Selasa, 28 Februari 2017

Cek.... Hanya 20 persen sapi di Boyolali yang produktif hasilkan susu


Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali mengungkapkan alasan pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) persusuan. Kabupaten yang dikenal sebagai penghasil susu ini dalam beberapa tahun terakhir ternyata menghadapi carut marut pengelolaan persusuan.

Kepala Disnakkan Boyolali Bambang Jiyanto mengaku, masalah persusuan di Boyolali mencakup mahalnya harga pakan hingga masalah pembibitan sapi. Hal itu diperparah dengan kurang optimalnya kinerja koperasi unit desa (KUD) susu. Sehingga pada 2015 lalu Bupati Boyolali Seno Samodro mencetuskan ide pembentukan BUMD persusuan.

Menurut dia, dari sekitar 70 ribu sapi perah di Boyolali, sebagian besar masih diternakkan secara individu. Selain itu, upaya peningkatan produksi susu sapi kurang diimbangi produktivitas peternak yang masih mengelola secara tradisional.

Dari total jumlah sapi perah tersebut, lanjut dia, hanya 20 persen yang produktif menghasilkan susu. Adapun hasil produksinya sekitar 100 ribu liter per hari.

Mengingat 80 persen susu di Indonesia saat ini masih impor, dia menilai hasil produksi susu di Boyolali masih jauh dari harapan. "Sebanyak 70 ribu sapi perah tersebut kan tidak semuanya menghasilkan susu. Ada yang jantan, masih anakan. Apalagi sapi perah yang sedang laktasi serta hamil juga tak bisa diperah susunya," ungkap Bambang.

Disisi lain, peternak yang memiliki sapi perah dengan jumlah banyak di Boyolali masih terhitung sedikit. Idealnya, satu peternak memelihara 10 ekor sapi perah sehingga produksi susunya bisa mensejahterakan peternak. 

"Peternak juga punya kebiasaan menjual (sapi perah) bibit unggul jika ada yang menawar dengan harga tinggi. Faktor ini tentu mempersulit proses pembibitan. Karena pembeli sapi itu biasanya orang luar kota. Disamping itu, harga susu juga enggak transparan. Nah nantinya jika BUMD terbentuk, kita akan membelinya dengan harga yang layak dan transparan. Sehingga harga susu dapat terjaga dan meningkatkan kesejahteraan peternak sapi," tandas Kepala Disnakkan Boyolali.

Persebi Gunakan Logo Baru pada pada Kompetisi Liga 3 Tahun 2017

Melalui Laman Facebooknya : Persebi Boyolali, Persebi Boyolali mengumumkan logo Barunya yang akan dipakai dalam kompetisi Liga 3.


sebagaimana disampaikan dalam laman tersebut  " Selamat. Logo ini menjadi logo persebi resmi di kompetisi liga 3. Terima kasih semua yang telah berpartisipasi. Pemenang akan di hubungi oleh admin...." 

Logo tersebut mengkombinasikan antara sapi, dua gunung merbabu, bambu, perisai dan bunga mawar pagar. logo tersebut dianggap lebih simple dan mudah terlihat. 

Eits... Ini Lhoo Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Kedewasaan dalam Islam

PERBEDAAN utama antara anak-anak dan orang dewasa adalah dalam hal kemandirian.Kemandirian adalah sebagian dari kekuatan.Seorang anak masih berada dalam keadaan lemah dan belum mampu untuk berdiri sendiri. Karena itu ia diasuh dan dibimbing oleh orang tuanya. Saat menjadi pemuda dan dewasa, secara gradual ia masuk dalam fase kekuatan yang memungkinkan dirinya untuk mandiri dan akhirnya tidak lagi bergantung pada orang tuanya. Ini merupakan siklus yang alami pada setiap manusia.

Seperti telah disebutkan pada artikel yang lain sebelum ini, al-Qur’an membagi siklus hidup manusia dalam tiga bagian. Begitu pula yang disebut pada ayat berikut ini:
 ثُمَّ يُخۡرِجُكُمۡ طِفۡلاً۬ ثُمَّ لِتَبۡلُغُوٓاْ أَشُدَّڪُمۡ ثُمَّ لِتَكُونُواْ شُيُوخً۬اۚ َ (٦٧)
 “… kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak (thiflan), kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa dewasa (tablughu asyuddakum), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua (syuyukhan) ….” (QS: Ghafir [40]: 67)

