekerjaan sebagai sopir masuk peringkat tujuh risiko tinggi terlular penyakit HIV/AIDS. Peringkat pertama sudah pasti paling berisiko tertular adalah pekerja seks komersial (PSK).
“Berdasarkan teori ada tiga kategori yang mempunyai risiko tinggi penyakit mematikan itu yakni 3 M [Men, Mobile, dan Money]. Laki-laki paling paling mendominasi tertular penyakit itu,” kata Basuki.
Basuki mengatakan dari data KPA Provinsi Jateng dari 35 kabupaten/kota di Jateng, Boyolali masuk peringkat sembilan tertinggi kasus HIV/AIDS dengan jumlah 81 kasus. Perinciannya 44 kasus HIV dan 37 AIDS data Januari-September 2015. Pekerja sopir paling banyak mendominasi tertularnya penyakit mematikan itu.
“Kami sudah berusaha keras meminta agar pengusaha bus, angkudes, dan angkutan kota memberi pemahaman kepada sopirnya agar tidak sembarangan ‘jajan’ di pinggir jalan,” kata dia.
Sementara itu, Sekretaris KPA Boyolali, Titik Sumartini, mengatakan jumlah penderita HIV/AIDS di Boyolali mulai 2005-2015 sebanyak 270 kasus. Dari jumlah itu sebanyak 74 orang meninggal dunia.
“Kami selalu berusaha menekan angka kasus HIV/AID di Boyolali dengan menggelar sosialisasi dari tingkat kota hingga desa,” ujar Titik.
KPA Boyolali, kata dia, tidak membuat tempat khusus untuk menampung semua penderita HIV/AIDS karena dikhawatirkan justru akan menimbulkan stigma negatif di masyarakat. Ia mengaku sampai sejauh ini masyarakat Boyolali dalam pemahami kasus HIV/AIDS sudah sangat baik sehingga tidak sampai ada kasus penderita HIV/AIDS dikucilkan oleh masyarakat seperti yang terjadi di Solo.
“Sebanyak puluhan sopir mengikuti tes HIV dan VCT [Voluntary Counseling Test] hasilnya untuk sementara negatif,” ujar Titik.

Solopos

Selfie deket Sapi Ndekem Boyolali, Helm di curi

Komplek perkantoran terpadu Setda Boyolali kembali menjadi incaran pelaku tindak kriminal. Pelaku mengincar motor dan helm pengunjung yang sedang asyik berselfie di depan Gedung Lembu Suro atau Sapi Dhekem.
Sriyanti (25) warga Rejosari, Desa Cabean Kunti, Cepogo, Boyolali bersama dua adiknya mendatangi Pospam Pengamanan Natal dan Tahun Baru di Komplek Alun-alun, Boyolali. Kepada petugas, Sri mengaku telah kehilangan helm. Helm tersebut ditaruh di motor yang diparkir di halaman gedung Setda, atau barat gedung Sapi Dhekem.
“Tidak menyangka ada yang mengambil, saya kira aman, maka terus saya tinggal selfie di gedung sapi,” kata Sriyanti, Senin (28/12).
Kapolsek Mojosongo AKP Suwanto, mengakui lingkungan komplek Setda saat ini menjadi ruang publik. Namun untuk keamanan, diakui masih sangat kurang. Polsek sendiri tidak mungkin melakukan patroli di Komplek Setda selama 24 jam.

“Kita tetap lakukan patroli, namun kan wilayah Mojosongo sangat luas,” ujar Suwanto.
Untuk itu, pihaknya mengimbau kepada pengunjung agar lebih waspada dan tidak meninggalkan motor begitu saja. Pengunjung juga diminta untuk mengawasi barang bawaan mereka.
“Intinya tetap harus menjaga keamanan masing-masing, kejahatan bisa mengintai dimanapun kita berada,” tandasnya.
Selain pencurian helm, menurut informasi yang berkembang, belum  lama ini salah seorang pengunjung juga kehilangan motornya saat ditinggal selfie. Motor diparkir di pinggir jalan dan menurut informasi diangkut mobil bak terbuka yang dikira petugas.

Jumat, 13 November 2015

Jalan Sehat Keluarga Ceria dan Hiburan Rakyat Semarakkan MUSDA 4 PKS Boyolali

Boyolali (13/11) - Hadiah senilai total lebih dari 10 juta rupiah telah disediakan panitia Jalan Sehat Keluarga Ceria yang akan diselenggarakan hari Ahad yang akan datang (15/11). Hadiah utama berupa 2 sepeda gunung, 2 mesin cuci, 3 DVD player, 4 Kompor gas, dan 5 kipas angin, dan puluhan hadiah hiburan lainnya siap dibagikan kepada peserta Jalan sehat yang beruntung.

Event ini adalah acara pendamping MUSDA 4 PKS Boyolali yang akan diselenggarakan pada hari yang sama. 
Start dan finish di gedung markaz DPD PKS Boyolali, acara Jalan sehat ini akan dimulai pada pukul 06.00 wib dan pemberangkatan akan dibuka langsung oleh Ketua DPD PKS Boyolali, H. Syaifudin, S.Si.

Selain Jalan Sehat Keluarga Ceria, rangkaian acara pendamping MUSDA 4 PKS Boyolali pada Ahad pagi besok adalah panggung hiburan/ nasyid, cek kesehatan gratis, games keluarga ceria, lomba mewarnai Paud dan TK, pemberian Santunan/beasiswa, dll.

