Sabtu, 23 November 2013

Pemira PKS (partai modern)

Islamedia - Seiring dengan munculnya Pemira, saya teringat dengan AS Hikam. Pengamat politik President University itu pernah berucap soal dampak kasus LHI pada PKS. Saya akan kutip pernyataan mantan Menristek di era Presiden Gus Dur tersebut. 

“Manajemen kontrol kerusakan (damage control management) PKS patut diacungi jempol dan ditiru oleh partai lain. Kedepan, PKS bisa mengubah kekacauan menjadi keuntungan dengan mengganti Presiden mereka, Luthfi Hasan Ishaq,” ungkap AS Hikam.

“Berbeda dengan parpol lain yang jika pimpinannya tersandung masalah lalu malah “mbulet,” maka PKS langsung bertindak cepat, bersih-bersih partai,”lanjut Hikam.

Mengapa?

“Ini karena budaya politik PKS mengutamakan kepentingan organisasi ketimbang figur, memikirkan jangka panjang ketimbang jangka pendek. Kader selevel Luthfi Hasan Ishaq (LHI) tampaknya juga tak sulit dicari di PKS. Di partai ini juga tidak ada kendala-kendala seperti hubungan keluarga, darah biru, dan tetek bengek lain seperti yang dikenal di parpol lain,” jelas Hikam lagi.


Sekitar 10 bulan sudah kasus LHI bergulir, dan hari ini, analisa Hikam semakin terbukti. Munculnya Pemira (Pemilu Raya) PKS untuk memilih calon presiden dari kader internal, menjadi bukti shahih ketangguhan partai dakwah tersebut dalam menghadapi gelombang ujian. Alih-alih terjebak dalam doomsday scenario (scenario kiamat), PKS justru terus menunjukkan kepercayaan dirinya melalui Pemira.

Anda bisa bayangkan ini dapat terjadi di partai lain? Sang presiden partai dikriminalisasi, dijebloskan ke dalam penjara, dibunuh karakternya, dan hanya dalam hitungan bulan sudah tersedia 20 capres dari kalangan internal yang akan dipilih oleh sekitar 1 jutakader PKS dalam Pemira.? Wow!!! 

Lebih dari itu, Pemira adalah pelajaran demokrasi sangat mahal bagi negeri ini. Inilah demokrasi sesungguhnya:  aspirasi dari bawah ke atas (bottom up) dengan saluran yang transparan, jujur dan bisa dipercaya bernama Pemira. Tiada “vitamin” atau “gizi” seperti yang kerap terjadi di partai lain.

Di partai lain, demokrasi yang terjadi bersifat elitis dan sarat money politik sehingga menimbulkan kegaduhan yang tak elok dipandang. Lihatlah apa yang terjadi dengan Partai Golkar hari-hari belakangan ini. DPD Tingkat II dijegal karena meminta pencapresan Aburizal Bakrie ditinjau ulang.

Begitu pula konvensi yang dilakukan Partai Demokrat. Siapa yang bisa menjamin tak ada politik uang yang berseliweran? Siapa yang menjamin tiada intervensi SBY? Dan apakah memang benar para peserta konvensi adalah yang diinginkan arus bawah Partai Demokrat?

Di PDI-P, faktor Megawati sangat menentukan seseorang dipilih menjadi capres atau tidak. Darah biru Soekarno masih menjadi pertimbangan sangat penting. Begitu pula di partai lainnya: PAN, PKB, gerindra, Hanura. Figuritas, darah keluarga, uang masih menjadi faktor dominan dalam menentukan seseorang menjadi capres.

Pemira PKS adalah ciri sebuah partai modern. Menurut pengamat politik LIPI Lili Romli, ciri partai yang modern antaralain, adanya pengorganisasian yang modern, penempatan kader berdasarkan merit system dan bukan karena kedekatan, serta egaliter.

Bukankah ketiga ciri tersebut ada dalam Pemira PKS? Hanya mereka yang kadung membenci partai dakwah ini saja yang tak mau mengambil pelajaran demokrasi  modern dari Pemira PKS. Andakah di antaranya?


Erwyn Kurniawan

Islamedia

3 (tiga) Cara Update dalam Beramar Ma’ruf Nahi Munkar di Zaman Penuh Ingkar


Indonesia negara kaya akan alam yang melimpah ruah, menghiasi keindahan dalam berbagai sudut pandangan mata. Namun, keindahan itu semakin mengurangi karena miskinnya kejujuran dalam negeri yang kaya raya ini. Berbagai bentuk “ingkar” mencoreng wajah kebaikan yang sudah tertanam sejak dini dalam lahirnya Indonesia. Semakin Indonesia menua, keingkaran pun malah tidak berhenti berproduksi, melainkan banyaknya bentuk pelanggaran yang sangat menodai agama Islam yang putih suci. Agama Islam yang rahmatan lil ‘alamin sudah mulai memudar esensinya, berbagai problematika hidup menjadi tantangan untuk dipecahkannya.

Pendidikan yang merupakan hak seluruh bagi masyarakat Indonesia, dan bertarif sesuai kantong-kantong yang tipis mulai sulit ditemukan, sehingga seolah-olah pendidikan hanya untuk mereka yang ‘berduit berlapis-lapis’. Dunia perpolitikan Indonesia, sedang diuji kejujuran bagi para petingginya, berbagai projek dan untuk menjadi seorang pemimpin maka segala cara dihalalkan, money politic pun dijadikan trend bagi mereka yang ingin menjadi penguasa di daerah Indonesia. Innalillahi, begitu banyak kemungkaran yang sudah mencabik-cabik jiwa suci Indonesia. Dunia kriminalitas, yang tidak pernah berhenti perampokan, pencurian, penipuan, rasanya sudah menjadi hal yang rutin dalam bertambahnya usia Indonesia. Lantas, apa yang mesti kita lakukan dalam mencegah itu semua?


