Senin, 12 Desember 2016

Rais Aam PBNU KH Makruf Amin Serukan Ormas Islam Tidak Perlu Jaga Gereja


Rois Aam PBNU KH. Maruf Amin meminta Ormas Islam tidak perlu melakukan pengawalan terhadap gereja-gereja menjelang natal. Kiai meminta menyerahkan hal ini kepada kepolisian.


“Tidak perlu lah Ormas-ormas itu, serahkan saja kepada pihak kepolisian,” kata Kiai Ma’ruf usai pengajian bulanan PP Muhammadiyah di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jumat (9/12/2016) malam.

Pendapatnya secara aqidah pengawalan gereja ini juga untuk menghindari pemahaman-pemahaman yang tidak sejalan.

“Dan untuk menghindari pemahaman-pemahaman yang tidak sejalan. Kita harapkan polisi mengambil peran dalam rangka menjaga gereja-gereja itu,” tambah Kiai Ma’ruf.

Menurutnya alangkah baiknya pengamanan gereja ini diserahkan saja kepada pihak kepoisian, tanpa perlu Ormas Islam terlibat di dalamnya.

” Saya fikir kalau polisi sudah siap kenapa harus Ormas. Kalau polisi sudah siap ya kita serahkan polisi saja.


Opini Kita : Sari Roti yang Tak Lagi Memikat Kami

Ya mereka amat paham, yang penting barang kami dibeli. Kian banyak kian puaslah kami. Sudah syukur tidak diboikot seperti aksi yang sudah-sudah oleh umat Islam hanya karena saham dimiliki si anu yang konon main mata dengan zionis.
Ya mereka amat paham, yang penting barang kami dibeli. Kian banyak kian puaslah kami. Sudah syukur tidak diboikot seperti aksi yang sudah-sudah oleh umat Islam hanya karena saham dimiliki si anu yang konon main mata dengan zionis.

Produsen air mineral milik korporasi besar itu lebih bijak daripada si pabrik roti. Dikonsumsi pelepas dahaga dan wudhu ribuan peserta aksi bela Islam III 2 Desember lalu, tidak ada klaim bahagia dan syukur dari sang produsen. Tapi saya yakin produsen dan terutama jajaran pemegang saham sih senang-senang saja, sebab produknya dipakai.

Ya mereka amat paham, yang penting barang kami dibeli. Kian banyak kian puaslah kami. Sudah syukur tidak diboikot seperti aksi yang sudah-sudah oleh umat Islam hanya karena saham dimiliki si anu yang konon main mata dengan zionis. Di sisi lain, umat Islam peserta aksi 2 Desember juga tidak menyebut-nyebut kehadiran produk mereka di lokasi sekitaran Monas sebagai produk sponsor resmi.

Jadi, sama-sama senang bahkan puas. Peserta puas produsen puas. Yang berdonasi juga senang hati. Tidak ada klaim. Tidak ada guna gelar jumpa media. Semua sudah dewasa. Kalaupun diklaim mending diam saja. Toh rakyat paham itu cuma produk borongan orang baik hati.

Nah, maka kalau ada barang konsumsi yang diborong lantas produsennya membuat klarifikasi ini justru tanda tanya. Buat apa dan mengapa mereka beringsut mengklarifikasi seakan “kehadiran” produknya yang dibeli dengan legal (dan mestinya puas hati sebagaimana isi hati para penjajaknya di lapangan) bakal ada apa-apa? Kita tak perlu berasumsi jauh ada tekanan ini dan itu dari pihak eksternal produsen roti yang gesit klarifikasi tersebut. Bisa jadi kecemasan produsen itu baru sebatas asumsi dan prediksi psikologis.

Data konsumen setia dan terbesar mestilah jadi rujukan. Kalau hanya umat Islam yang seaspirasi, saya tidak yakin sang produsen begitu proaktif. Lain kalau ternyata pengonsumsinya kalangan yang seaspirasi dengan pihak yang dibidik protes umat Islam. Dalam hal ini si produsen sekadar menjaga hati kalangan yang loyal membeli produknya. Meski, sayangnya, mereka abai kepada konsumen lain yang bertepatan sebagai pihak pendukung aksi 2 Desember.

Apakah kehadiran penjual produknya yang senang hati diborong donatur lalu dibagikan gratis ke peserta aksi akan berefek ke citra partisan? Tentu saja ini amat menggelikan dan paranoid. Terlampau mengada-ada. Bahkan terkesan meremehkan kecerdasan peserta aksi. Seakan gemar mengklaim dan perlu menggunakan pihak ketiga untuk membuat besaran dukungan aksi. Produsen roti sejatinya ingin terlibat netral dalam klarifikasi, sayangnya cara dan logika berpikirnya malah memperlihatkan bahwa mereka terlampau partisan.

Umat Islam yang terlibat ataupun bersimpati dalam aksi 2 Desember jelaslah tidak meminta-minta produsen itu, atau siapa saja dari korporasi besar. Sebab seringnya korporasi memiliki agenda titipan alih-alih ikhlas. Justru dengan membuat klarifikasi penegasan bukan partisan, pihak produsen memberikan pesan tersirat yang mesti ditangkap umat. Suatu pesan yang ke depan tidak boleh lagi kita bergantung kepadanya lantaran mereka tidak mengindahkan kebaikan umat ini.  islampos
portalnews

Intips.....Ini Tempat Populer di Boyolali, Bukit Gancik


Melihat keindahan alam dari ketinggian biasanya akan didahului dengan treking. Tapi di Bukit Gancit traveler bisa menikmati alam tanpa treking!


