Jumat, 06 Juni 2014

Solopeduli peroleh 2 Ambulans


Penandatanganan kerja sama bantuan mobil ambulans gratis Yayasan Solopeduli di Hotel Lor In Solo, Minggu (1/6/2014). Mulyanto/JIBI/Solopos

Armada Ambulans Gratis Yayasan Solopeduli kini bertambah dua unit mobil, setelah Koperasi Jasa Keungan Syariah (KJKS) Khodijah Pedan, Klaten dan BMT Al Mizan membntu pengadaan dua unit mobil ambulans.
Penandatanganan bantuan dua unit mobil ambulans sekaligus kerja sama pengelolaan tambahan dua mobil ambulans baru itu di laksanakan bersamaan dengan acara Silaturahmi Akbar Duta Peduli Solopeduli 2014 di Hotel Lor In, Solo, Minggu (1/6/2014).
Penandatanganan kerja sama disaksikan oleh Pembina sekaligus Pendiri Yayasan Solopeduli, Danie H Soe’oed, Ketua Yayasan Solopeduli Supomo serta Direktur KJKS Khodijah Pedan dan MBT Al Mizan Boyolali.
Pada kesempatan itu Ketua Yayasan Solopeduli, Supomo, mengatakan bahwa saat ini Solopeduli telah memiliki lima buat unit mobil ambulans gratis yang beroperasi di seluruh Soloraya. Dengan bertambahnya dua unit mobil baru bantuan dari kedua lembaga tersebut, sekarang Solopeduli mengelola tujuh buah unit mobil ambulans gratis.
“Selama ini permintaan dari masyarakat untuk memanfaatkan keberadaan Ambulans Gratis Solopeduli cukup tinggi, sehingga dengan adanya bantuan dua mobil yang diserahkan kepada kami untuk kami kelola ini insya Allah akan membantu masyarakat khusunya kaum duafa,” papar Supomo.
Kegiatan Silaturahmi Akbar Duta Peduli Solopos 2014 yang dihadiri sekitar 1.500 duta Solopeduli itu diselenggarakan untuk mempererat hubungan silaturhmi antara para duta, relawan, donatur dan para pengelola Yayasan Solopeduli. “Para duta peduli adalah bagian penting bagi berjalannya roda organisasi yayasan ini. Sehingga kami akan terus menjalin kerja sama yang semkain baik,” tambah Supomo.
Selain penandatanganan kerja sama bantuan mobil ambulans gratis, pada acara tersebut juga dilaksanakan pelantikan Relawan Sigab (Aksi Tanggap Bencana) Solopeduli. Sebanyak 45 relawan pada kesempatan itu dilantik sekaligus berikrar untuk membantu program-program Solopeduli khususnya yang berkaitan dengan penanggulangan bencana alam.

Solopeduli peroleh 2 Ambulans


Penandatanganan kerja sama bantuan mobil ambulans gratis Yayasan Solopeduli di Hotel Lor In Solo, Minggu (1/6/2014). Mulyanto/JIBI/Solopos

Armada Ambulans Gratis Yayasan Solopeduli kini bertambah dua unit mobil, setelah Koperasi Jasa Keungan Syariah (KJKS) Khodijah Pedan, Klaten dan BMT Al Mizan membntu pengadaan dua unit mobil ambulans.
Penandatanganan bantuan dua unit mobil ambulans sekaligus kerja sama pengelolaan tambahan dua mobil ambulans baru itu di laksanakan bersamaan dengan acara Silaturahmi Akbar Duta Peduli Solopeduli 2014 di Hotel Lor In, Solo, Minggu (1/6/2014).
Penandatanganan kerja sama disaksikan oleh Pembina sekaligus Pendiri Yayasan Solopeduli, Danie H Soe’oed, Ketua Yayasan Solopeduli Supomo serta Direktur KJKS Khodijah Pedan dan MBT Al Mizan Boyolali.

Pada kesempatan itu Ketua Yayasan Solopeduli, Supomo, mengatakan bahwa saat ini Solopeduli telah memiliki lima buat unit mobil ambulans gratis yang beroperasi di seluruh Soloraya. Dengan bertambahnya dua unit mobil baru bantuan dari kedua lembaga tersebut, sekarang Solopeduli mengelola tujuh buah unit mobil ambulans gratis.
“Selama ini permintaan dari masyarakat untuk memanfaatkan keberadaan Ambulans Gratis Solopeduli cukup tinggi, sehingga dengan adanya bantuan dua mobil yang diserahkan kepada kami untuk kami kelola ini insya Allah akan membantu masyarakat khusunya kaum duafa,” papar Supomo.
Kegiatan Silaturahmi Akbar Duta Peduli Solopos 2014 yang dihadiri sekitar 1.500 duta Solopeduli itu diselenggarakan untuk mempererat hubungan silaturhmi antara para duta, relawan, donatur dan para pengelola Yayasan Solopeduli. “Para duta peduli adalah bagian penting bagi berjalannya roda organisasi yayasan ini. Sehingga kami akan terus menjalin kerja sama yang semkain baik,” tambah Supomo.
Selain penandatanganan kerja sama bantuan mobil ambulans gratis, pada acara tersebut juga dilaksanakan pelantikan Relawan Sigab (Aksi Tanggap Bencana) Solopeduli. Sebanyak 45 relawan pada kesempatan itu dilantik sekaligus berikrar untuk membantu program-program Solopeduli khususnya yang berkaitan dengan penanggulangan bencana alam.