Semua acara ini GRATIS! Jadi, jangan ragu ajak sahabat, saudara, dan keluarga untuk hadir dan menyemarakkan acaranya ya!

Badan sehat, hati ceria dan gembira, pulang membawa hadiah keren dan menarik! Mantap kan?! (MDH)
sumber : PKSBOY

Minggu, 18 Oktober 2015

Kun Anta - Humood Alkhudher | (Automat!on Cover)



Inilah lagu populer yang dinyanyikan khumood Al khudair, yang dinyanyikan oleh Automation, artinya sangat bagus

Senin, 28 September 2015

OPINI: Menindas PNS “Kendil” oleh Bramastia

Mobilisasi birokrasi menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) Boyolali sangat masif terjadi. Para pegawai negeri sipil (PNS) yang menjadi abdi negara hampir tidak kuasa menolak, tatkala intervensi politik menindas dirinya. Ketakutan PNS Boyolali yang berlebihan ini justru dimanfaatkan kekuatan politik tertentu untuk menuju puncak kekuasaan. PNS Boyolali bagaikan kerbau dicocok hidungnya dan tidak kuasa berbuat apapun.

Ini adalah fakta politisi Boyolali yang tidak memberi contoh baik, tetapi justru turut mengarahkan, mengendalikan sekaligus mengelola PNS dengan cara salah. Penguasa Boyolali justru memanfaatkan birokrasi dan menjadikan sebagai bemper aman demi melanggengkan kuasanya. Akibatnya, PNS menjadi bola sepak yang bukan lagi mengabdi kepada Negara, tetapi mengabdi pada kekuasaan yang mau memberikan jabatan kepada dirinya.

Terjadinya relasi kekuasaan dalam birokrasi menunjukkan konsentrasi dalam rangka mempertahankan posisi elite melalui manipulasi dan rekayasa terselubung. Elite birokrasi tanpa disengaja terus-menerus mereproduksi kesenjangan sosial antara bawahan dan struktur kepemimpinan. Proses reproduksi kesenjangan sosial ini dilakukan PNS Boyolali untuk melanggengkan kekuasaan tanpa menghiraukan sisi martabat dan harga diri sebagai birokrasi.


PNS Lemah

Mengapa demikian? Ternyata PNS Boyolali banyak yang tidak paham regulasi atas posisi dirinya sebagai abdi Negara. Akibat ketidakpahaman regulasi, PNS Boyolali mudah dibodohi penguasa. Para PNS Boyolali mudah di-design menjadi “robot” kekuasaan tanpa memperhitungkan aspek netralitas dan profesionalisme sebagai abdi Negara. Akibat budaya “malas” PNS Boyolali untuk belajar aturan, membuat dirinya mudah dijadikan barang mainan kekuasaan.

Kedua, kecilnya “nyali” para PNS Boyolali. Menurut penulis, mayoritas PNS di Boyolali boleh dibilang bernyali kecil dan kerdil. Bayangkan saja, PNS dimutasi tidak sesuai dengan bidang ilmu dan keahlian hanya diam saja. Hampir tidak ada protes atau tindakan perlawanan hukum sebagai wujud ketidakadilan penguasa kepada birokrasi. Ciutnya nyali PNS Boyolali justru dimanfaatkan para penguasa untuk bisa berbuat semena-mena. Barangkali, penguasa Boyolali tertawa melihat PNS Boyolali kehilangan nyali.

Ketiga, minimnya solidaritas sesama PNS di Boyolali. Kalau mau jujur, para PNS Boyolali saat ini sangat egois. PNS Boyolali tidak pernah menengok ke kanan dan ke kiri untuk melihat teman sejawatnya. PNS Boyolali mayoritas hanya mencari cara selamat untuk dirinya masing-masing dan hampir minim solidaritas sesama birokrasi. Akibatnya, PNS mudah dipecah belah kekuasaan yang memanfaatkan birokrasi sebagai alat kekuasaan semata.

Keempat, PNS Boyolali banyak yang ambisi jabatan. Besarnya syahwat birokrasi untuk mendapatkan jabatan struktural, telah membuat PNS di Boyolali lupa diri. Para PNS Boyolali lupa tentang hakikatnya sebagai abdi negara, tetapi kini sudah terjerumus dalam lubang kekuasaan. Ambisi besar untuk mendapatkan kekuasaan, mengakibatkan PNS Boyolali berlomba-lomba menggadaikan harkat dan martabat sebagai aparatur negara.

Kelima, lemahnya organisasi Korpri Boyolali. Organisasi birokrasi yang bernama Korps Pegawai Negeri (Korpri) tidak mampu memainkan perannya di Boyolali. Korpri Boyolali tidak bisa diharapkan menjadi tempat berlindung bagi PNS yang menjadi korban kekuasaan arogan. Lebih menyedihkan lagi, Korpri Boyolali kini mati suri karena digantikan paguyuban PNS pendukung penguasa yang tidak jelas bentuknya.

PNS Kendil

Menurut penulis, fenomena birokrasi Boyolali layak disebut birokrasi ”Kendil”. Makna birokrasi ”kendil” artinya sama dengan PNS yang hanya memikirkan perut atau hanya kepentingan pribadinya. Keterbatasan pengetahuan, akses dan jaringan birokrasi Boyolali mencetak PNS kendil yang melahirkan watak kapitalis birokrat. Watak PNS ini selalu menggunakan kekuasaan untuk mendapatkan sumber daya demi kepentingan pribadinya.