Menikmati libur akhir pekan dengan berwisata alam sepertinya menjadi pilihan yang pas dan menarik. Salah satu tempat yang lagi hits dan menjadi pusat perhatian belakangan ini adalah bukit Gancik yang berada Selo Boyolali Jawa Tengah.




Jika ingin merasakan dan menikmati keindahan alam dari atas ketinggian bukit Gancik adalah tempat yang sangat sempurna. Dari bukit Gancik bisa melihat dengan jelas Gunung Merapi yang berdiri kokoh menyapa tanpa suara tapi memberi kepuasan mata untuk terus menatapnya.



Akses untuk sampai di bukit Gancik juga sangat mudah. Bisa dari arah Boyolali-Selo atau dari arah Jogja-Magelang-Selo, jalan untuk menuju Selo juga sudah bagus dan nyaman untuk dilewati baik menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Tak jauh dari pasar Selo ada petunjuk arah basecame pendakian Merbabu, ikuti jalan tersebut, atau jika ragu bisa bertanya kepada penduduk setempat yang pasti akan menunjukkan arah dengan keramahannya.



Ada retribusi Rp 6000,00 yang harus dibayar sebelum memasuki area Gancik. Jika menggunakan mobil bisa parkir ditempat yang telah disediakan kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki melewati jalur setapak yang sudah di beton. 



Jika tidak ingin jalan kaki bisa menumpang ojek dengan biaya sekitar 10 000 - 20 000 tergantung kesepakatan harga. Tetapi jika menggunakan sepeda motor bisa parkir lebih ke atas lagi, dari tempat parkir motor bisa melalukan treking atau menyewa ojek setempat. 



Jalannya cukup menanjak dan curam, berada diantara perkebunan sayur warga, pemandangan Gunung merapi terlihat sangat jelas dari sini. Rumah-rumah penduduk di bawahnya juga terlihat sangat indah. Hamparan hijaunya perkebunan sayur akan sangat memanjakan mata kita.



Semakin keatas setelah sampai di bukit Gancik tak ada kata lain yang bisa terucap untuk mengungkapkan keindahan alam disekitarnya. Udara sejuk di ketinggian 1850 MDPL kaki gunung Merbabu memberi rasa segar di tubuh, rasa lelah dari berjalan kaki menanjak kurang lebih 40 menit seolah hilang dengan melihat keindahan alam ciptaan Tuhan, rasa syukur tiada henti terucap mengagumi keindahannya.



Di atas Bukit Gancik juga telah dibangun gardu pandang yang menambah indah tempat ini, rencananya pemerintah desa setempat akan terus berupaya mempercantik bukit Gancik sehingga tak kalah dengan new Selo yang berada di kaki gunung Merapi. Tempat ini belakangan mulai populer dan selalu ramai pengunjung terutama hari Sabtu dan Minggu atau setiap hari libur.



Bukit gancik juga merupakan jalur pendakian Gunung Merbabu yang baru, dari jalur Gancik pendakian ke Merbabu bisa lebih cepat sekitar 1,5-2 jam dibanding dengan jalur Selo yang lama, maka tak heran jika berkunjung kesini akan bertemu dengan para pendaki yang hendak naik atu turun Gunung Merbabu.



Buat yang penasaran tak ada salahnya melewatkan akhir pekan anda ke bukit Gancik, disinilah tempat sempurna menikmati keindahan alam dari ketinggian 1850 mdpl tanpa harus melakukan tracking. Detiktravel

Cak Imin: Alquran Cerminan Akhlak Rasulullah

Inisiator Gerakan Nusantara Mengaji A Muhaimin Iskandar mengatakan Alquran adalah rujukan utama meneladani Rasulullah SAW. Alquran adalah cerminan akhlak Rasul. Keluhuran akhlak menjadi penting penopang kemajuan sebuah negara.
Peradaban semaju apapun bila tidak ditopang dengan akhlak sejatinya sangat rapuh. Menurut dia, banyak negara maju namun dekadansi moral merajalela seperti pembunuhan, perceraian, dan sebagainya akibat stres.
"Padahal bagaimanapun kemajuan lahiriah harus diperkuat dengan spiritualitas dan akhlak. Islam, akhlak, dan kemajuan jangan dipisahkan," katanya.
Ia juga mengingatkan generasi muda kembali menggali dan meneladani sosok Rasulullah SAW karena dinilai penting mengingat kecenderungan generasi muda berdasarkan survei cenderung apatis, egois, dan tidak percaya diri meski unggul di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

"Generasi muda harus jadi teladan generasi tangguh," katanya seraya berharap peringatan Maulid Nabi SAW tahun ini semoga menjadi momentum perubahan kemajuan ummat Indonesia dan dunia.

Menurutnya, bila mencintai dan menghormati Nabi Muhammad SAW, maka umat Islam, khususnya bangsa Indonesia harus memahami dan mengamalkan Alquran.
"Seluruh tuntunan kebahagian hidup dunia dan akhirat terdapat dalam Alquran," katanya dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Minggu.
Dalam konteks itu, kata Muhaimin, dalam acara khataman Akbar Nusantara Mengaji se-Kota Bogor sekaligus peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Baitul Faizin, Bogor, Jawa Barat, Minggu, urgensi Nusantara Mengaji hadir di tengah-tengah umat.