Ayat tersebut menggunakan terma “tablughu asyuddakum” untuk fase dewasa.Istilah ini digunakan beberapa kali dalam al-Qur’an, di antaranya terkait penjagaan terhadap anak-anak yatim.Saat menjelaskan tentang istilah ini pada ayat yang lain (QS 6: 152), Imam al-Thabari menjelaskan di dalam Tafsir-nya bahwa kata asyudda merupakan jamak dari kata syaddun dan maknanya adalah kekuatan (quwwah).Ia juga menafsirkan “tablughu asyuddakum” sebagai tercapainya puncak kekuatan pada usia muda. Sebagian mufassir menakwilkan kata-kata ini sebagai terjadinya ihtilam atau mimpi basah (Tafsir al-Thabari, vol. 12, hlm. 222-223).Dengan kata lain, usia muda atau usia dewasa menghadirkan ke dalam dirinya puncak kekuatan, dan bersamaan dengan itu juga kemampuan untuk mandiri.
Masalahnya, mandiri dalam hal apa, sehingga dapat dikatakan seseorang itu sudah dewasa?
Setelah direnungi secara mendalam, setidaknya ada empat aspek kemandirian yang menjadi pokok perbedaan antara anak-anak dengan orang dewasa, yaitu adanya identitas diri, tujuan hidup atau visi, kemampuan mengambil keputusan, serta rasa tanggung jawab.Seorang anak belum memiliki kemandirian dalam keempat hal tersebut, sementara seorang yang dewasa (seharusnya) sudah memilikinya.
Identitas diri seorang anak masih ikut dengan orang tuanya, tujuan hidupnya masih berubah-ubah, ia belum mampu untuk membuat pilihan dan mengambil keputusan secara dewasa, dan belum mampu untuk memikul tanggung jawab. Namun seiring dengan tumbuhnya si anak mencapai usia baligh dan menjadi seorang pemuda, ia mulai memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mandiri dalam keempat aspek tersebut.Berbeda dengan anak-anak, seorang yang dewasa sudah memiliki identitasnya sendiri, mantap dengan tujuan hidup dan cita-citanya, mampu membuat keputusan secara dewasa, serta mampu dan mau memikul tanggung jawab.
Karena itu menjadi tugas orang tua dan para pendidik untuk membimbing anak-anak agar memahami hal ini serta membantu mereka agar mampu mandiri dalam keempat aspek ini saat umurnya mencapai usia dewasa, yaitu saat ia baligh atau berusia 15 tahun. Jika tidak demikian, maka ia akan tumbuh menjadi seorang yang kekanak-kanakan, walaupun ia sudah mencapai fase usia dewasa dan sudah memiliki potensi kekuatan dan kemandirian. Bukan hanya menjadi seorang yang kekanak-kanakan, bahkan ia bisa memberontak dari orang tuanya, karena sudah terdorong untuk memiliki identitas sendiri. Ia akan mudah terpengaruh oleh teman-temannya karena masih sangat labil dalam tujuan hidupnya. Iajuga mungkin mengambil keputusan-keputusan yang buruk dan fatal serta menjadi sangat tidak bertanggung jawab dalam hidupnya.
Orang tua perlu membimbing serta melatih anak-anaknya untuk mencapai aspek-aspek kemandirian ini.Kalau tidak, orang tua akan mengalami banyak kesulitan dan kesusahan saat anak tumbuh menjadi remaja. Bukannya menjadi seorang berkarakter dewasa, anak tersebut akan menjadi seorang remaja yang labil dan sulit diatur. Akhirnya ia menjadi orang seperti yang disebutkan Raja Ali Haji di dalam Gurindam Dua Belas pasal ke-7:
Apabila anak tidak dilatih,
Jika besar bapanya letih.
Kami akan membahas secara lebih detail masing-masing aspek-aspek kedewasaan dalam tulisan yang lain. Namun pada artikel ini akan diberikan contoh dari sebuah kisah yang indah.
Kedewasaan Ismail
Nabi Ismail ‘alaihis salam tumbuh besar di Kota Makkah. Ketika ia menjadi seorang pemuda, ayahnya Ibrahim‘alaihis salam menerima perintah untuk menyembelih anaknya itu. Ismail bersedia menjalankannya, tetapi kemudian Allah menggantinya dengan seekor domba.
Jika kita merujuk pada Alkitab – dalam bagian yang dibahas ini kita boleh meriwayatkannya tanpa membenarkan atau menolaknya – disebutkan bahwa Nabi Ibrahim mendapatkan anak Ismail saat ia berusia 86 tahun (Kejadian 16: 16) dan mendapatkan anak Ishak saat ia berumur 100 tahun (Kejadian 21: 5). Jadi ada selisih 14 tahun di antara keduanya. Orang-orang Nasrani meyakini bahwa Ishak yang rencananya akan disembelih dan dikorbankan, tetapi kaum Muslimin meyakini bahwa Ismail-lah yang akan dikorbankan. Menariknya, saat membahas tentang perintah penyembelihan terhadap Ishak, Alkitab (Kejadian 22: 2) menyebutnya sebagai “anakmu yang tunggal itu”, sementara kita mengetahui bahwa penyebutan itu hanya mungkin berlaku atas Ismail selama adiknya Ishak belum lahir, yaitu saat Ismail berumur kurang dari 14 tahun. Tampaknya yang dimaksud oleh Alkitab terkait perintah penyembelihan anak sebenarnya adalah Ismail yang ketika itu masih berusia remaja.
Al-Qur’an memiliki kisah tersendiri tentang penyembelihan ini, yang walaupun tidak menyebutkan secara jelas nama Ismail tetapi para mufassir menjelaskan bahwa Ismail-lah yang dimaksudkan oleh ayat tersebut. Ayat ini mengandung kisah kedewasaan yang indah.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡىَ قَالَ يَـٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلۡمَنَامِ أَنِّىٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰ‌ۚ قَالَ يَـٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُ‌ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰبِرِينَ (١٠٢)
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS:as Shaffat [37]: 102)