Kelemahan PNS kendil Boyolali tampak dimanfaatkan pihak sang penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya. Tanpa disadarinya, penguasa paham beberapa titik lemah PNS kendil Boyolali dan kemudian diperalatnya untuk melakukan apapun. Titik lemah utama karena PNS kendil ini takut tidak mendapatkan jabatan dalam pemerintahan.

Tingginya syahwat PNS kendil yang ingin menjabat di pemerintah, membuat penguasa mudah memainkan perintahnya. Apapun yang diperintahkan penguasa, pasti dilakukan para PNS kendil Boyolali karena pasti diiming-imingi jabatan.

Kedua, PNS kendil Boyolali takut kalau di mutasi ke tempat kerja yang jauh. Rasa tidak percaya diri PNS kendil Boyolali dimanfaatkan penguasa agar tunduk atas perintahnya. Kalau PNS kendil Boyolali tidak mau tunduk, maka akan dimutasi penguasa ke tempat yang jauh. Hanya dengan ancaman saja, PNS kendil Boyolali tidak berkutik dan langsung tunduk dengan kekuasaan. Padahal, semakin takut justru membuat penguasa semakin kencang menekan, menindas dan mengancam para PNS kendil Boyolali.

Ketiga, PNS kendil Boyolali ini hanya mengabdi kepada kekuasaan. Mengingat PNS Boyolali sudah tunduk dan takluk dengan kekuasaan, maka tanpa disadari sang penguasa semakin arogan. PNS kendil Boyolali hanya dijadikan ajang bulan-bulanan dan tempat pemerasan. Birokrasi Boyolali kini sudah kehilangan harga diri sebagai abdi negara, tetapi berubah menjadi abdinya penguasa. Pada titik ini, PNS kendil Boyolali sangat mudah untuk dijadikan mesin politik meraup suara.

Kalau mau sadar diri, ketidakberdayaan PNS kendil Boyolali hanya dimanfaatkan untuk melakukan mobilisasi birokrasi. Alangkah rendahnya harkat dan martabat PNS kendil Boyolali tatkala mau di suruh berkumpul, iuran dan menjadi alat politik kekuasaan. Akibat rendahnya harga diri PNS kendil Boyolali ini, tanpa disadari justru penguasa mengeksploitasi hingga habis-habisan. Lebih mengerikan lagi, kedepan dan lambat laun PNS kendil Boyolali ini pasti akan mendapatkan ancaman dan penidasan apabila sedikit ada kesalahan.

Rakyat Boyolali harus maklum, bahwa PNS kendil Boyolali ini nyalinya tidak sebesar PNS kota Tegal yang berani melawan kekuasaan yang zalim. Pada saat Walikota Tegal menerbitkan SK non-job ke para PNS tanpa ada dasar, mereka  tegas berani menolak. Bahkan, para PNS kota Tegal berani menduduki pendapa Balaikota dengan memasang spanduk penolakan pemerintahan dengan pemimpin zalim dan arogan.

Apalagi kalau dibandingkan PNS Kabupaten Temanggung yang begitu berani dan lantang berorasi untuk menurunkan Bupati arogan. Para PNS Temanggung pada waktu itu berani membuat posko perjuangan untuk melawan arogansi Bupatinya. Hebatnya lagi, PNS Temanggung saat itu tidak bersedia menerima iming-iming jabatan baru karena pertimbangan hati nurani. Para PNS Temanggung sadar diri bahwa prosedur mutasi yang tidak benar akan semakin memperkeruh suasana dan menjatuhkan harga diri sebagai abdi negara.

Akibat ketidakjelasan sikap birokrasi ini, wajar bila PNS kendil Boyolali menjadi arena bulan-bulanan kekuasaan. Kalau PNS kendil Boyolali mudah untuk di suruh iuran, maka diperas saja sekalian. Kalau PNS kendil Boyolali mudah dipolitisasi, maka harus digerakkan. Demikian juga kalau PNS kendil Boyolali sudah nyaman di bawah ancaman, lebih baik di tindas sekalian. Bukankah nyaman begitu PNS kendil Boyolali?.

Rabu, 12 Agustus 2015

Inilah Profil lengkap Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman


Mohamad Sohibul Iman, lahir di Tasikmalaya, 5 Oktober 1965. Mulai aktif berorganisasi sejak duduk dibangku SD, SMP dan SMA, bahkan hingga perguruan tinggi. Sohibul Iman memulai keaktifan organisasinya di pramuka dan OSIS. Pada masa kuliah, Sohibul Iman aktif di organisasi seputar pendidikan dan profesi baik di dalam maupun luar negeri.

Pria yang akrab disapa Sohibul Iman ini sempat kuliah di IPB, Bogor, Jawa Barat. Namun, pada 1987 Sohibul Iman hijrah ke Tokyo, Jepang, untuk menyelesaikan pendidikan S1, S2, dan S3 dengan program beasiswa penuh.

Sebelum terjun ke dunia politik, bapak dari tiga putra dan dua putri ini bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). 

Di dunia pendidikan, Sohibul Iman pun aktif sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi. Bahkan, Sohibul Iman pernah menjadi rektor di Universitas Paramadina, Jakarta.