Labu Golden Mama Dibudidayakan di Boyolali


imageMasyarakat Desa Wisata Samiran, Selo, Boyolali, membudidayakan tanaman Labu Golden Mama di pekarangannya. Selain karena memiki nilai ekonomis yang cukup tinggi, juga karena dapat memperindah pemandangan di pekarangan.
Pengurus Desa Wisata, Haris Budiarto, Kamis (5/6) menjelaskan, pengembangan Labu Golden Mama merupakan bagian dari programKetahanan Pangan lestari, dengan mengoptimalkan lahan pekarangan untuk lahan bahan pangan.
Warga desa memilih mengembangkan Labu Golden Mama karena memiliki nilai ekonomis yang lumayan dan dapat menarik minat wisatawan.
Meski buahnya tak terlalu besar, warna orange yang bersih saat labu matang menjadi daya tarik tersendiri. Terlebih tanaman labu ini merambat di talang, sehingga buahnya bergelantungan dan mencolok mata. Tekstur labu ini juga lebih kenyal dari labu biasa.
"Bibitnya diberi gratis oleh pemerintah. Kami juga mendapat bantuan dari penyuluh untuk cara penananam," ujar Haris.
Hasil pengembangan dan budi daya Labu Golden Mama di pekarangan rumah, cukup memuaskan. Wisatawan yang sedang berkunjung ke desa tertarik dengan labu itu. 
"Warga akhirnya memasukkan pemetikan dan pengolahan labu dalam satu paket wisata. Jika dijual di Pasar, nilainya Rp 8.500 per kilo. Sementara untuk wisatawan, kalau untuk petik sendiri harganya bervariasi," tambah Haris.
Sulastri (47) warga setempat yang ikut menanam labu di pekarangan rumahnya menjelaskan, Labu Golden Mama bisa dipanen setelah masa tanam 3 bulan. Selain di halaman rumah, ada warga yang mulai mencoba menanam labu ini di ladang, sebab nilai ekonomisnya tinggi.

Labu Golden Mama Dibudidayakan di Boyolali


imageMasyarakat Desa Wisata Samiran, Selo, Boyolali, membudidayakan tanaman Labu Golden Mama di pekarangannya. Selain karena memiki nilai ekonomis yang cukup tinggi, juga karena dapat memperindah pemandangan di pekarangan.
Pengurus Desa Wisata, Haris Budiarto, Kamis (5/6) menjelaskan, pengembangan Labu Golden Mama merupakan bagian dari programKetahanan Pangan lestari, dengan mengoptimalkan lahan pekarangan untuk lahan bahan pangan.
Warga desa memilih mengembangkan Labu Golden Mama karena memiliki nilai ekonomis yang lumayan dan dapat menarik minat wisatawan.

Meski buahnya tak terlalu besar, warna orange yang bersih saat labu matang menjadi daya tarik tersendiri. Terlebih tanaman labu ini merambat di talang, sehingga buahnya bergelantungan dan mencolok mata. Tekstur labu ini juga lebih kenyal dari labu biasa.
"Bibitnya diberi gratis oleh pemerintah. Kami juga mendapat bantuan dari penyuluh untuk cara penananam," ujar Haris.
Hasil pengembangan dan budi daya Labu Golden Mama di pekarangan rumah, cukup memuaskan. Wisatawan yang sedang berkunjung ke desa tertarik dengan labu itu. 
"Warga akhirnya memasukkan pemetikan dan pengolahan labu dalam satu paket wisata. Jika dijual di Pasar, nilainya Rp 8.500 per kilo. Sementara untuk wisatawan, kalau untuk petik sendiri harganya bervariasi," tambah Haris.
Sulastri (47) warga setempat yang ikut menanam labu di pekarangan rumahnya menjelaskan, Labu Golden Mama bisa dipanen setelah masa tanam 3 bulan. Selain di halaman rumah, ada warga yang mulai mencoba menanam labu ini di ladang, sebab nilai ekonomisnya tinggi.