Ibn Katsir menyebutkan pendapat Ibn Abbas, Mujahid, dan beberapa yang lainnya bahwa kata-kata “tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim” (falamma balagha ma’ahu sa’ya) bermakna ketika ia menjadi seorang pemuda dan mampu bekerja sebagaimana ayahnya. Pada masa lalu kemampuan ini dicapai pada usia belasan tahun, tak lama setelah masa baligh – sekarang pun sebenarnya potensi itu bisa dicapai oleh seseorang pada usia yang kurang lebih sama.Di dalam Tafsir al-Khazin (vol. 4, hlm. 22) ada disebutkan pendapat bahwa usia Ismail ketika itu adalah 13 tahun. Ada pula yang mengatakan 7 tahun, tapi tampaknya usia ini terlalu dini untuk dijadikan acuan. Tafsir al-Qurthubi juga menyebutkan adanya pendapat bahwa Ismail ketika itu berusia 13 tahun.
Di dalam ayat tersebut, nabi Ibrahim mendapat sebuah mimpi yang merupakan perintah dari Rabb-nya.
Mimpi ini juga melibatkan Ismail. Ini adalah salah satu aspek kedewasaan: mimpi, visi, atau tujuan, atau dalam konteks ini sesuatu yang belum terjadi dan akan diwujudkan pada waktu-waktu berikutnya.Mimpi ini datang dari Allah dan harus dijalankan oleh Ibrahim dan Ismail.Mimpi itu memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih anaknya Ismail.Ini adalah sebuah mimpi yang gila bagi orang-orang yang tidak percaya pada kehidupan akhirat.Tidak ada orang yang memiliki mimpi atau visi menyembelih anak sendiri dan tidak ada orang yang bermimpi (berkeinginan) untuk disembelih hingga mati.Tetapi bagi seorang mukmin, tujuan sejati dan tertinggi adalah agar bisa sampai kepada Allah dalam keadaan diridhai. Mimpi Ibrahim, walaupun berat untuk dilaksanakan, adalah jalan yang membawa kepada tujuan tertinggi tadi.
Di samping mimpi, perintah ini juga berkenaan dengan tanggung jawab.Ini merupakan aspek kedewasaan yang kedua.Baik Ibrahim maupun Ismail diminta untuk merealisasikan sebuah tanggung jawab yang sangat berat.Tanggung jawab itu menyiratkan adanya pengorbanan, dan pengorbanan itu sendiri bertingkat-tingkat.
Dalam kaitan ini, kedua insan mulia ini diserahi satu beban tanggung jawab terbesar yang mungkin dipikul oleh seseorang, yaitu mengakhiri hidup sendiri dan kehilangan belahan jiwa.Rasanya tidak ada tanggung jawab yang lebih berat daripada itu.
Perintah itu untuk dilaksanakan, bukan untuk didiskusikan.Namun Ibrahim tidak langsung menarik anaknya untuk disembelih.Ia menyampaikan mimpinya itu kepada sang anak dan memberi kesempatan kepadanya untuk menyampaikan pendapat serta mengambil keputusan. Ini adalah aspek kedewasaan yang ketiga, yaitu pengambilan keputusan secara dewasa.Hal ini menunjukkan bahwa Ibrahim menganggap Ismail sebagai pria dewasa, walaupun usianya ketika itu masih sangat belia.Karena hanya orang yang dianggap dewasa yang biasanya diminta dan didengar pendapatnya.
Sikap Ismail berikutnya sangat mengagumkan.Ia tidak menolak mimpi ayahnya. Sebaliknya ia menerima mimpi tersebut, yang berarti ia mengambil mimpi itu sebagai bagian dari mimpinya sendiri. Pada saat yang sama Ismail menerima beban tanggung jawab tersebut dan mempersilahkan ayahnya untuk menjalankan tugasnya.
Ismail dipersilahkan untuk memilih pendapatnya, dan inilah pilihan yang ia buat. Ia tidak dipaksa oleh ayahnya untuk menerima keputusan secara sepihak, dan inilah keputusan yang diambilnya. Ia memilih dan membuat keputusan secara dewasa, yaitu berdasarkan pilihan baik-buruk, bukan suka-tak suka. Tak ada yang suka dikorbankan dan disembelih, tetapi karena hal itu dilakukan dalam rangka ketaatan pada Allah dan karenanya itu merupakan hal yang baik, maka Ismail memilihnya.
Ismail kemudian menutup kata-katanya dengan menyatakan siapa dirinya.“Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.Ini adalah aspek keempat dan terakhir dari kedewasaan dalam pembahasan kita, yaitu identitasdiri. Ismail menjadikan kesabaran sebagai identitas dirinya dan ini menjelaskan mengapa ia sanggup mengambil tanggung jawab yang sangat berat. Karena ia mengerti apa artinya menjadi orang yang sabar dan ia kelihatannya juga sudah melatih dirinya menjadi seorang penyabar. Ia tidak merasa gamang atau ragu dengan status dan jati dirinya dan karena itu ia mampu mengambil keputusan dengan penuh keyakinan. Pada akhirnya, semua itu akan menghantarkannya kepada tujuannya yang paling tinggi, yaitu berjumpa dengan Tuhan-nya dalam keadaan yang diridhai.
Kita mengetahui bahwa akhirnya Allah mengganti Ismail dengan seekor domba. Ibrahim dan Ismail lulus dalam ujian tersebut. Kisah mereka dikenang di dalam ibadah qurban yang dijalankan oleh kaum Muslimin setiap tahun.Sebagian orang mengatakan bahwa di dalam Iedul Qurban sebenarnya kita sedang ‘menyembelih’ sifat cinta dunia di dalam hati kita. Mungkin saat menyembelih hewan qurban di hari Iedul Adha, kita juga bisa memaknai bahwa pada saat itu kita sedang menyembelih sifat kekanak-kanakan di dalam diri kita sendiri dan selepasnya kita harus tampil sebagai seorang yang benar-benar dewasa, karena sifat kedewasaan tidak selalu berkaitan dengan usia tertentu.
Adapun bagi anak-anak kita, masa ‘penyembelihan’ terbesar di dalam hidup mereka terjadi di antara masa-masa baligh dan usia 15 tahun. Saat mereka lulus dalam ujian tersebut, mereka akan muncul sebagai manusia yang dewasa dan matang pada waktunya. Mereka akan muncul sebagai pemuda yang mandiri dalam visi, identitas diri, tanggung jawab, serta pengambilan keputusan. Tapi jika tidak, maka boleh jadi umur mereka atau bahkan hidup mereka sendiri yang akan tersembelih dan terkorbankan.*

