Kamis, 03 Maret 2016

Demi Ambisi dan Visi Misinya, Bupati Seno akan bangun Simpang Lima yang Megah dengan anggaran s.d 60 Milyar

Setelah resmi bertugas kembali sebagai Bupati Boyolali per Selasa (23/2/2016) lalu, Seno Samodro berwacana terkait proyek mercusuar. Salah satunya, adalah proyek jalan simpang lima di tiga hingga empat lokasi lagi.
“Bisa dilihat sekarang. Orang yang selfie di Simpang Lima Jl.Pandanaran bukan hanya orang Boyolali. Dari mana-mana selalu menyempatkan diri berhenti dan berfoto diri di ikon tersebut. Oleh karena itu, cita-cita saya bisa bangun tiga atau empat simpang lima lagi,” kata Seno, saat berbincang dengan wartawan, Jumat (26/2/2016).
Proyek simpang lima pertama sudah terealisasi di dekat Taman Sono Kridanggo. Proyek jalan itu menelan anggaran hingga Rp9 miliar, ditambah proyek patung Arjuna Wijaya senilai Rp6 miliar.

“Nanti saya akan buat simpang lima paling megah dan paling besar, yang bisa tembus sampai ke Merapi. Anggaran bisa sampai Rp60 miliar. Kalau sudah menyangkut visi misi, ndak boleh ngirit,” kata Seno.
Kendati demikian, Seno belum bersedia menyampaikan di mana saja lokasi-lokasi yang dibidik untuk dibangun simpang lima. “Yang jelas pakai jalan nasional lagi. Ya, antara jalan Solo-Semarang, bisa di Ampel atau Banyudono, nanti kami lihat,” kata dia.
Selain simpang lima, beberapa wacana proyek mercusuar yang mulai digagas Seno antara lain pembuatan miniatur Gunung Merapi setinggi 17 meter. Miniatur Gunung Merapi itu nantinya akan diletakkan di antara empat simpang lima yang akan dibangun itu.
Diharapkan, keberadaan miniatur Merapi itu mendukung upaya pemerintah menjual kawasan lereng Merapi-Merbabu sebagai kawasan wisata.
Sementara itu, Seno bersama Wakil Bupati M.Said Hidayat mulai membagi tugas dalam pelaksanaan pemerintahan. Seno menyebut 90% tugas lapangan akan menjadi bagian wakil bupati. Pada hari pertama kerja, Dayat (panggilan M.Said Hidayat) mulai blusukan ke kantor-kantor SKPD.

Perputaran Uang Dari Galian C Merapi Mencapai Rp 500 Juta Perhari

Aktivitas penambangan galian C ilegal di Lereng Merapi, Kecamatan Selo, tetap beroperasi meski diprotes dimana-mana. Ternyata perputaran uang setiap harinya mencapai Rp 500 juta perhari. Nominal tersebut baru sebatas harga pasir, dimana setiap rit seharga Rp 450 ribu hingga Rp 500 ribu rupiah.
“Setiap hari setidaknya ada 900 hingga 1.000 truk yang datang,” kata Tumar, salah satu tokoh masyarakat di Desa Jrakah, Selo, Rabu (2/3).
Ditambahkan, perputaran uang semakin besar, bila ditambah dengan penarikan uang damai di jalan yang dilewati sopir truk oleh warga sekitar. Setidaknya ada 30 pos penarikan yang didirikan warga sekitar, mulai dari Cepogo hingga Selo. Di setiap pos, sopir truk membayar antara Rp 1.000 hingga Rp 2.000 sekali melintas. Uang damai tersebut digunakan warga untuk perbaikan jalan dan keamanan.