"Pemahaman itu dimulai dari intensitas tinggi membaca Alquran. Mengapa khataman (Alquran) sebanyak-banyaknya karena di dalamnya terdapat doa," tutur Cak Imin, sapaan Muhaimin. Republika

Kereen.. Paguyuban Pakar Mekarsari Remboko Boyolali, Boyong Yaksa Brajadenta dari Banyuwangi

Alunan musik gamelan berpadu dengan dentuman musik rock terdengar dari salah satu sudut Taman Balekambang. Jadi perpaduan yang terdengar etnik sekaligus gaul. Tak lama kemudian, muncul serombongan penari yang mengenakan kostum mirip penari Leak dari Bali.
Tapi itu bukanlah Tari Leak dari Bali, melainkan Tari Yaksa Brajadenta yang ditampilkan dalam pembukaan Kenduri Ageng Banjarsari di Taman Balekambang, Sabtu (10/12) pagi.

Gerakan tariannya yang sangat atraktif mengikuti alunan musik yang mengiringi. Penampilan tari yang unik itu pun tak pelak menarik sejumlah pengunjung berkumpul di area pertunjukan.
Tari Yaksa Brajadenta itu ditampilkan oleh para penari dari Paguyuban Pakar Mekarsari Remboko dari Wonodoyo, Cepogo, Boyolali. Disampaikan Koordinator Paguyuban, Minto Yahman, seni tari Yaksa Brajadenta merupakan salah satu jenis tari yang kental dengan cerita-cerita pewayangan di Pulau Jawa.
Minto mengungkapkan, seni tari ini sendiri berasal dari Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dan baru mulai dipelajari oleh para penari dari paguyubannya sejak tahun 2014. Bahkan, pihaknya sengaja mendatangkan pakar tari serta pakar busana seni tari Yokso Brojodento langsung dari Banyuwangi.
“Sejak didirikan tahun 1986, paguyuban kami terus berupaya melestarikan seni tari budaya asli Indonesia, seperti seni tari dari provinsi Jawa Tengah. Tapi kami juga fokus dalam pengembangan seni tari berasal dari Jawa Timur seperti Reog Ponorogo serta Yakso Brojodento,” terang Minto Yahman kepadaJoglosemar di sela acara pembukaan.
Dijelaskan Minto, tampilnya Tari Yaksa Brajadenta di Taman Balekambang itu atas undangan dari panitia penyelenggara Kenduri Ageng Banjarsari tahun 2016.
Ia menuturkan, sedikitnya 12 penari dalam satu lakon Yaksa Brajadenta yang ditampilkan. Padahal, total lakon tari Yaksa Brajadenta yang ditampilkan ada enam jenis. “Dalam sekali penampilan, sedikitnya kami membawa 75 personel. Baik penari, penabuh gamelan pengiring, serta koordinator tari,” tutur dia.
Ia pun berharap, kalangan pemuda sebagai generasi penerus memiliki semangat dalam mengembangkan serta melestarikan seluruh kekayaan seni budaya Bangsa Indonesia.
“Indonesia adalah negara yang berbudaya. Maka seluruh seni dan budaya Bangsa Indonesia harus dilestarikan,” pungkas dia. JS

Yuk Intip Tujuh Prinsip dalam Keuangan Keluarga

Apa biasanya yang kita lakukan ketika menghadapi masalah keuangan? Bagaimana mestinya menurut Islam?

Hampir tiap hari kita menghadapi berbagai masalah keuangan dalam keluarga. Ada masalah yang mudah diselesaikan, ada juga masalah keuangan yang berkepanjangan dan menyebabkan masalah lain timbul. Apa biasanya yang kita lakukan ketika menghadapi masalah keuangan? Berikut adalah berbagai pengalaman dari keluarga-keluarga yang tinggal di Indonesia dan di beberapa negara.

Nurizal Ismail, seorang peneliti ekonomi syariah yang tinggal di Jakarta, mengatakan bahwa kalau adalah masalah keuangan, sebelum menikah dan setelah menikah hingga saat ini, yang selalu diingat adalah sedekah dan shalat Witir.

Ingat sedekah dan Shalat Witir 
Ada Nasution yang tinggal di Brisbane, Australia mengatakan bahwa jika menghadapi masalah keuangan biasanya mendiskusikannya dengan suami. Setelah itu meminta pendapat dari orangtua atau saudara. Yang paling utama adalah Ada selalu berkonsultasi dengan Allah SWT setiap waktu supaya dapat diberikan jalan keluar.


Elis yang sudah cukup lama tinggal di Derby, Inggris, mengatakan bahwa ketika sedang menghadapi masalah keuangan selalu memperbanyak istighfar, sholat Dhuha dan Tahajud.

Sementara Yayuk Catri, yang saat ini menemani suaminya yang sedang bertugas di sebuah perusahaan pesawat terbang di Madrid, Spanyol mempunyai beberapa tips ketika menghadapi masalah keuangan. Di antaranya adalah selalu menjaga sholat Dhuha dan menanamkan keyakinan bahwa harta adalah milik Allah SWT. Oleh karenanya, Yayuk dan keluarga selalu memastikan zakat dan sedekah.