Inilah 3 Cara agar Selamat dari Berita Bohong

MASALAH berita bohong telah menjelma begitu menakutkan bagi masyarakat modern, tidak saja di Indonesia, tetapi juga dunia. Beragam ide untuk membentuk regulasi dalam mengatasi hal ini telah didiskusikan secara serius oleh banyak pihak, termasuk pemerintah.

Tetapi, mengapa berita bohong menjelma menjadi sangat menakutkan belakangan ini?
Tidak lain karena sekarang adalah masa dimana setiap manusia bisa ‘berbicara’ dalam beragam wujud, terutama rangkaian aksara lewat apa yang kita kenal dengan istilah media sosial. Meskipun sejatinya hoax tidak melulu hadir melalui media sosial, bisa juga melalui media massa.

Di saat yang sama, kepentingan-kepentingan tertentu telah menjadikan upaya massif menggiring opini publik lewat media sosial yang tentu saja memancing munculnya ‘perang’ opini di media sosial. Karena begitu pentingnya masalah ini, Dahnil Anzar Simanjuntak sampai berulang kali menegaskan melalui akun twitternya @Dahnilanzar agar kawula muda negeri ini berhenti memproduksi dan menjadi ‘tuyul’ di twitter yang mendapatkan nafkah dengan cara menebar hoax, caci-maki dan stigmatisasi.
Lantas, bagaimana agar kita selamat dari sebaran berita bohong alias hoax?
Pertama, tabayyun
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang fasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian.” (QS. Al-Hujurat [49]: 6).
Di dalam ayat tersebut ada dua kata kunci, pertama berita. Kemudian, kedua fasiq. Berita dimaksud tentu saja memiliki nilai urgensi dalam sisi kehidupan umat manusia. Dan fasiqmenunjukkan bahwa berita itu disampaikan oleh orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah alias telah bermaksiat. Jika demikian, langkah yang mesti diambil ialah tabayyun alias telitilah lebih dulu.
Terhadap kata “tabayyun” ini Ath-Thabari memahaminya dengan “Endapkanlah dulu sampai kalian mengetahui kebenrannya, jangan terburu-buru menerimanya…”
Dengan demikian, kita akan selamat dari bertindak bodoh, “bijahalah” yang tentu saja dampaknya akan sangat buruk dikemudian hari. Dan, seperti sekarang, berita bohong sangat mengkhawatirkan kehidupan umat manusia sampai pada tingkat keamanan dan ketertiban umum.
Jadi, dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam komunikasi verbal maupun tulisan melalui media sosial, sikap tabayyun harus senantiasa kita utamakan, sebelum mengambil kesimpulan apalagi tindakan. Dengan demikian, salah paham, perselisihan dan pertengkaran, bisa kita jauhkan dalam kehidupan, sehingga rahmat Allah senantiasa melingkupi kehidupan kita.
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِي مَا أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.” (QS. An-Nur [24]: 14).
Kedua, menghidupkan nalar
Bernalar mungkin biasa kita dengar. Tapi apakah sudah biasa dilakukan, ini mungkin yang penting untuk kembali dihidupkan.
Bernalar adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang dapat bersifat ilmiah dan tidak ilmiah.
Lebih jauh ditegaskan, bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindarkan kekeliruan.
Dan, bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani; suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi.
Dengan demikian, menghidupkan nalar, di antaranya merupakan langkah lanjutan dari tradisitabayyun sebagaimana langkah pertama dalam bahasan ini yang kemudian segala macam berita yang masuk kita validasi secara nalar dan dalam konteks ajaran Islam tentu harus merujuk pada Al-Qur’an dan Sunnah serta ulama.
Langkah sederhananya, setiap informasi atau berita yang masuk ditimbang baik-baik, mulai dari asal-usul, kebenaran, manfaat dan maslahat. Jika memang sudah dapat diyakini info itu benar, penting, dan bermanfaat, menyebarluaskannya tentu suatu kebaikan. Tetapi, jika tidak, sebaiknya tidak melakukan apapun, apalagi men-share ke orang lain yang bisa jadi menimbulkan kemudharatan yang tidak disangka.
Ketiga, jauhi akun anonim
Terakhir, agar selamat dari berita bohong, abaikan akun-akun anonim di media sosial, terutama di twitter yang mana akun anonim punya kebiasaan berkata-kata negatif secara serampangan. Hal ini mungkin terjadi karena mereka memang menggunakan akun bukan asli, sehingga merasa aman dari diketahui orang lain.
Sebaliknya, rujuklah akun-akun yang normal, jelas, bisa ditemui dan diambil ilmu dan manfaatnya. Jika butuh info penting terupdate soal apapun, rujuklah mereka yang bisa kita jamin komitmennya terhadap kebenaran dan kejujuran serta keadilan.
Dengan kata lain, ternyata pesan orang tua terdahulu agar kita berupaya mencari teman orang-orang yang sholeh ‘wong kang sholeh kumpulono’ masih harus menjadi perhatian, sebab tidak saja dibutuhkan dalam interaksi di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya.*

Rusunawa Boyolali Hampir Jadi, Tapi....Siapa yang menghuni Belum Tahu ?

Sempat diberitakan batal dibangun, proyek Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) justru sudah hampir selesai dibangun. Pembangunan Rusunawa di Kampung Rejosari, Kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo ini sudah sekitar 90 persen selesai.
Pantauan Joglosemar, bangunan Rusunawa yang dibangun lima tingkat tersebut, sudah hampir sempurna, Kamis (23/2). Sejumlah pekerja terlihat tengah mengerjakan finishing dan membangun saluran air. Sementara jaringan listrik pun terlihat sudah dipasang. Hanya keramik dan plafon yang belum dan tengah dikerjakan.

Bangunan Rusunawa tersebut, dibangun satu tower dan bukan dua tower seperti rencana yang dulu sempat mengemuka. Bangunan tersebut terdiri dari 114 unit, dan lokasinya berada di sebelah selatan Yonif 408. Bangunan Rusunawa ini dibangun di lahan Pemkab Boyolali seluas sekitar 2 hektare.
Pembangunan Rusunawa tersebut dilakukan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Nantinya, setelah pembangunan selesai dikerjakan, Rusunawa tersebut akan diserahkan ke Pemkab Boyolali.
Peruntukannya bagi para pekerja yang belum memiliki rumah atau tempat tinggal. Pembangunan Rusunawa ini sesuai kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi), satu juta rumah untuk membantu Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) menempati rumah untuk sementara waktu.
Sementara itu menurut Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial, Dinas Koperasi dan Tenaga kerja (Dinkopnaker), Joko Santoso, membenarkan bangunan Rusunawa tersebut nantinya akan diserahkan ke Pemkab Boyolali.
“Tetapi kami belum tahu kapan. Informasi dari pimpinan proyek, saat ini pembangunan kurang lebih sudah 90 persen,” ungkap dia.
Joko juga belum memastikan pihaknya nanti yang akan mengelola Rusunawa tersebut. Pasalnya, hingga pembangunan Rusunawa hampir selesai saat ini, belum ada koordinasi dari pusat melalui Kementerian Tenaga Kerja.
Sehingga sampai saat ini pihaknya pun belum mengetahui detail siapa saja yang akan bisa menempati Rusunawa tersebut. Di sisi lain pihaknya juga belum memiliki data lengkap berapa pekerja di Boyolali yang belum memiliki tempat tinggal.
“Sehingga siapa yang akan menempati Rusunawa ini nanti, kami juga belum tahu,” imbuh dia.  jS

Wow adakah Macan Tutul di Hutan Merapi ?!!

ilustrasi
Keberadaan satwa macan tutul di hutan Merapi seakan masih menjadi misteri. Berbagai usaha, seperti memasang kamera trap tak membuahkan hasil mendeteksi keberadaannya.