Awal terjun di dunia politik, Sohibul Iman bergabung dengan Partai Keadilan (PK) pada 1998. Saat itu, Sohibul Iman diamanahi sebagai Ketua Departemen Ilmu Pengetahun dan Teknologi - Lingkungan Hidup (IPTEK-LH) Dewan Pengurus Pusat (DPP) PK. Setelah itu, pada 2005 hingga 2010 diamanahi sebagai Ketua Bidang Ekonomi, Keuangan, Industri, dan Teknologi (Ekuintek) DPP PKS. Pada 2010 hingga 2015, Sohibul Iman diamanahi sebagai anggota Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) PKS. Selain itu, Sohibul Iman juga diamanahi sebagai anggota Majelis Syuro PKS periode 2005-2010 dan 2010-2015.

Di parlemen, Sohibul Iman mulai menjalankan amanah sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014 dari daerah pemilihan (Dapil) DKI Jakarta 2, yang meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan luar negeri. Di tengah perjalanan sebagai anggota DPR, pada 2013-2014 Sohibul Iman diamanahkan sebagai Wakil Ketua DPR RI yang menggantikan Anis Matta, yang saat itu terpilih sebagai Presiden PKS. Kemudian, di periode kedua, yakni 2014 Sohibul Iman kembali terpilih sebagai anggota DPR dari Dapil Jabar 11 yang meliputi Kota/Kabupaten Tasikmalaya dan Garut.

Di awal pengabdiannya sebagai anggota DPR, Sohibul Iman diamanahkan sebagai Wakil Ketua Komisi XI yang menbidangi keuangan, perbankan, dan perencanaan pembangunan. Pada 2010 hingga 2011, diamanahkan sebagai anggota Komisi VII yang membidangi Energi IPTEK dan LH.

Pada 2011 hingga 2012, Sohibul Iman dipindahkan ke Komisi yang membidangi industri, perdagangan, KUKM, dan BUMN, yakni Komisi VI. Di saat yang bersamaan, Sohibul Iman juga diamanahkan sebagai anggota Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI. Pada 2013 hingga 2014, Sohibul Iman kembali diamanahkan sebagai anggota Komisi XI. Di periode 2014 sampai dengan sekarang, Sohibul Iman mendapatkan amanah sebagai Wakil Ketua Komisi X yang membidangi pendidikan, kebudayaan, pemuda, olahraga, kesenian dan pariwisata.

Selama periode pertama, Sohibul Iman juga berkiprah di beberapa Panitia Kerja (Panja) dan Panitia Khusus (Pansus), baik terkait legislasi, anggaran, maupun pengawasan. Selain itu, di MPR RI Sohibul Iman juga diamanahi sebagai anggota Tim Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan dan Tim Kajian Sistem Ketatanegaraan.

Kini, tepatnya pada 10 Agustus 2015, Allah menakdirkan Sohibul Iman sebagai Presiden PKS menggantikan Anis Matta. Sohibul Iman terpilih sebagai Presiden PKS berdasarkan hasil musyawarah Majelis Syuro PKS yang digelar di Kota Bandung, Jawa Barat.

Presiden PKS yang juga aktif dalam dijejaring sosial media Twitter dengan akun @msi_sohibuliman ini, merupakan presiden keenam yang dimiliki PKS sejak bernama PK. Pertama Nur Mahmudi Ismail, lalu Hidayat Nur Wahid, dilanjutkan dengan Tifatul Sembiring, Luthfi Hasan Ishaaq, dan Anis Matta.

Rabu, 29 Juli 2015

Cegah Kebakaran, Pendaki Merbabu Dilarang buat Perapian

Masyarakat Peduli Api Pangudi Nitising Dahana Hargo Merbabu (MPA Pandhu) Getasan, Kabupaten Semarang melarang para pendaki Gunung Merbabu membuat perapian. Larangan ini untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran di kawasan hutan Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGM).


Koordinator MPA Pandhu Getasan, Kabupaten Semarang, Agus Surolawe menyatakan, pada musim kemarau ini kondisi hutan Gunung Merbabu banyak terdapat sabana, rumput, dan pohon kering yang mudah terbakar. Para pendaki diminta untuk menaati aturan pendakian dan tidak melakukan aktivitas yang bisa menyebabkan kebakaran.

“Pendaki Merbabu harus menaati aturan. Jangan sekali-kali membuang puntung rokok dan meninggalkan bara api yang masih menyala saat mendaki (perapian) Ini demi kelestarian Gunung Merbabu dan keselamatan para pendaki sendiri,” tandas Agus Surolawe kepada wartawan, Rabu
(29/07/2015).

Kriminal Boyolali : Tiga Pelaku Pencuri Sepeda Motor Nyaris Dibakar Warga

iga tersangka pelaku perampokan berhasil ditangkap warga saat melarikan sebuah sepeda motor di rumah sakit (RS) Al Hidayah, Kragilan Kecamatan Mojosongo.
Tiga tersangka yang akhirnya diketahui sering beroperasi dengan tak segan menganiaya korbannya itu, nyaris dibakar massa.
Saat ini ketiganya sudah ditahan di Mapolsek Mojosongo untuk pengembangan lebih lanjut, Rabu (29/7/2015) .

Ketiga tersangka yakni Agung Hidayat (22), Tri Murdiyanto (26), dan Gilang Eko Asmoro (17), ketiganya warga Semarang.

Nama-nama Lengkap Calon Kepala Daerah Se-Riau untuk Pilkada Serentak 2015

Pendaftaran bakal calon kepala daerah sudah ditutup Selasa (28/7/2015) kemaren. Sedikitnya ada 25 nama tampil dalam ajang perebutan posisi orang nomor satu dan dua di 9 kabupaten dan kota se-Riau.