Jaga shalat Dhuha, harta kita hanya titipan! CLICK TO TWEET
Azhari Wahid seorang dosen berwarganegara Malaysia yang tinggal di Seremban, mengatakan bahwa jika ada masalah keuangan yang menimpa keluarganya, yang pertama kali dicek adalah sedekah. Azhari percaya bahwa dengan mengeluarkan sedekah, tentunya banyak kebaikan akan datang kepada dirinya dan keluarga.

Kalau kita baca lagi, komentar – komentar di atas sesuai dengan apa yang diajarkan Islam selama ini, hanya saja mungkin sebagian kita belum sepenuhnya mempraktikkan.

Tujuh Prinsip
Untuk melengkapi, kali ini Sakinah Finance ingin berbagi beberapa prinsip dalam mengelola keuangan keluarga yang dapat dijadikan sebagai rujukan untuk “cek dan ricek”. Siapa tahu salah satu atau sebagian prinsip – prinsip berikut menjadi penyebab atas masalah keuangan keluarga kita selama ini.

Ada tujuh prinsip yaitu memasang niat, memastikan apa yang dihasilkan dan dibelanjakan adalah halal dan thayib (baik), mulai bekerja atau berbisnis di kala masih pagi, silaturrahim, membayar zakat-infaq-sedekah, taubat jika ada kesalahan dan terakhir selalu bersyukur dan tidak mengeluh.


1. Niat
Sesungguhnya setiap pekerjaan itu tergantung dari niatnya (hadits pertama dalam Hadits Arba’in Imam An-Nawawi). Begitulah Rasulullah SAW menegaskan bahwa setiap apa yang kita capai akan tergantung dengan niatnya, begitu juga perbuatan kita yang akan dipertanggungjawabkan di hari akhirat nanti. Maka dari itu penting sekali untuk memastikan niat kita dalam hidup hingga mati kelak hanya untuk Allah SWT (QS Al-An’am (6): 162), termasuk tentunya dalam hal niat mengelola keuangan keluarga kita.

2. Halal dan thayib
Apa yang kita dan keluarga hasilkan dan belanjakan sangat menentukan arah hidup kita, misalnya apakah semua yang kita harapkan akan diridhoi oleh Allah SWT. Tentu saja panduannya adalah halal dan thayib seperti yang diungkapkan di dalam QS Al-Baqarah (2): 168 (Untuk lebih rinci, baca Artikel Sakinah Finance: Mana Yang Halal dan Mana Yang Thayib?). Maka dari itu sangat penting untuk memastikan pendapatan gaji, hasil dagang atau uang yang dibawa ke rumah dan juga apa–apa yang dibelanjakan tidak ada unsur-unsur haram, riba, spekulasi, ketidakjelasan, serta membahayakan dan menzolimi diri sendiri dan orang lain.


Pastikan pendapatan kita halal, pun dengan belanjanya! 
3. Mulai awal pagi
Memulai aktifitas hidup sepagi mungkin dapat mendapatkan keberkahan sebagaimana telah didoakan oleh Rasulullah SAW yang berbunyi: “Ya Allah, berkahilah untuk ummatku waktu pagi mereka.” (HR Ahmad No. 15007). Dalam hadits tersebut diceritakan bahwa Shakhr Al-Ghamidi yang senantiasa memulai perdagangan di waktu pagi sehingga mendapatkan hartanya bertambah banyak sampai tidak tahu harus di mana meletakannya.

4. Silaturrahim
Dalam sebuah hadits terkenal dikatakan bahwa bagi yang ingin dibanyakkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah menyambung silaturrahim (muttafaqun ‘alaih). Satu kiat jitu tak perlu modal yang ternyata mendatangkan banyak manfaat. Tentu ada saja hubungan keluarga, sahabat atau tetangga yang terputus, maka mulailah menegur sapa kembali, memanjangkan maaf dan menebar senyum. Semoga dengan menjalin hubungan dan menyambung silaturrahim yang telah terputus akan membuka pintu rezeki dan memberikan solusi bagi keuangan keluarga kita.

Silaturahmi membuka pintu rezeki! 
5. Zakat, infaq, sedekah
Dari beberapa pendapat di atas, sepertinya sedekah sudah menjadi amalan yang dipercaya dapat memperbaiki keadaan keuangan keluarga. Tentu saja sedekah bukan hanya dalam bentuk uang yang dapat diberikan, juga bukan hanya imbalan uang yang diharapkan. Sedekah juga bisa dalam berbentuk zikir, sholat Dhuha, ilmu, kebaikan, kalimat mulia, bahkan sekedar senyum. Balasan yang dijanjikan Allah SWT adalah berbentuk kebaikan bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat kelak. Selain zakat yang sudah menjadi kewajiban (lihat QS Al-Muzzamil (73): 20 dan seterusnya), tantangan untuk mengeluarkan infaq dan sedekah adalah sangat luar biasa maka dari itu balasannya juga luar biasa, lihat QS Al-Baqarah (2): 261-274.

6. Taubat
“Setiap keturunan anak Adam melakukan kesalahan, dan sebaik–baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang yang bertaubat” (HR At-Tarmidzi No. 2499). Maka dari itu berbuat kesalahan adalah sesuatu yang wajar namun tentunya sikap yang harus diambil adalah meminta maaf, ampunan dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Ternyata taubat dapat membuka pintu rezeki seperti yang dijelaskan di dalam QS Hud (11): 52: “Dan (Hud berkata): Wahai kaumku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras, Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa.”


