Selasa, 29 Desember 2015

Kondisi Sosial-Spritual Umat Islam Sebelum Pembebasan Al-Aqsha Era Shalahuddin

Telah kau kobarkan kepedihan terhadap nasib Baitul Maqdis, Itulah yang membuat gejolak rindumu padanya kian menjadi. Dialah rumah yang jika engkau bebaskan –dan Allah pasti melakukannya- Niscaya tidak ada satupun pintu Syam yang masih terkunci setelah itu”. (Nasihat Imaduddin Khatib kepada Shalahuddin Al-Ayyubi)
Yerusalem dalam cengkraman Pasukan Salib, 1174 Masehi.
Wafatnya Nuruddin Zanki membahakkan Bangsa Frank. Semalam suntuk mereka merayakan kematian sang Sultan yang selama hidupnya menyusahkan gerak mereka menjajah wilayah Arab. Di Yerusalem mereka berpesta, tak lupa mereka undang duta-duta raja Syiah Ubaidiyah Mesir untuk memperingati kemenangan besar mereka.
Sayang, Nuruddin sang Ksatria wafat sebelum mengantar mimbarnya ke mihrab Al-Aqsha nan terberkahi. Setelah wafatnya beliau di Damaskus, wilayah umat Islam terbelah cacah, setiap gubernur mengklaim kekuasaan, dan rentang wilayah Muslimin tercabik-cabik perpecahan. Bangsa Frank tak mau kehilangan kesempatan itu, dengan sigap mereka datangi kota-kota penting untuk merobohkannya.
“Ketika Nuruddin Zanki wafat”, tulis para Sejarawan mengabadikan peristiwa, “Para Musuh leluasa membuat onar. Bangsa Frank bertekad merobohkan kedigdayaan kota Damaskus dan merebutnya dari Umat Islam. Penguasa Muslim di sanapun lengah, sehingga setelah kalah dalam pertempuran, Umat Islam Damaskus mesti membayar pajak tinggi untuk Pasukan Salib. Ketika kabar itu sampai ke Shalahuddin, ia menasehati Umat Islam untuk bersabar sejenak dengan membayar pajak, dan mengabarkan kemenangan akan segera datang”.