Dan hampir semua incumbent maju pada Pilkada kali ini seperti Yopi Arianto, Hafith Syukri, Herliyan Saleh, Suyatno, Irwan Nasir, Syamsuar dan Alfedri serta HM Harris. Dan dari 25 nama tersebut hanya satu yang berasal dari calon independen yaitu Anris - Sakti yang maju di Pilkada Dumai dengan membawa 22.338 dukungan.


25 nama yang masuk ini merupakan mereka yang mendaftar hingga hari penutupan, namun apakah akan lolos sebagai calon akan ditentukan pada tahapan berikutnya yang dilakukan KPU. Dan mulai hari ini, 25 calon yang mendaftar tersebut, akan menjalani test kesehatan.


Berikut daftar nama calon yang akan maju di 9 kabupaten dan kota se-Riau:

Pelalawan:

1· HM Harris - Zardewan yang diusung Partai Golkar, PAN, PKB, PKS, Nasdem, PBB, Gerindra dan PPP
2· Zukri Misran - Anas Badrun diusung PDIP, Demokrat dan Hanura.

Siak:

1· Syamsuar- Alfedri diusung Partai Golkar, PAN, Hanura, PKS,Nasdem, dan PKPI.
2· Suhartono - Syahrul diusung PDIP, Gerindra, PBB, PKB, PPP dan Demokrat.

Bengkalis:

1· Herliyan Saleh - Riza Fahlefi diusung PAN, Gerindra dan Hanura.
2· Amril Mukminin - Muhammad diusung PKS, PKPI, PKB, PBB, Nasdem dan PPP.
3· Sulaiman Zakaria - Charis Putra yang diusung PDIP dan Demokrat.

Kepulauan Meranti:

1· Irwan Nasir - Said Hasyim yang diusung PPP, PAN, Demokrat, Gerindra, Golkar, PKB, PBB dan PKS.
2· Tengku Mustafa - Amyurlis yang diusung PDIP dan Hanura.

Rokan Hilir:

1· Suyatno - Jamiludin diusung PDIP, PKPI, Hanura, PBB dan PPP.
2· Wan Syamsir Yus - Helmi Yasid dari Partai Golkar.
3· Herman Sani - Team Pratama diusung PKB, PAN dan PKS.

Rokan Hulu:

1· Hafith Syukri - Nasrul Hadi diusung Partai Demokrat, PKS, PKB dan PPP.
2· Syafrudin Poti - Erizal diusung PDIP dan PAN.
3· Suparman - Sukiman diusung Gerindra, Hanura, Nasdem dan Partai Golkar.

Kuantan Singingi:

1· Indra Putra - Komperensi diusung Partai Nasdem, PAN, Demokrat, Hanura, Golkar dan PPP.
2· Mursini-Halim diusung Partai Gerindra dan PDIP.
3· Mardjan Ustha - Muslim diusung PBB, PKB dan PKPI.

Indragiri Hulu:

1· Yopi Arianto - Khairizal diusung PDIP, PKS, PKPI dan PAN.
2· Tengku Mukhtarudin-Aminah Susilo diusung Partai Demokrat, Gerindra dan Hanura.

Dumai:

1. Abdul Kasim - Nuraini diusung PAN, PBB, dan PKPI.
2. Zulkifli AS - Eko Suharto diusung Nasdem, Demokrat, PKB, PPP dan Gerindra.
3. Agus Widayat - Maman Sufriyadi diusung PDIP dan Hanura.
4. Muhammad Ikhsan - Yanti Komala diusung Partai Golkar dan PKS.
5. Anris - Sakti dari calon independen.

Goriau 

Daftar Lengkap Calon Kepala daerah se-Jatim dalam pilkada serentak tahun 2015

Hingga ditutupnya pendaftaran Pilkada serentak tahap pertama, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur merekapitulasi 45 bakal calon pasangan kepala daerah yang mendaftar di 19 daerah di Jawa Timur.
"Hingga hari terakhir pukul 16.00 WIB, dari 19 daerah penyelenggara Pilkada serentak, total 45 bakal pasangan yang mendaftar," tutur Komisioner KPU Jatim Choirul Anam, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (28/7/2015).

‎Choirul mengatakan masa pendaftaran calon kepala daerah telah digelar 3 hari di 19 KPU setempat, tepatnya sejak 26-28 Juli 2015.

Khusus di 3 daerah akan diperpanjang masa pendaftarannya mulai Rabu 29-31 Juli 2015. 3 Daerah tersebut adalah Kota Surabaya hingga batas akhir penutupan hanya 1 yang mendaftar, yakni pasangan petahana Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana (PDIP).‎


Kabupaten Blitar juga masih 1 pasangan yakni Rijanto (petahana wabup)-Marhaenis dari PDIP dan Gerindra. "Indartato (petahana bupati)-Yudi Sumbogo dari Partai Demokrat untuk Kabupaten Pacitan," pungkas Choirul. 

Berikut bakal calon pasangan yang sudah mendaftar;

Kabupaten Trenggalek ada 2 bakal bakal calon pasangan, yakni Kholiq-Priyo Handoko yang diusung PKB dan Emil Elestianto-Mochammad Nur Arifin yang didukung PDIP, Demokrat, Golkar, Gerindra dan PAN.