7. Syukur
Sebagian dari kita sangat mudah mengucap syukur kepada Allah SWT jika mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, umumnya kita mengucapkan “Alhamdulillah”. Namun tanpa disadari sebagian kita sangat mudah mengeluh ketika ditimpa kesusahan dan menjadi kikir ketika diberikan kebaikan (lihat QS Al-Ma’arij (70): 19-21. Ayat selanjutnya (ayat 22 dan 23) menegaskan bahwa sholat dapat mengatasi sifat–sifat buruk itu. Semoga kita senantiasa ditambahkan nikmat oleh Allah SWT karena tidak mengeluh dan ingkar sebaliknya selalu ikhlas bersyukur (QS Ibrahim (14): 7).

Makin bersyukur, bertambah nikmatNya! CLICK TO TWEET
Tujuh Prinsip ini tentunya harus dikemas dengan konsep itqan yaitu sebuah konsep dimana kita harus berusaha sebaik mungkin. Tentu saja Tujuh Prinsip tentu saja tidak cukup, bisa jadi delapan, sembilan dan sebagainya, seperti dalam bacaan lain yaitu buku “15 ways to increase your earnings” karangan Abu Ammaar Yasir Qadhi.

Dalam buku ini, Yasir Qadhi menganjurkan 15 cara untuk meningkatkan pendapatan yaitu senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, meminta maaf dan ampunan, berserah diri kepada Allah SWT, senantiasa beribadah kepada Allah SWT, bersyukur kepada Allah SWT, melaksanakan haji dan umrah, menjalin hubungan baik, membelanjakan harta di jalan Allah SWT, hijrah karena Allah SWT, menikah, mendukung mahasiswa dalam belajar ilmu ke-Islaman, berbuat baik kepada kaum miskin, jujur dalam bertransaksi, selalu ingat Hari Akhir, dan selalu berusaha mencapai tujuan. Semoga manfaat! Wallahu a’lam bis-shawaab. Salam Sakinah!

Oleh: Dr. Murniati Mukhlisin, M.Acc, Konsultan Sakinah Finance, Colchester-Inggris

Opini Kita : Agar Tidak Bisu dengan Media yang Meringkus Akal Sehat

Stasiun televisi khusus berita itu mendadak sensi di dunia maya. Sejak perkara para jurnalisnya di lapangan tidak dikehendaki kehadirannya yang berujung pada ‘pelampiasan emosi’.

Tak lama kemudian di dunia maya, muncul tanda pagar #BoikotMetroTV. Tak lebih dari empat jam langsung memasuki posisi Trending Topic Indonesia. Apalagi kalau bukan karena ketidakproporsionalan televisi Surya Paloh itu dalam mengemas sebuah berita. Kerap menyudutkan Islam.

“Dalam pergantian kepemimpinan redaksi, tak pernah pemimpinnya seorang muslim,” kata seorang jurnalis senior.
Ini hanya satu contoh, kita selama ini seakan dipaksa dengan semua suguhan pahit ala Metro. Pahit bukan obat, tapi penyakit.
Telah lahir generasi baru teroris. Mereka adalah siswa SMP dan SMA dari sekolah-sekolah umum. Mereka mengikuti program ekstrakurikuler di masjid-masjid sekolah. Mereka dijejali dengan doktrin bahwa penguasa adalah thagut/kafir/musuh.
Begitulah MetroTV memberitakannya dalam Breaking News, Rabu 5 September beberapa tahun lalu, berdasarkan penelitian seorang profesor bernama Bambang Pranowo. Secara mudah, dengan membaca ciri-ciri generasi baru teroris yang dimaksud, telunjuk tangan siapapun akan mengarah pada Rohis (rohani Islam).
Berita ini mengingatkan saya pada peristiwa penangkapan Noordin M.Top (NMT) di Temanggung Jawa Tengah. Ketika itu, seorang wartawan dengan yakinnya mengabarkan bahwa itu adalah NMT. Saat itu juga seluruh stasiun tv berlomba-lomba menyajikan tayangan seputar perburuan ini. Masyarakat seolah dipaksa untuk menerima informasi mentah-mentah bahwa NMT telah tewas.
Prinsip check dan recheck diabaikan. Mereka juga mengabaikan salah satu kredo paling penting dalam pemuatan berita; Show it, don’t tell. (hal.72)
Media dengan semangat mencitrakan bahwa SBY dan Jokowi adalah sosok yang mampu membawa perubahan. Pencitraan ini belum tentu benar namun karena setiap hari media massa memborbardir publik dengan berita positif SBY dan Jokowi, maka masyarakat akhirnya terpengaruh opininya. Tahun 2004, media menjadikan SBY sebagai mitos dan berhasil. Tahun 2014 mitos itu diarahkan kepada Jokowi.
Publik baru tersadar jika SBY selama ini hanyalah mitos ketika melihat kinerjanya sebagai presiden. Ternyata SBY tak seluar biasa yang diberitakan. Tak ternyata SBY tak sebaik yang dikatakan media. Dan akhirnya, setelah mitos itu tak terbukti, publik ramai-ramai menghujat SBY, tak terkecuali media massa yang ironisnya justru menjadi pihak yang paling gencar. (hal.32)
Mitosisasi sangat berbahaya karena subyektif tak ada ruang untuk bersikap kritis dan terkesan memaksa publik untuk memilih orang sesuai dengan selera media (hal.33)
Halaman demi halaman tentang media itulah yang dibahas oleh Erwyn Kurniawan melalui buku anyarnya yang berjudul, “Dalam Lingkaran Kebisuan” (DLK). Buku yang coba menguak kebungkaman media yang meringkus akal sehat. Berkaca pada kehadiran John Mc Cain hingga Al-Maidah 51.
Dalam DLK, penulis yang pernah belajar ilmu jurnalistik dengan pendahulu Tempo, Yudhistira ANM Massardi itu mengarahkan kepada pembaca untuk mengucek mata agar melek dan sensi apa yang terjadi di sekitar seperti situasi politik yang dikemas media. Agar melek juga betapa ‘enak’ menjadi seorang penista agama tapi proses hukumnya banyak menyita masa.
Bagi media massa, sebaiknya jangan kehilangan momentum mengambil kembali posisinya sebagai lembaga yang memiliki otoritas berbagai  informasi berharga serta menyampaikan seproporsional mungkin. Sebab, publik sudah semakin cerdas dalam menakar pemberitaan.
Dalam Lingkaran Kebisuan, sebuah cemilan yang pas untuk dikunyah agar kita tidak mentah-mentah mengunyah berita yang kucuran informasinya deras setiap waktu. Buku yang bisa dihabiskan dalam sekali jalan, di tengah ‘mannequin challenge’ raksasa di ibukota. bersamadakwah