Senin, 28 Desember 2015

Dari Kematian, Kita Lihat Akhir Kehidupan Seseorang

“Setiap hamba akan dibangkitkan sebagaimana keadaannya ketika wafat.” (HR. Muslim)
Menyambut gerbang kematian, sebagai takdir kehidupan dengan persiapan amal bakti yang mengiringi cara kematian itu sendiri. Apa yang terjadi saat ini, itulah yang akan dituai saat nanti mati. Hidup, kini menjadi jalan setapak yang panjang atau pendeknya tetap akan berujung di liang lahat. Bukan sekadar apa yang terjadi saat nafas masih berhembus, namun apa yang terjadi saat nafas itu berhenti. Jasad terbujur kaku dan tak ada hal lain yang terjadi kecuali bisu. Hanya amal baik yang akan menjadi sahabat karib yang membersamai hingga hari berbangkit. Namun jika bukanlah ia yang ada, niscaya hanya kepedihan dan penyesalan yang akan terasa.
Pernahkah kita saksikan seorang ahli ibadah yang meninggal dengan cara terindah? Atau pula sesosok ahli dosa yang berakhir mati dengan penuh derita? Itulah batas di mana antara celaan dan pujian terhalang sekat kokoh yang bernama kematian. Ruang henti akhir itu, sungguh tak menyisakan waktu meski sekejap saja untuk berubah. Kecuali, dengan segala amal yang terjadi sesaat saja sebelum ajal itu memanggil. Sebuah pertanggungjawaban tentang sejauh apa hidup itu digunakan untuk taat pada rabbNya dan kekuatan iman yang diuji dengan jutaan halau serta rintangan dunia.
Keikhlasan adalah cerminan sejuk yang memantul pada hati hamba yang hanya mengharap keridhaanNya. Sedang di luar itu, ada percik noda yang mesti dihilangkan dan dibasuh dengan sejuta kesungguhan untuk memangku taubat. Karna jika saja noda itu tetap melekat, niscaya dalam dada ia akan membesar hingga membuat jiwa tak sadar. Berjalan dengan cara yang tak benar serta menuju titian terjal dan sasar. Bertitel khilaf dan dengan tingkah laku jauh dari salaf. Namun, khilaf itu akan menjadi indah jika tetiba saja tersadar oleh pengakuan salah. Tapi jika khilaf itu tak berubah, sungguh hanya ujung kelam yang akan menerjang.
Al-Ghazali Rahimahumullah Ta’ala. Tersebutlah kisahnya mendekap kitab hadits tershahih setelah alquran, manakala jiwanya terlepas dari raga untuk selama-lamanya. Seorang ‘alim, faqih, cerdas nan rendah hati, cinta ilmu pengetahuan dan tak segan berbagi ilmu dan pengalaman. Kematiannya memberi sirat tanda tentang arti sebuah husnul khotimah. Menyongsong akhir hayatnya dengan cara yang paling indah.
Maka semulia apa pun hati ataupun kedudukan yang terancang dan tercitra di hadapan manusia, harapan akan pertolongan pada keistiqomahan ta’at dan iman haruslah senantiasa ditujukan pada Allah ‘Azza wa Jalla. Dialah yang menggenggam setiap jiwa dan Dialah yang menentukan segalanya. Allahu Robbi, sebanyak doa baik pada hari ini dan istighfar penuh mohon ampunan yang tercurah, moga terijabah dan menjadi bekal terindah di akhir kehidupan nanti.Namun sekejap saja, 

Boyolali Kembangkan Yumina Bumina untuk maksimalkan lahan

Untuk mencukupi pangan keluarga, sekarang ini bisa dilakukan di rumah meski dengan lahan yang sempit. Disnakkan Boyolali mulai mengenalkan sistem tumpang sari baru yang diberi nama “Yumina dan Bumina”. Sistim ini perpaduan antara kolam ikan dengan sayuran dan buah-buahan.
“Ada 11 kolam percontohan yang mulai kita kenalkan, ini kerjasama dengan Balai Penelitian Budidaya Ikan Tawar Bogor,” kata Kabid Perikanan, Naryanto, Senin (21/12).

Dijelaskan, metode Yumina Bumina sendiri, pengolahan limbah ikan tawar, dalam hal ini digunakan ikan lele, yang kemudian air kolam disalurkan ke pot-pot sayuran dan bunga melalui pipa. Air bekas kolam lele setelah dilakukan penelitian ternyata mengandung nutrisi yang bisa menjadi pupuk organik. Selain itu, dengan proses di atas air kolam akan tetap jernih, sehingga bisa memicu pertumbuhan ikan.
“Sistemnya mudah, kita hanya gunakan pompa penyedot air untuk kemudian disalurkan ke pot-pot,nutrisi yang terbawa akan tertinggal di pot dan sisa air akan kembali ke kolam,” sambung Naryanto.
Di sisi lain, peneliti dari Balai Penelitian Budidaya Ikan Tawar Bogor, Adam Saputra, mengungkapkan pihaknya sudah lama melakukan penelitian. Pengembangan Yumina Bumina sangat mudah diterapkan, menyusul tidak membutuhkan lahan yang luas. Sedangkan untuk media tanam, disarankan menggunakan akar pakis.
“Bisa juga menggunakan sabut kelapa, namun kita lebih sarankan menggunakan akar pakis,” ujar Adam.