Kabupaten Sidoarjo ada 4 pasangan, yakni pasangan Hadi Soecipto-Abdul Kholik yang didukung PDIP, Nasdem, Demokrat dan PBB. Saiful Illah-Nur Achmad Syaifuddin didukung PKB, dan pasangan Utsman Ikhsan-Ida Astuti yang didukung Gerindra dan PKS, serta pasangan Warih Andono-Imam Sugiri dari Partai Golkar dan PAN.

Kabupaten Ngawi 2 pasangan, yakni petahana Budi Sulistiyono-Ony Anwar yang didukung PDIP, Golkar, Gerindra, PKS, PKB, Nasdem, PAN, Hanura dan Demokrat, dan Agus Bandono-Adi Susila dari jalur independen.

Kota Pasuruan diikuti 3 pasangan, yakni Yus Samsul Hadi Subakir-Agus Wibowo dari perseorangan, Setiyono-Raharto Teno Prasetyo dari PDIP, Golkar, PAN, Gerindra dan PPP, dan Hasani-M Yasin yang didukung PKB, Hanura, PKS dan Nasdem.

Kabupaten Lamongan ada 3 pasangan, masing-masing Fadeli-Kartika Hidayati yang didukung Demokrat, PKB, PDIP, PAN, Golkar, Gerindra, PKS, Hanura. Mujianto-Sueb dari perseorangan, dan Nur Salim-Edy Wijaya yang juga dari perseorangan.

Kota Blitar ada 4 pasangan, yakni Samanhudi Anwar-Santoso dari PDIP, Mochsin-Dwi Sumardianto dari perseorangan. Dari Kabupaten Jember yaitu Sugiarto-Dwi Koryanto didukung Gerindra, PKB, PKS, Golkar, PPP, dan Demokrat, dan Faida-Muqid Arif yang didukung Nasdem, PDIP, Hanura dan PAN.

Kabupaten Malang yakni Nur Cholis-Muhammad Mufidz dari perseorangan, Rendra Kresna-M Sanusi dari Golkar, PKB, Nasdem, Demokrat dan Gerindra, serta Dewanti Rumpoko-Masrifah Hadi dari PDIP.

Kabupaten Ponorogo ada 4 pasangan tanpa petahana, masing-masing Misranto-Isnen dari perseorangan, Sugiri Sancoko-Sukirno dari Golkar, Demokrat, PKS, Hanura. Pasangan Ipong Muchlissoni-Soedjarno dari Gerindra, PAN, Nasdem, dan Amin-Agus Widodo dari PKB dan PDIP.

Kabupaten Situbondo Abdullah Faqih Ghufron-Untung dari PDIP dan Demokrat, Abdul Hamid Wahid-Achmad Fadil Muzakki Syah dari PPP dan Gerindra, dan Dadang Wigiarto-Yoyok Mulyadi dari PKB.

Kabupaten Mojokerto yakni Mustofa Kamal Pasa-Pungkasiadi dari PDIP, Demokrat, PAN, PKS, Gerindra, Golkar, Nasdem, Misnan-Rahma Sofiana dari perseorangan dan Choirun Nisa-Arifudinsyah dari PKB, PPP, PBB dan Hanura.

Kabupaten Sumenep yaitu Busyro Karim-Achmad Fauzi dari PKB dan PDIP, Zainal Abidin-Dewi Khalifah dari PAN, Gerindra, Golkar, PPP, PBB, Demokrat, Hanura dan PKS.

Kabupaten Kediri Ari Purnomo Adi-Arifin dari Gerindra dan PAN, dan Hariyanti Sutrisno-Masykuri dari PDIP, Golkar, Demokrat, PKB, PBB dan PPP.

Kabupaten Banyuwangi yakni pasangan petahana Abdullah Azwar Anas-Yusuf Widiatmoko dari PDIP, Gerindra, Nasdem, PKS, PAN, PKB, dan Sumantri Soedomo-Sigit Wahyuwidodo dari Golkar dan Hanura.

Kabupaten Tuban yaitu Zakky Mahbub-Dwi Susiantin Budiarti dari perseorangan, dan petahana Fathul Huda-Noor Nahar Hussein dari PKB, PKS, PAN, PDIP, Gerindra, Nasdem, Hanura dan Demokrat.

Kabupaten Gresik yaitu Husnul Huluq-Ahmad Rubai dari PDIP, PAN, Gerindra, Sambari-Qosim dari PKB dan Demokrat, serta Nur Hamim-Junaidi dari Golkar.

liputan 6

Rabu, 22 Juli 2015

Tolikara, Ciketing dan Wajah Busuk Media Utama

Tolikara mengingatkan kita pada sebuah kampung di pojok Kota Bekasi bernama Ciketing Asem. Keduanya dilanda tragedi kekerasan pada waktu Idul Fitri. Namun, reaksi media terhadap kedua peristiwa itu bertolak belakang yang semakin menunjukkan betapa busuknya wajah sebagian besar media arus utama kita.
Lima tahun lalu, saat umat Islam merayakan Hari Kemenangan, kaum Muslim di Ciketing Asem justru bersimbah darah setelah aksi provokasi jemaat HKBP. Seketika itu juga dunia internasional menyoroti Ciketing Asem.
Berbagai media (cetak dan elektronik), baik dalam maupun luar negeri, kompak mengangkat peristiwa itu dengan satu angel yang seragam: kebebasan beribadah.