Jumat, 09 Desember 2016

Tentang Fiqh Bernegara (Kajian Agama dan Negara)

Islam merupakan agama sempurna dan mengatur semua aspek kehidupan manusia, dan bukan hanya mengatur kehidupan individual, namun juga sosial kemasyarakatan sampai pada tingkatan tertinggi yaitu negara. Setidaknya kesempurnaan Islam sebagai sebuah way of life itu termanifestasikan dalam pribadi Rasulullah SAW yang menjadi teladan pribadi yang baik dan pemimpin negara yang andal.



Selama ini kajian tentang hubungan antara agama dengan negara harus terus ditingkatkan  dengan merujuk kepada sumber primer yakni al-Quran, hadits, dan ijma’ ulama’. Karena, banyak hal yang perlu dipahami oleh umat Islam terkait hubungan antara agama dengan negara, di era modern ini seperti tentang sistem demokrasi, multipartai dalam tubuh umat Islam, dan keterlibatan wanita dalam berpartisipasi di pemerintahan.


Seperti yang kita ketahui, bahwa agama selalu memiliki kedudukan istimewa di mata manusia secara spiritual yang tidak dimiliki negara. itulah mengapa manusia rela untuk beribadah walaupun terkadang terasa memberatkan dirinya. Dengan kedudukannya itu maka agama akan tetap terus relevan di dunia ini,  karena dunia merupakan ladang manusia menanamkan kebaikan, yang akan dipanen di akhirat nanti.

Kekuasaan dan Agama

Begitu juga hubungan antara Kekuasaan dengan Agama, ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Di mana pun kehidupan di dunia ini pasti memerlukan adanya kekuasaan sebagai sarana menjamin keteraturan hidup. Dan agama menyediakan konten untuk keteraturan itu. Maka sejatinya antara agama dan negara memiliki hubungan yang erat dan sesuai kebutuhan fitrah manusia, dalam arti  agama lahir karena manusia memerlukan aturan, sedangkan negara lahir karena manusia memerlukan struktur bagi keteraturan. Dan keduanya adalah kebutuhan manusia.

sebagai konten aturan, agama bisa juga dikatakan sebagai tiang bagi negara (kekuasaan), sedangkan pemimpin negara (penguasa) berperan sebagai penjaga tiang itu. Keberadaan tiang dalam bangunan adalah vital. Karena tanpa tiang, bangunan akan runtuh. Sedangkan agama sebagai tiang memerlukan penjaga. Karena aturan yang tidak dijaga akan sulit ditaati. Seperti yang dikatakan oleh Imam Al-Ghazali, bahwa keteraturan dan disiplin tidak akan terwujud tanpa pemimpin.

Begitu eratnya hubungan antara kekuasaan dengan agama, maka penunjukan seorang sebagai pemimpin dalam Islam merupakan salah satu tugas agama yang paling besar. Mengingat kemaslahatan Ummat manusia tidak akan terwujud kecuali dengan menata kehidupan sosial secara teratur. Dengan demikian agama dan kekuasaan saling terkait, seperti  yang dikatakan Ibnu Taimiyah : ‘Karena sebagian mereka memerlukan sebagian yang lain’.

Menurut Dr. Yusuf Qardhawi, di era modern saat ini, ketika telah hadir negara sebagai manifestasi berbagai pemikiran di bidang ekonomi, sosial, politik, dan kebudayaan, peran agama masih tetap diperlukan keberadaannya. Mengingat Agama menolak bentuk sekulerisme yang memisahkan antara agama dengan negara.

Relevansi Aturan Agama

Hubungan erat antara agama dengan negara setidaknya bisa ditunjukkan dengan adanya relevansi segala yang diatur dalam agama dan negara. Seperti halnya dalam kehidupan bernegara, yang memerlukan peran parpol sebagai tempat menghimpun setiap kelompok untuk meraih kekuasaan. Dalam kaitan ini, keberadaan parpol bisa dikatakan dalam bahasa agama adalah perwujudan Mazhab dalampolitik. Seperti halnya mazhab dalam fiqih.