Pada tahun 2015, petugas Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) secara tidak sengaja melihat langsung satwa dengan nama latin Panthera pardus melas ini masih ada di kawasan hutan Merapi.

"Perjumpaan langsung pernah sekali, tahun 2015 lalu oleh petugas TNGM, di sisi antara Klaten dan Boyolali. Tetapi sayang saat itu tidak sempat difoto," ujar Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Balai TNGM, Iskandar saat ditemui Kompas.com, Senin (27/2/2017).
Lokasi perjumpaan dengan macan tutul tersebut berada di kawasan hutan sisi timur, yang cenderung tidak terdampak erupsi Gunung Merapi. Tepatnya di antara Klaten dan Boyolali.
Dari laporan adanya perjumpaan itu, Balai TNGM mencoba mendeteksi keberadaan macan tutul dengan memasang kamera trap. Hanya saja sampai saat ini kamera trap yang dipasang belum berhasil merekam keberadaan macan tutul.
"Kita pasang 7 kamera trap, selama setahun terakhir ada empat kali kegiatan tetapi belum berhasil. Mungkin penempatan posisinya belum tepat," ucapnya.
Namun demikian, memang diakuinya saat melakukan penelusuran di kawasan hutan Merapi, petugas beberapa kali menemukan adanya tanda-tanda keberadaan macan tutul. Tanda-tanda itu, seperti cakaran di batang pohon dan jejak macan tutul.
"Selama ini kita hanya menemukan tanda-tandanya saja, cakaran di pohon dan jejak macan tutul. Tetapi memang kita belum punya bukti fotonya," katanya.
Menurut dia, para aktivis satwa dan LSM menyampaikan mengenai keberadaan macan tutul di hutan Merapi. Data itu pasca kejadian erupsi 2010 lalu.
"Kita hanya komunikasi personal saja, dan kita belum melihat datanya, tetapi mereka bilang masih ada dan harus terus dicari untuk perlindungan habitat," kata Iskandar.
Iskandar menyampaikan, permasalahan kepunahan maupun berkurangnya populasi di manapun masalah utamanya paling dominan adalah gangguan manusia. Kerusakan habitat di Jawa khususnya, itu sudah sangat besar. Belum lagi ditambah tren perburuan liar.
"Perburuan misalnya menggunakan senapan angin, kalau didalam kawasan kita masih bisa tangani, tetapi kalau diluar kita tidak bisa," urainya.
Sementara itu, Putu Dhian, Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan, TNGM menambahkan, guna mendeteksi dan memastikan keberadaan macan tutul di Kawasan Hutan Merapi, pihaknya masih akan memasang kamera trap.
"Beberapa bulan sekali, kami tetap akan memasang kamera trapdibeberapa lokasi yang dicurigai tempat aktivitas macan tutul," katanya.

Rabu, 22 Februari 2017

Mau Tau apa itu Istidraj ?!!.... Cekidot

Istidraj adalah kesenangan dan nikmat yang Allah berikan kepada orang yang jauh dari-Nya yang sebenarnya itu menjadi azab baginya apakah dia bertobat atau semakin jauh.
Sederhananya adalah, jika kita dapati seseorang yang semakin buruk kualitas ibadahnya, semakin tidak ikhlas, berkurang kuantitasnya, sementara maksiat semakin banyak, baik maksiat kepada Allah dan manusia, lalu rezki baginya Allah berikan melimpah ruah, kesenangan hidup begitu mudah didapatkan, tidak pernah sakit dan celaka, panjang umur, bahkan Allah berikan keluarbiasaan pada kekuatan tubuhnya. Maka, hati-hatilah bisa jadi ini adalah istidraj baginya, bukan karamah, secara beransur Allah menariknya dalam kebinasaan.



Yang seperti ini biasanya memang Allah berikan kepada orang-orang kafir dan ahli maksiat. Sebagaimana keterangan berikut:
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan. (Ali ‘Imran: 178)

Ayat lain:
Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al Mu’minun: 55-56)

Ayat lainnya:
Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan Perkataan ini (Alquran). nanti Kami akan menarik mereka dengan beransur-ansur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui, (Al Qalam: 44)

Ayat lainnya

Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata, “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku”. sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui. (Az Zumar: 49)

Tertulis dalam Tafsir Al Muyassar tentang ayat Az-Zumar 49 ini:
ولكن أكثرهم -لجهلهم وسوء ظنهم- لا يعلمون أن ذلك استدراج لهم من الله، وامتحان لهم على شكر النعم
Tetapi kebanyakan manusia –karena kebodohan dan buruknya prasangka mereka- tidak mengetahui bahwa hal itu merupakan istidraj dari Allah dan ujian bagi mereka agar mensyukuri nikmat. (Tafsir Al Muyassar, 1/464)

Hal ini juga dikabarkan oleh hadits Nabi dari ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ ” ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ} [الأنعام: 44]

Apabila engkau melihat Allah memberikan kepada seorang hamba berupa nikmat dunia yang disukainya padahal dia suka bermaksiat, maka itu hanyalah istidraj belaka, lalu Rasulullah membaca: Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (Al An’am: 44). (HR. Ahmad No. 17311. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mentatakan: hasan. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 17311)

Begitulah istidraj.
Ada pun jika ada kenikmatan dunia diberikan kepada orang mu’min, shalih, ahli ibadah, bukan orang kafir dan ahli maksiat, maka itu merupakan nikmat Allah yang disegerakan baginya di dunia, atau bisa juga ujian untuk meninggikan lagi kedudukannya. Wallahu a’lam (farid/dakwatuna)


Ansor Boyolali Lirik Usaha Pengelolaan Sampah


Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Boyolali, mulai serius kegiatan usaha ekonomi. Beberapa di antaranya sudah mulai dicoba di tingkatan anak cabang hingga cabang.