Maksimalkan lahan , di Boyolali Kembangkan Perikanan Yumina Bumina

Untuk mencukupi pangan keluarga, sekarang ini bisa dilakukan di rumah meski dengan lahan yang sempit. Disnakkan Boyolali mulai mengenalkan sistem tumpang sari baru yang diberi nama “Yumina dan Bumina”. Sistim ini perpaduan antara kolam ikan dengan sayuran dan buah-buahan.
“Ada 11 kolam percontohan yang mulai kita kenalkan, ini kerjasama dengan Balai Penelitian Budidaya Ikan Tawar Bogor,” kata Kabid Perikanan, Naryanto, Senin (21/12).

Dijelaskan, metode Yumina Bumina sendiri, pengolahan limbah ikan tawar, dalam hal ini digunakan ikan lele, yang kemudian air kolam disalurkan ke pot-pot sayuran dan bunga melalui pipa. Air bekas kolam lele setelah dilakukan penelitian ternyata mengandung nutrisi yang bisa menjadi pupuk organik. Selain itu, dengan proses di atas air kolam akan tetap jernih, sehingga bisa memicu pertumbuhan ikan.
“Sistemnya mudah, kita hanya gunakan pompa penyedot air untuk kemudian disalurkan ke pot-pot,nutrisi yang terbawa akan tertinggal di pot dan sisa air akan kembali ke kolam,” sambung Naryanto.

Pilkada Boyolali Juara 2 Tertinggi dalam pelanggaran se-Jawa Tengah

Jumlah pelanggaran Pilkada di Boyolali tertinggi ke dua se-Jawa Tengah. Sementara untuk jumlah pelanggaran etik, yakni pelanggaran yang dilakukan oleh penyelenggara Pilkada, Boyolali malah menempati peringkat tertinggi.

Usai Rapat Pleno Penetapan Seno Samodro - Said Hidayat sebagai paslon terpilih Pilkada Boyolali 2015, Selasa (22/12/2015), Ketua Panwaslu Boyolali Narko Nugroho mengungkapkan, selama masa kampanye hingga rekapitulasi penghitungan suara, jumlah kasus pelanggaran Pilkada di Boyolali mencapai 67 kasus, baik pelanggaran administrasi, etik, dan pidana. Jumlah kasus tersebut mencatatkan Boyolali sebagai peringkat kedua jumlah pelanggaran Pilkada se-Jawa Tengah di bawah Kota Semarang.

"Jumlah kasus tersebut dihitung dari jumlah rekomendasi yang dikeluarkan, baik dari Panwascam atau Panwaslu," kata Narko.

Sementara untuk pelanggaran etik atau pelanggaran yang melibatkan penyelenggara Pilkada, meski tak menyebut jumlah pasti,  Narko mengatakan untuk jumlah jenis pelanggaran tersebut Boyolali menempati urutan tertinggi se-jawa Tengah. Dari jumlah keseluruhan kasus, sebanyak 11 kasus masuk ke Sentra Gakkumdu‎. Tiga kasus diantarannya sampai di pengadilan dengan jumlah terdakwa sebanyak 3 orang.  ‎Sementara khusus saat hari H pencoblosan, pihaknya juga mencatat ada sebanyak 28 jenis pelanggaran.