 Judul kemudian dibuat beragam. Beberapa di antaranya: Pemkot Bekasi Diminta Berikan Izin Ibadah untuk jemaat HKBP (detik), Romo Benny: Negara Tidak Boleh Kalah oleh Pelaku Kekerasan (detik), Indonesia, Belajarlah Toleransi (kompas), Kebebasan Beragama Belum Terjamin (kompas), Ada Pertemuan sebelum Penusukan (kompas), Kebebasan Beribadah Terancam (Media Indonesia), KWI: Gejala Intoleransi Terjadi (kompas), Sukur Nababan: Ini Tindakan Biadab, (kompas), Jemaat HKBP Ditusuk saat akan Beribadah (Koran Tempo), Christian Worshippers Attacked in Indonesia (New York Times/Associated Press).
Nada pemberitaan mereka seperti sudah diatur layaknya paduan suara yang menyanyikan lagu Kebebasan Beragama dengan syair yang menyudutkan umat Islam.
Padahal, fakta sesungguhnya tidaklah demikian. Tertusuknya jemaat HKBP akibat provokasi mereka yang berjalan kaki sejauh 2-3 Km untuk beribadah, dengan melewati rumah-rumah penduduk sambil bernyanyi kidung rohani.

Benturan tak terhindarkan. Tak cuma jemaat HKBP yang jadi korban, warga Ciketing Asem pun terluka. Insiden Cikeas terjadi karena bandelnya jemaat HKBP yang tidak mematuhi instruksi Pemkot Bekasi untuk tidak beribadah di Ciketing Asem. Tapi media tak mau tahu. Fakta itu mereka endapkan. Yang ditampilkan hanya akibat. Maka muncullah berita-berita yang memojokkan umat Islam.
Tahun ini, saat umat Islam memekikkan takbir kemenangan di Hari Idul Fitri, nun jauh di Tolikara Papua aksi kekerasan kembali terjadi. Kaum Muslim yang hendak sholat ied diserang jamaah teroris GIDI (Gereja Injil Di Indonesia). Tak cuma itu, mereka juga membakar tempat ibadah umat Islam di sana. Lalu bagaimana media arus utama memberitakannya?
Mari kita cermati pemberitaan Kompas online. Berikut beberapa judul mereka:
1. Situasi Karubaga Berangsur Kondusif, Polisi Selidiki Pemicu Kerusuhan
2. Pembakaran Rumah Ibadah Melanggar Norma Adat Papua.
3. MUI Minta Umat Islam di Tolikara Menahan Diri
4. Belasan Kios dan Rumah Warga Hangus Dibakar Massa Tak Dikenal.

Lain halnya dengan Metro TV Online. Awalnya mereka memberitakan peristiwa tersebut dengan judul: Saat Takbir Pertama, Sekelompok Orang Datang dan Lempari Musholla di Tolikara. Lalu judul diubah menjadi Amuk Massa di Tolikara.
Kita juga masih ingat dengan tragedi Monas 1 Juni 2008. Pola pemberitaan media memang cenderung homogen saat terjadi peristiwa semacam Monas dan Ciketing Asem, juga terorisme. Benang merahnya: mereka kompak memberitakan setiap kejadian yang berpotensi menyudutkan umat Islam; tentang keberagamaan (pluralitas), kebebasan, radikalisme, dsb.
Biasanya, mereka selalu menutupi akar masalah; kerap memblow up akibat, bukan sebab. Insiden Monas, misalnya, diberitakan sebagai aksi kekerasan umat Islam terhadap AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan). Islam pun diopinikan sebagai antikebhinekaan, mengingat saat peristiwa terjadi bertepatan dengan Hari Pancasila. Padahal, bentrokan antara FPI dan AAKBB disebabkan oleh provokasi AKKBB. Tapi media tak mau tahu. Fakta itu mereka sisihkan, dan hanya memberitakan aksi kekerasan FPI.
Keesokan harinya, Koran Tempo menampilkan foto headline saat Munarman, tokoh FPI, sedang “mencekik” seorang laki-laki “yang ditulis mereka sebagai anggota AKKBB“, untuk memberikan efek dramatis aksi kekerasan FPI. Ternyata, fakta yang sesungguhnya tidak demikian. Munarman justru sedang berusaha mencegah anggota FPI melakukan serangan kepada anggota AKKBB.
Kita memang tak bisa menuntut banyak kepada mereka untuk bersikap adil terhadap umat Islam. Namun kita kerap dibuat geram oleh ulah mereka. Media arus utama kita semakin koruptif saat memberitakan isu keumatan. Dan semakin hari, wajah media semacam detik, kompas dan metro kian membusuk, menyebarkan bau tak sedap tentang Islam ke publik. Baunya bertambah menyengat di masa kini, saat negeri ini dipimpin oleh seorang presiden yang secara massif justru dicitrakan positif oleh media busuk semacam mereka.

Erwyn Kurniawan

Selasa, 07 Juli 2015

Hidayat Nur Wahid: MPR Usulkan Kasman Singodimedjo Jadi Pahlawan Nasional


Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengusulkan Kasman Singodimedjo untuk mendapat gelar pahlawan nasional. Hidayat menilai Kasman Singodimedjo sebagai sosok yang berperan dalam merumuskan konsep konstitusi Negara.
“Saya sudah mengusulkan Kasman Singodimedjo mendapatkan gelar pahlawan nasional. MPR mendorong tokoh-tokoh yang berjasa dalam sejarah pembentukan bangsa mendapat gelar pahlawan nasional,” kata Hidayat dalam keterangan tertulis, Selasa (7/7/2015).