Berbagai hal yang tidak disukai atau dihindari dalam kehidupan politik karena berdampak buruk, ternyata juga tidak disukai dalam fiqih, seperti halnya  sikap fanatik buta yang mengkultuskan pemimpin, seolah-seolah mereka Nabi. Mengingat di dalam Fiqih juga dilarang adanya sikap fanatik buta pada salah satu pendapat.

Termasuk soal pemilihan umum yang masih menimbulkan pro kontra di dalam pandangan umat Islam, mengingat sebagian besar negara mayoritas Islam hidup dalam sistem demokrasi. Dalam kaitan ini Islam telah memberikan jawaban kepada kaum muslimin untuk bisa memanfaatkan sistim itu demi kebaikan umat, dengan bersandar pada ayat Al-Quran “Dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah” (Q.S ath- Thalaq [65] :2).

Sehingga seperti yang diterangkan oleh Dr. Yusuf Qardhawi, yaitu: “siapa yang tidak memberikan suaranya dalam pemilihan umum, sehingga calon yang layak dan jujur kalah, kemudian orang yang tidak kompeten dan tidak memenuhi syarat ternyata menang dengan mayoritas, maka dia telah melanggar perintah Allah untuk memberikan kesaksian, dan dia dapat dikatakan orang yang menyembunyikan kesaksian yang dibutuhkan umat. Sebagaimana juga firman Allah “dan janganlah saksi-saksi itu enggan (memberikan keterangan) apabila mereka dipanggil” (Q.S. al-Baqarah[2]:282) juga pada firman-Nya “ dan janganlah kamu (para saksi menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikannya maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya”. (al-Baqarah[2]:283).

Di dalam demokrasi, perlu pula jawaban mengenai mekanisme pengambilan keputusan dan partisipasi perempuan. Di dalam agama juga diatur mekanisme musyawarah atau syura yang mengikat bagi semua pihak, bukan sekedar masukan. Begitu juga terkait Dalam kaitan partisipasi, di dalam negara perempuan dan pria memiliki hak politik yang sama. Hal itu diatur dalam agama, bahwa “Wanita adalah saudara kandung pria” (HR Abu Daud).

Agama juga mengatur bagaimana kesetaraan ekonomi harus dijalankan, sehingga negara juga diharuskan memiliki keberpihakan kepada kaum yang lemah dalam bidang ekonomi. Tidak boleh ekonomi dikuasai oleh sekelompok orang atau konglomerat sedangkan sebagian besar lainnya miskin. Seperti yang disebutkan dalam Surah Al-Ashar ayat 7:  supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja”.

Sebagai pemegang kekuasaan, negara juga bertugas sebagai pemberi petunjuk (visioner) di berbagai sektor yang dibutuhkan rakyatnya, jadi bukan hanya pengumpul harta atau pajak dari rakyatnya. Dengan demikian negara perlu pula berwawasan global dan internasional sebagai manifestasi nilai rahmatan lil ‘alamin. Walaupun begitu besar peran negara dalam mengatur kehidupan rakyatnya, namun negara tidak diperbolehkan mendominasi kebenaran, karena mendominasi kebenaran adalah tugas agama. Iskan Qolba Lubis, MA



Sumber: dakwatuna

Cak Nun: Aksi 212, Benar-benar “fi’lullah” (kerja tangan Allah)

ORGANISME RAKYAT DAN UMMAT ISLAM
(Tulisan ke-3 dari 10)


MUHAMMAD AINUN NADJIB

Dari Pulau Seribu hingga 411 dan 212 saya menemukan, menyaksikan dan merasakan dengan penuh sukacita dan rasa syukur, bahwa ternyata Allah tidak meninggalkan rakyat kecil dan Ummat Islam Indonesia. Allah tidak membiarkan mereka yang sejak lama pikirannya galau dan hatinya amat sengsara ini sendirian dalam kesepian.


Ini bukan “haqqulyaqin” dan ”‘ilmulyaqin”. Ini “’ainulyaqin” dan “ruhulyaqin”. Saya tidak kaget dan mungkin justru gembira kalau siapapun menganggap ini romantik, klenik, tahayul atau halusinasi. Allah sungguh mememperlihatkan bahwa Ia “fa’-‘alul-lima yurid”, Maha Mengerjakan apa yang Ia kehendaki. Tidak ada selain Allah yang mampu menciptakan trigger atau momentum sangat sederhana beberapa detik di Pulau Seribu, sesudah sekian kali desing mercon kekurang-beradaban dan bom kebrutalan tidak menghasilkan letusan apapun.

Kalau Anda tuan rumah 212, sejauh-jauhnya Anda berani memperkirakan dan menyiapkan akomodasi untuk hanya 150 ribu orang. Tetapi jutaan Malaikat menyusupi kalbu sekian juta manusia untuk“yadkhuluna fi dinillahi afwaja” berduyun-duyun dari tempat yang sangat jauh berkumpul di suatu area. Murni, sejati, suci. Tanpa kesulitan dan kemacetan, dibanding tersiksanya lalu lintas mudik hari raya yang hanya seper-50 atau seper-100 massanya dibanding 212. Makanan dan minuman berlimpah ruah dinikmati oleh manusia yang jumlahnya lebih 3.000 kali lipat dibanding penumpang Kapal Nabi Nuh. Persis seperti hidangan (al-maidah) ajaib yang tiba-tiba tersuguhkan di bilik kecil Siti Maryam dalam kelipatan sekian juta.