“Saat ini di Boyolali, kita dorong para anggota baik di tingkatan cabang maupun anak cabang yang memiliki usaha kita dorong usaha mereka agar lebih maju,” ungkap Ketua PC GP Ansor Boyolali, Khoiruddin Ahmad, saat ditemui di NU Center Boyolali, Jumat (17/2).

Yang terbaru, kini mereka tengah melirik usaha pengelolaan sampah. “Yang sudah ada di tingkatan cabang yakni bisnis biro jasa travel haji dan umroh Sorban. Kemudian ada pula usulan dari beberapa anggota untuk mendirikan semacam bank sampah,” papar dia.

Nantinya, harap Khoiruddin, pengelolaan bank sampah tersebut akan dikelola secara profesional. “Kebetulan, ada anggota kita yang sudah menjalankan usaha tersebut, dan cukup menjanjikan hasilnya,” kata Pengasuh Pesantren Mifathul Huda Tumang itu.

Kemudian, terkait dengan program di bidang ekonomi, pihaknya juga berencana untuk mendirikan Koperasi yang dikelola oleh pengurus dan anggota Ansor Boyolali.

Tatacara Akikah Anak yang Benar Menurut Islam

Secara bahasa, akikah didefinisikan sebagai “memotong” karena dalam proses akikah anak ini adalah memotong/menyembelih hewan. Namun ada pula yang menyebutkan akikah itu berasal dari rambut yang terdapat pada kepala bayi ketika ia baru keluar dari rahim si ibu. Rambut ini dikatakan akikah karena harus dipotong.


Di Indonesia pelaksanaan akikah biasanya dengan penyembelihanan domba/kambing untuk bayi yang berumur 7, 14, 21 hari. Jumlahnya adalah 2 ekor untuk bayi laki-laki dan 1 ekor untuk bayi perempuan.


Dalil Tentang Pelaksanaan Akikah Anak

Dari Samurah bin Jundab berkata, Rasulullah bersabda bahwa “semua anak bayi tergadaikan dengan akikahnya pada hari ketujuhnya disembelih hewan (kambing), diberikan nama, dan dicukur rambutnya.” [HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad].
Dari Aisyah berkata, Rasulullah bersabda “Bayi laki-laki diakikahi dengan 2 kambing yang sama dan bayi perempuan 1 kambing." [HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah].
Dari Salman bin ‘Amir Ad-Dhabiy berkata, Rasulullah bersabda “Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah semua gangguan darinya" [Riwayat Bukhari].

Hukum Akikah Anak Setelah Dewasa/Berkeluarga

Pada dasarnya, akikah anak disyariatkan untuk dilakukan pada hari ke-7 setelah kelahiran si anak. Namun jika belum bisa, maka hari ke-14, jika masih belum bisa juga, maka hari ke-21. Selain itu akikah anak menjadi beban ayah dari si anak tersebut.
Tapi, jika ternyata ketika kecil belum diakikahi, kita bisa melakukannya sendiri setelah dewasa. Suatu ketika Al-Maimuni bertanya kepada Imam Ahmad, “Ada orang yang belum diakikahi, apakah ketika dewasa boleh mengakikahi dirinya sendiri?” Imam Ahmad menjawab, “Menurutku, jika ia belum diakikahi, maka lebih baik melakukannya sendiri ketika dewasa. Aku tidak menganggapnya makruh”.

PP Muhammadiyah: Buzzer Politik itu Haram, Karena Ngais Rezeki dari Hasil Fitnah

Bekerja menjadi buzzer politik adalah pekerjaan tidak halal atau haram, karena mengais rezeki dari hasil fitnah, kata Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak.
Demikian diungkapkan, Dahnil saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo 20 Februari 2016 seperti dikutip dari SuaraMuhammadiyah, kemarin.
Pemuda Muhammadiyah, karena itu, meminta Jokowi untuk mendorong dibuatnya fatwa haram buzzer politik. “Saya sering menyebutnya para produsen tuyul-tuyul sosmed. Tuyul-tuyul sosmed inilah yang membuat isu macam-macam kemudian memenuhi kebisingan-kebisingan politik,” kata Dahnil.

Buzzer, menurut laman DailySocial adalah sebuah predikat yang namanya diambil dari kata dasar Buzz yang artinya ‘pembicaraan’ atau ‘percakapan’, sehingga Buzzer adalah orang yang diharapkan bisa membuat sebuah topik/keywords jadi sebuah pembicaraan bukan saja di dunia online tapi juga in real world. Banyak yang menganggap bahwa kekuatan buzzer itu bisa diukur dari jumlah follower-nya, namun sebenarnya tidak bisa hanya berhenti sampai disitu. Seorang buzzer seharusnya terlepas dari jumlah follower yang ia miliki harus memiliki kemampuan membangun buzz. Dan jika iya juga memiliki jumlah follower yang banyak maka itu adalah nilai plus buat si buzzer tersebut.
Dahnil menyampaikan, buzzer-buzzer politik yang rajin memproduksi fitnah dan menciptakan instabilitas di ruang publik telah meresahkan masyarakat.
“Kami sebagai kelompok agama akan menggunakan itu sebagai instrumen kebudayaan yang kami sebut sebagai instrumen agama untuk menyatakan buzzer politik ini haram. Kenapa? Karena mereka jadi produsen fitnah, mereka menebar kebencian, mereka menebar instabilitas,” kata Dahnil.
Menurut Dahnil, hal ini dilakukan untuk membantu pemerintah dan mencegah sampai yang lebih buruk terkait hoax. Dahnil akan meminta ulama-ulama Muhammadiyah di Forum Tanwir untuk mengeluarkan sikap kegamaan atau fatwa bahwa buzzer politik yang menebar fitnah adalah perbuatan tercela dan haram.
Kata Dahnil, Jokowi merespon baik usulan yang diajukan Pemuda Muhammadiyah. “Pak Jokowi bersepakat. Beliau juga berterima kasih kepada Pemuda Muhammadiyah bila kemudian fatwa itu dibuat oleh Muhammadiyah,” kata dia.