Hidayat menjelaskan, Kasman Singodimedjo adalah Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang menjadi cikal bakal Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Ia adalah lulusan Rechtshogeschool yang namanya banyak disebut dalam sejarah Indonesia. Selain Ketua Jong Islamiten Bond, lanjut Hidayat, Kasman Singodimedjo adalah anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Ia juga berlatar belakang militer dan ikut masa-masa perjuangan melawan Belanda. 



“Mr Kasman Singodimedjo berjasa dalam proses penyusunan UUD 1945. Jasanya sangat besar bagi republik ini,” ujar legislator PKS.



Kasman Singodimedjo dilahirkan di Purworejo 25 Februari 1904. Ia diangkat menjadi Jaksa Agung pada 6 November 1945. Saat menjabat Jaksa Agung, Mr Kasman pernah mengeluarkan Maklumat Jaksa Agung No. 3, 15 Januari 1946.



Melalui Maklumat ini, ia mengajak gubernur, jaksa, dan polisi membuktikan diri bahwa mereka menjunjung hukum dan menjadikan Indonesia sebagai negara hukum. Pada masanya juga, ada instruksi Jaksa Agung yang sangat penting bagi perkembangan eselonisasi dan tata kerja Kejaksaan selanjutnya.


Minggu, 05 Juli 2015

Varietas padi hasil rekayasa nuklir hasilkan 10 ton gabah/hektar

Varietas padi menggunakan rekayasa teknologi nuklir buatan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) membuahkan hasil yang memuaskan. Dalam satu hektar lahan, padi ini bisa menghasilkan 10 ton gabah. Sedangkan varietas padi biasa hanya menghasilkan 7 ton gabah saja.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengatakan, varietas padi ini nantinya akan disebar keseluruh Indonesia.
"Selama ini, hasil produksi tanaman padi per hektarenya berkisar 7-8 ton gabah, sedangkan varietas padi yang dihasilkan lewat rekayasa teknologi nuklir bisa mencapai 10 ton gabah," ujar Nasir seperti dilansir Antara, Senin (6/7).

Uji coba penanaman varietas padi ini telah dilakukan di Kabupaten Boyolali. Bahkan hasil gabah di Boyolali lebih tinggi karena per hektare tanaman padinya bisa menghasilkan 11 ton lebih. Nasir berkesimpulan, hasil riset tanaman padi yang dilakukan Batan sudah baik. Varietas padi unggul sudah dikembangkan di Jawa Barat, Jateng, Jatim, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera.
"Kami juga sudah bekerja sama dengan Kementerian Pertanian sehingga nantinya semua daerah bisa meningkatkan produktivitas tanaman padinya," sambung Nasir.
Nantinya, daerah akan menangkarkan dulu, setelah berhasil baru disebarluaskan ke petani dalam bentuk pemberian bantuan bibit tanaman padi unggul. Selain itu, pengembangan juga dilakukan BATAN pada komoditas kedelai, khususnya kedelai hitam, dengan harapan mengurangi ketergantungan terhadap impor.
"Kedelai yang biasa digunakan oleh pengusaha tahu dan tempe juga dikembangkan," ujarnya.
Uji coba tanaman kedelai untuk Jateng salah satunya dilakukan di Kabupaten Grobogan, sedangkan Jawa Timur di Kabupaten Lamongan. Hasil pengembangan Batan dalam menghasilkan varietas kedelai unggul akan mempengaruhi masa panen, di mana panennya bisa mencapai empat ton per hektare, dibandingkan dengan sebelumnya berkisar 2,5-3 ton.

Pengangguran Naik, Tapi Buruh Asal Tiongkok Dibiarkan Masuk Indonesia, Fahri : Menaker Harus Jelaskan ini

Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah menyayangkan sikap kementrian tenaga kerja yang mengizinkan pekerja kasar dari luar negeri terutama dari Tiongkok untuk bekerja di Indonesia. 

Dia pun mempertanyakan sikap Menaker Hanif Dhakiri disaat justru jumlah pengangguran dan PHK meningkat saat ini di Indonesia karena perekomomian yang tidak menentu, malah mengizinkan mereka bekerja di Indonesia.

"Kok bisa Menaker memudahkan pekerja kelas bawah asing untuk masuk, sementara pengangguran di Indonesia tinggi. Saya dengar jumlahnya masif, dan itu tolong dilaporkan sama Menaker secara resmi. Dia mendatangkan pekerja dari Tiongkoknya berapa banyak?" ujar Fahri di Gedung DPR, Jakarta, Senin (29/6).


Fahri heran dengan sikap menaker yang memasukkan tenaga kerja tanpa keahlian sementara di Indonesia kita sudah memiliki semuanya.

"Apa ada hal yang orang Indonesia tidak bisa kerjakan? Ini harus dijelaskan oleh Menaker kenapa seperti ini dan buat sektor apa?" tambah Fahri heran.

Seperti dikabarkan, tenaga kerja kasar asal Tiongkok sudah mulai datang bergelombang ke Bayah, Pandeglang, Banten. Buruh asal Tiongkok itu dipekerjakan untuk membangun pabrik Semen Merah Putih di Bayah, Lebak.

Selain itu beredar juga isu bahwa sebuah perusahaan Indonesia mempekerjakan nelayan-nelayan asal Tiongkok di daerah timur Indonesia. 

islamedia