Silakan meneliti ribuan macam lagi “fi’lullah”, kerja tangan Allah, asal dimaksudkan demi rasa syukur dan penyadaran bahwa kehidupan ini tidak sesederhana dan tidak se-teknis-materiil yang kita sangka. Dan ini semua saya tuturkan tidak untuk rasa bangga dan sesumbar. Justru yang terpenting dari paparan ini adalah satu prinsip bahwa “Nabi Musa jangan menyangka mampu membelah samudera”.

Tidak ada tongkat sakti. Tidak ada makhluk sakti, tidak pun Nabi, Rasul, Wali, Sayyid, Syarif, Habib, Jin, Asif bin Barkhiyah yang memindahkan Istana Balqis lebih cepat dari sekedipan mata, ataupun para Malaikat. Allah memerintahkan kepada Musa “belahlah laut dengan tongkatmu”, sekaligus memerintahkan kepada air laut “membelahlah begitu disentuh oleh tongkat Musa”.

Nabi Musa tidak bisa menjamin bahwa kalau besok sorenya ia pukulkan lagi tongkat itu maka air lautan akan terbelah. Sebagaimana mukjizat apapun yang terjadi pada semua Nabi Rasul, itu semua bukanlah kehebatan mereka, melainkan pinjaman dan perkenan dari Allah kepada


siapapun saja yang dikehendaki oleh-Nya. Semoga presisi ilmu hikmah yang demikian, yang lahir di kesadaran dan nurani para pemimpin dan pekerja amal saleh 212.

Ada yang mengatakan “kalau ingin melihat buih, lihatlah Monas 212”. Saya takdhim kepada buih. Sayangeri kepada buih tatkala ia ditiup oleh Tuhan dan menenggelamkan pulau-pulau. Saya berempati kepada buih yang menjadi buih karena dibuihkan oleh desain-desain besar cakar Iblis global dan Dajjal nasional. Jika Allah mencintai mereka karena dibuihkan oleh sesamanya, kemudian buih-buih itu dihamparkan dan menenggelamkan Nusantara — maka biarlah saya kehilangan apapun saja, asal diperkenankan menjadi bagian dari buih itu. Karena tak ada yang lebih nikmat dari kemesraan cinta-Nya.

Buih-buih 212 itu hanyalah cipratan kecil dari suatu organisme besar rakyat Indonesia dan Ummat Islam. Tidak ada organisasi apapun dengan kemampuan mobilisasi secanggih apapun, yang bisa menciptakan keindahan karya 212. Itu organisme, ciptaan Allah, yang penuh rahasia, pada yang tampak mata maupun yang tersamar dan tersembunyi. Organisme makhluk adalah “tajalli” Allah itu sendiri, dengan memilih siapapun dan apapun untuk dijadikan medium atau sarana untuk memanifestasikan “innallaha ‘ala kulli syai-in qodir”-Nya.

Andaikan memang khusus di era sekarang ini ada Iblis global mempekerjakan Dajjal nasional untuk mengincar penaklukan atas tanah air Indonesia, rakyatnya dan Ummat Islam, insya Allah tidak rumit untuk mewujudkannya di ranah organisasional, di level tata kelola formal kenegaraan dan kepemerintahan, secara sistemis dan strategis. Tidak terlalu pelik untuk “berunding”, mengendalikan, mengintervensi, mengamandemen, memotong, menyunat, membuat legalitas baru untuk kepentingan dan keuntungan sesuai desain, program dan proyek.

Asalkan Tuhan dianggap bukan faktor, bisa mudah digambar mapping hajatan itu. Sepanjang diyakini bahwa organisme rakyat dan Ummat Islam adalah khayalan dan omong kosong, maka buldozer penaklukan tak ada kendala untuk dijalankan. Sepanjang Pancasila dipercaya sebagai hanya basa basi, dan Ketuhanan Yang Maha Esa sekadar ungkapan sopan santun, maka jalanan mulus tanpa batu-batu pengganjal. Asalkan diteguhkan ilmu dan pengetahuan bahwa Allah tidak benar-benar ada, apalagi bekerja, berperan dan men-support para kekasih-Nya — maka program the show of Iblis dan Dajjal must go on.

Tidak perlu terpengaruh halusinasi yang mengatakan bahwa Negara dan Pemerintah adalah organisasi, sedangkan rakyatnya, terutama yang menghampar luas di bawah, adalah organisme. Bahwa NU, terutama PBNU, misalnya, adalah organisasi. Tetapi Nahdliyin adalah organisme. Bahkan kaum elit, kelas menengah dan terpelajar tertata dalam skema organisasi, tetapi rakyat kecil adalah organisme.

Organisasi dilaksanakan oleh manusia, mengacu pada syariat organisme “alam” yang sempurna. Tetapi organisme rakyat dan Ummat Islam Indonesia, pelaku utamanya bukanlah mereka. Ada Maha Subjek yang memperjalankan mereka berpuluh-puluh abad lamanya dalam ketangguhan dan misteri.

8 Desember 2016