Wow Telat Dibagikan, Bantuan Alsintan Ditumbuhi Rumput Ilalang

Petani di Boyolali mendapat bantuan alat mesin pertanian dari Kementerian Pertanian yang diserahkan pada Rabu (22/2/2017). Meski demikian, ada keheranan para petani sebab alsintan tersebut sebenarnya adalah bantuan yang semestinya sudah lama diberikan sejak lama.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Boyolali, Bambang Purwadi menjelaskan, bantuan alsintan tersebut adalah bantuan dari pusat dan berasal dari APBN 2016. Secara keseluruhan, petani di Boyolali sendiri mendapat alokasi sebanyak 110 traktor roda dua, sembilanbtraktor roda empat, 40 transplanter dan 101 pompa air.

“Alsintan tersebut didistribusikan secara bertahap kepada para kelompok tani yang ada di Boyolali,” katanya.
Sebelum didistribusikan ke petani, puluhan alsintan tersebut dijetahui sudah berada cukup lama berada di halaman kantor Dishub Boyolali. Bahkan tumbuhan ilalang pun sempat tumbuh tinggi di tempat alsintan berada. Ada kemungkinan alsintan tersebut tak pernah dirawat sebelum didistribusikan ke petani.
Tahap pertama bantuan alsintan sendiri sebelumnya sudah dibagikan Wakil Bupati Boyolali, Said Hidayat, pada September 2016 lalu. Saat itu, wabup berpesan agar bantuan alsintan tersebut tidak dijual dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk meningkatkan produksi pertanian.
Sugito (64), salah satu anggota kelompok tani dari Desa Tanjungsari, Kecamadan Banyudono mengatakan, kelompoknya mendapat bantuan masing-masing satu unit traktir dan transplanter. Hanya saja ia heran, mengapa bantuan tersebut baru diberikan kepada petani dan tak mendapat penjelasan, padahal bantuan tersebut sudah lama turun. Hal itu bisa dilihat dari kondisi tempat alsintan disimpan yang sudah dipenuhi rumput ilalang.
Namun ia mengaku cukup puas mendapatkan bantuan alsintan dari pemerintah yang dinilainya sangat membantu petani dalam mengolah sawah, terutama di minimnya tenaga buruh saat ini.
“Proses pembajakan hingga pemanenan sangat terbantu dengan adanya mesin, sebab buruh tani saat ini cukup lama dab harus antri untuk mendapatkan jasa mereka. Tentu alat ini akan kami manfaatkan sebaik-baiknya,” tandasnya. 

Sohibul Iman : Jangan Salahkan Siapapun Atas Banjir Jakarta

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengimbau semua pihak untuk tidak menyalahkan siapapun atas bencana banjir yang melanda Ibu Kota Jakarta belakangan ini.


"Tentu kita tidak bisa menyalahkan siapapun. Banjir ini adalah musibah dan harus kita terima. Yang penting bagaimana kita menghadapi ini semua," kata Presiden PKS M. Sohibul Iman saat meninjau banjir di Cipinang Melayu dan Cipinang Muara, Jakarta (Selasa, 21/2).


Dia mengaku sangat bersyukur karena warga bekerja sama dengan bahu-membahu membantu korban banjir.
"Alhamdulillah warga sudah bisa bekerja sama. Kami juga berikhtiar untuk meringankan itu semua. Makanya sejak hari pertama kita sudah membuat dapur umum dan pos layanan kesehatan," jelas Sohibul.
Saat ini yang harus dilakukan adalah mobilisasi kebutuhan untuk para korban banjir. Sohibul berharap banyak pihak memberikan donasi, salah stunya pakaian layak pakai. 
"Karena ada warga dari dua hingga tiga hari belum mandi, tidak ada baju ganti," ujarnya.
Sohibul juga mengimbau seluruh masyarakat di manapun berada agar terketuk hatinya untuk membantu korban banjir.

Jumat, 17 Februari 2017

Bisa Sengsara sangat seketika Kita Salah Pilih Teman dan Pemimpin

Ada peribahasa Arab yang pantas disimak:
إن الطيورعلى أشكالها تقع
Sesungguhnya burung-burung itu hinggap dan bergerombol pada sesamanya. Pepatah itu digunakan untuk manusia yang serupa dalam prilaku dan keyakinan. Komunis dengan Komunis, Islam dengan Islam. Aliran kiri dengan yang kiri, aliran kanan dengan yang kanan.