Dari 35 Kab/kota se Jateng Boyolali peringkat ke 9 dalam Penularan HIV/Aids

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali masuk peringkat kesembilan penularan HIV/AIDS tertinggi di Provinsi Jateng. Pekerjaan sopir masuk risiko tinggi paling rawan tertular penyakit mematikan tersebut.
Sekretaris Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Boyolali, Basuki, mengatakan tahun ini peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) secara nasional diketuai Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Sementara di tingkat daerah diketuai Dishubkominfo.
“Peringatan HAS di Boyolali melibatkan Organda [Organisasi Angkatan Darat] dan sopir angkutan kota dan angkudes,” ujar Basuki saat membuka acara peringatan HAS di Terminal Sunggingan, Selasa (22/12/2015).
Basuki mengatakan pekerjaan sebagai sopir masuk peringkat tujuh risiko tinggi terlular penyakit HIV/AIDS. Peringkat pertama sudah pasti paling berisiko tertular adalah pekerja seks komersial (PSK).
“Berdasarkan teori ada tiga kategori yang mempunyai risiko tinggi penyakit mematikan itu yakni 3 M [Men, Mobile, dan Money]. Laki-laki paling paling mendominasi tertular penyakit itu,” kata Basuki.
Basuki mengatakan dari data KPA Provinsi Jateng dari 35 kabupaten/kota di Jateng, Boyolali masuk peringkat sembilan tertinggi kasus HIV/AIDS dengan jumlah 81 kasus. Perinciannya 44 kasus HIV dan 37 AIDS data Januari-September 2015. Pekerja sopir paling banyak mendominasi tertularnya penyakit mematikan itu.
“Kami sudah berusaha keras meminta agar pengusaha bus, angkudes, dan angkutan kota memberi pemahaman kepada sopirnya agar tidak sembarangan ‘jajan’ di pinggir jalan,” kata dia.
Sementara itu, Sekretaris KPA Boyolali, Titik Sumartini, mengatakan jumlah penderita HIV/AIDS di Boyolali mulai 2005-2015 sebanyak 270 kasus. Dari jumlah itu sebanyak 74 orang meninggal dunia.
“Kami selalu berusaha menekan angka kasus HIV/AID di Boyolali dengan menggelar sosialisasi dari tingkat kota hingga desa,” ujar Titik.
KPA Boyolali, kata dia, tidak membuat tempat khusus untuk menampung semua penderita HIV/AIDS karena dikhawatirkan justru akan menimbulkan stigma negatif di masyarakat. Ia mengaku sampai sejauh ini masyarakat Boyolali dalam pemahami kasus HIV/AIDS sudah sangat baik sehingga tidak sampai ada kasus penderita HIV/AIDS dikucilkan oleh masyarakat seperti yang terjadi di Solo.
“Sebanyak puluhan sopir mengikuti tes HIV dan VCT [Voluntary Counseling Test] hasilnya untuk sementara negatif,” ujar Titik.

Solopos

Selfie deket Sapi Ndekem Boyolali, Helm di curi

Komplek perkantoran terpadu Setda Boyolali kembali menjadi incaran pelaku tindak kriminal. Pelaku mengincar motor dan helm pengunjung yang sedang asyik berselfie di depan Gedung Lembu Suro atau Sapi Dhekem.
Sriyanti (25) warga Rejosari, Desa Cabean Kunti, Cepogo, Boyolali bersama dua adiknya mendatangi Pospam Pengamanan Natal dan Tahun Baru di Komplek Alun-alun, Boyolali. Kepada petugas, Sri mengaku telah kehilangan helm. Helm tersebut ditaruh di motor yang diparkir di halaman gedung Setda, atau barat gedung Sapi Dhekem.
“Tidak menyangka ada yang mengambil, saya kira aman, maka terus saya tinggal selfie di gedung sapi,” kata Sriyanti, Senin (28/12).
Kapolsek Mojosongo AKP Suwanto, mengakui lingkungan komplek Setda saat ini menjadi ruang publik. Namun untuk keamanan, diakui masih sangat kurang. Polsek sendiri tidak mungkin melakukan patroli di Komplek Setda selama 24 jam.

“Kita tetap lakukan patroli, namun kan wilayah Mojosongo sangat luas,” ujar Suwanto.
Untuk itu, pihaknya mengimbau kepada pengunjung agar lebih waspada dan tidak meninggalkan motor begitu saja. Pengunjung juga diminta untuk mengawasi barang bawaan mereka.
“Intinya tetap harus menjaga keamanan masing-masing, kejahatan bisa mengintai dimanapun kita berada,” tandasnya.
Selain pencurian helm, menurut informasi yang berkembang, belum  lama ini salah seorang pengunjung juga kehilangan motornya saat ditinggal selfie. Motor diparkir di pinggir jalan dan menurut informasi diangkut mobil bak terbuka yang dikira petugas.