Lantas, antek syiah, asing, dan asiong ya dengan mereka yang dianteki. Dan mereka di akherat akan dikumpulkan dengan orang yang dicintainya itu, menurut Hadits.
( الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ ) متفق عليه
“Seseorang bersama orang yang dia cintai” (Muttafaq ‘alaih)
Ust Ahmad Zainuddin dalam tulisannya di dakwahsunnah.com mengutip Kitab Tuhfatul Ahwadzi, ringkasan penjelasannya sebagai berikut:
Di dalam hadits ini terdapat motivasi (untuk berteman dengan orang shalih-pent) dan peringatan keras (untuk tidak berteman dengan orang tidak shalih-pent), di dalam hadits ini terdapat janji yang baik (bagi yang berteman dengan orang shalih-pent) dan ancaman siksa (bagi yang berteman dengan orang tidak shalih-pent)
Kawanku …
· Jangan sampai di hari kiamat kita seperti apa yang disebutkan di dalam ayat di bawah ini akibat Menjadikan Idola Yang Tidak Pantas Untuk Diidolakan, Baik Karena Kekafirannya, Kesyirikannya, Kebid’ahannya Maupun Maksiatnya!!!.
{يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا (66) وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا (67)} [الأحزاب: 66، 67]
Artinya: “Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul. Dan mereka berkata: “Wahai Rabb kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).” QS. Al Ahzab: 66-67.
Setelah kita tahu ayatnya dan haditsnya seperti tersebut, maka perlu berhati-hati. Jangan sampai kita termasuk orang yang mencintai para perusak Islam. Karena kelak di akherat, bila mencintai musuh-musuh Islam maka akan dikumpulkan bersama mereka.
Kecintaan kepada mereka yang menjauhi Allah Ta’ala itu terbentuk akibat salah manusia sendiri. Salah dalam memilih teman, memilih pergaulan, memilih sekolahan untuk belajar, memilih suami/isteri, memilih perkumpulan, entah itu forum, grup, ormas, kelompok ini dan itu. Bahkan ketika yang dipilih sehari-harinya untuk menjadi bahan bacaan, media yang dibaca, dikunjungi, dilihat, didengarkan dan diresapi adalah media yang menjauhi Allah Ta’ala, bahkan memusuhiNya; maka kecintaannya tentu saja kepada manusia-manusia pendosa (walau mungkin tampaknya anggun, sopan, menarik, dan bahkan diusung oleh media-media yang sejatinya menipu manusia namun tak terasa).
Akibat dari salah pilih dalam kehidupan manusia itu sendiri, tahu-tahu teman-temannya, bacaannya, media yang diikutinya, bahkan pemandu hidup yang diikuti fahamnya ternyata hanya menjerumuskan ke arah menjauhi petunjuk Allah Ta’ala. Maka tidak malu-malu sebagian (banyak?) manusia justru sampai menjadi antek-antek kesesatan bahkan pengusungnya.
Padahal, sesuai dengan ayat dan hadits tersebut di atas, manusia-manusia yang kini mengantek ke syiah, komunis, asing, dan asiong ya akan berkumpul lagi kelak di akherat bersama mereka.
Sengsara mencit (puncak sengsara) lah akibatnya di akherat kelak. Karena hidup sekali saja untuk mengantek kepada mereka, bukan menghamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tinggallah penyesalan yang tiada berakhir. Dan di dalam neraka, mereka hanya mengandaikan kehidupan di dunia yang telah dijalani. Andai saja mereka ketika hidup di dunia menggunakan akalnya dan pendengarannya dengan baik untuk mengikuti petunjuk Allah Ta’ala (ayat-ayat dan hadits Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam) maka tidak menjadi penghuni neraka.
{وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ (10) فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ } [الملك: 10، 11]
10. Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”
11. Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala [Al Mulk,10-11]
Itulah akibat salah pilih dalam pergaulan di dunia ini. Hingga salah pilih dalam memilih teman, pemimpin, jalan hidup dan aneka rangkaiannya. Hingga menjadi penghuni neraka di akherat, dan tiada tebusan yang bisa untuk menebusnya. Penyesalan pun tiada guna. Na’udzubillahi min dzalik. Kami berlindung kepada Allah dari hal yang demikian.

Kisah Nyata; Seumur Hidup Jarang Sholat, Meninggal dalam Keadaan Sholat di Tanah Suci

Ada seseorang yang berniat menunaikan ibadah umrah. Tiga hari berturut-turut mimpi mengajak tetangganya umrah. Uniknya, tetangga yang mau diajak itu tidak pernah mendirikan sholat lima waktu.
Mimpi yang lumayan aneh itu, fulan pun konsultasi kepada seorang kiai. “Yai, saya ini mau umrah. Tapi tiap malam saya bermimpi disuruh mengajak tetangga saya. Padahal saya tahu tetangga saya itu tidak pernah sholat.”

“Nah, gini saja. Nanti malam sholat Istikharah. Kemudian, lihat, nanti malam Allah kasih mimpi apa.”
Ternyata mimpinya tidak jauh berbeda; diminta ngajak umrah tetangga yang jarang sholat itu. Fulan pun konsultasi kepada sang kiai. “Ya udah. Ajak umrah,” ucap Kiai.
Fulan pun mengunjungi rumah tetangganya itu.
“Pak, kita umrah yuk!”
“Dik, boro-boro saya umrah. Sholat aja nggak. Nggak tahu sholat. Nggak pernah diajarin orangtua saya. Dan salahnya saya juga tidak mau belajar,” kata tetangga yang sepuh itu.
“Ya udah, Pak. Saya yang ngajarin bapak sholat,” kata fulan itu.
Dengan izin Allah, mereka pun berangkat ke Tanah Suci. Menjelang pulang, karena merasakan bersyukur sekali, tetangga meminta izin untuk sholat sekali lagi. Dan itulah sholat terakhir dia, meninggal di sana, di Tanah Suci. Selama di Tanah Suci ia tobat luar biasa, mohon ampun kepada Allah SWT.
Seumur-umur jarang menunaikan sholat, meninggal dalam keadaan sholat. Fulan pun bertanya kepada kiai, “Mengapa bisa begini?”
Ternyata ketiadaan ilmu dan kurangnya menimba ilmu, ada kebaikan yang lain yang dimiliki. Tetangga itu senang sedekah, senang menolong orang lain. Dan orang-orang yang ditolongnya itu ada yang sholat malam dan meminta kepada Allah agar tetangga tersebut meninggal dalam keadaan husnul khatimah.
Maka, kita perlu husnudzon kepada orang yang belum atau tidak mau mendirikan sholat seraya mendoakan semoga mendapatkan kebaikan.
Kematian bisa datang kapan pun. Bisa dalam keadaan meninggalkan sholat, atau dalam keadaan sholat. Allah punya kuasa atas segala hal. Dan melakukan pembiasaan baik adalah pilihan baik. Sebab, malaikat tak pernah bisa diajak kompromi ketika mencabut nyawa kita. Semoga kita husnul khatimah.