Beramar Ma’ruf merupakan kunci dari mencegah kemunkaran yang terjadi di dunia termasuk Indonesia. Namun, kita harus memiliki langkah jitu dan update untuk mewujudkan kesuksesan dalam beramai-ramai dalam beramar ma’ruf yaitu 3 hal

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُون.
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (An nahl: 90)
Surat tersebut menginspirasi lahirnya cara 3-An. 3-An merupakan perkataan, perbuatan, dan tulisan. ‘An’ tersebut diambil dari ujung setiap kata tersebut.

Perkataan
وَيَوْمَ يَقُولُ نَادُوا شُرَكَائِيَ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُمْ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ مَوْبِقًا
“Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Dia berfirman: “Panggillah olehmu sekalian sekutu-sekutu-Ku yang kamu katakan itu”. Mereka lalu memanggilnya tetapi sekutu-sekutu itu tidak membalas seruan mereka dan Kami adakan untuk mereka tempat kebinasaan (neraka).” (Al Kahfi: 52)

Mengutip dari Al Quran, kita dapat memahami bahwa sebagai umat muslim diwajibkan untuk berkata benar, mengajak orang di sekitar kita untuk mengerjakan suatu kegiatan kebermanfaatan yang diridhai oleh Allah. Tidak melakukan hal sia-sia sehingga menimbulkan murka Allah. Perkataan merupakan salah satu cara dari berkomunikasi. Komunikasi merupakan bagian terpenting dalam suatu hubungan sosial. Kunci dari suksesnya penyampaian suatu perkataan adalah komunikasi efektif dan adab berinteraksi. Adapun adab berkomunikasi dengan baik, adalah sebagai berikut:[1]
  • Ikhlas karena Allah
  • Sabar menunggu hasil
  • Komitmen pada syariat Islam
  • Berakhlak mulia
  • Sopan dalam berpakaian
  1. Menyampaikan suatu kebenaran tentu sangatlah penting untuk memerhatikan hal di atas. Tanpa mengemas suatu kebenaran tidak sesuai dengan objek yang ingin disampaikan, maka hal tersebut akan sulit diterima oleh objek yang kita tuju. Maka kreativitas dalam berkata sangatlah penting.

Perbuatan
Perbuatan menjadi hal penting dalam menyampaikan suatu kebenaran. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada beberapa orang yang tidak berani dalam vokal. Tentunya perkataan bukan merupakan jalan satu-satunya dalam berdakwah. Memberikan suatu contoh perbuatan pun sudah termasuk dalam berdakwah/mencegah kemungkaran.
Contohnya, kita sudah mengetahui bahwa Rasulullah melarang minum sambil berdiri apalagi berjalan. Di situ kita dapat melakukan kegiatan nahi mungkar dengan sering menunjukkan minum yang baik, yaitu dengan tangan kanan dan dalam keadaan duduk. Different is beautiful, suatu perbedaan akan menjadi sorotan, dan kebiasaan kita yang berbeda itu akan menjadi rasa penasaran orang di sekitar kita, dan bagi mereka yang memiliki rasa ingin tahu yang berlebih akan menyelidik, dan di situlah mereka akan belajar dengan sendiri.
Barangsiapa rendah hati kepada saudaranya semuslim maka Allah akan mengangkat derajatnya, dan barangsiapa mengangkat diri terhadapnya maka Allah akan merendahkannya. (HR. Ath-Thabrani)
Membaca hadits di atas, masih ragukah dalam menyeru dengan perbuatan?

Tulisan
Mengapa dengan tulisan? Al Quran menjadi bukti akan kekalnya sejarah yang ditulis dalam tiap lembaran kertas hingga saat ini umat muslim tetap membaca dan sebagai suplemen ruhiyah untuk menjaga keimanan kepada Sang Maha Pecinta. Itulah dahsyatnya tulisan. Umat muslim tidak dapat menjumpai Al Quran saat ini, jika tidak dituliskannya oleh para sahabat Rasulullah. Alasan untuk menulis, sebagai berikut:[2]
  • Gagasan teratur, pilihan kata pas
  • Pembaca akan menilai dengan seksama
  • Efektif mengopinikan gagasan: sistematis
  • Alat bantu ampuh bagi yang tak biasa berbicara

Menulis merupakan bagian dari perjuangan dakwah. Tidak semua orang mampu berdakwah dengan perkataan dan perbuatan, ada sebagian orang yang gemar menulis. Hal tersebut merupakan kegiatan positif, dan lebih baik lagi ketika kegemaran menulis itu diarahkan untuk menyeru orang dalam melakukan kegiatan kebajikan. Melalui tulisan, suatu kebaikan itu dapat tersimpan dengan lama, bahkan akan hidup sepanjang masa dibanding dengan usia penulis. Tulisan pun dapat dibaca di mana saja, oleh siapa saja dan kapan saja, itulah beberapa kelebihan dalam dunia tulisan.

Semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada mereka yang ahli dalam menyampaikan suatu kebaikan dengan perkataan, ada sebagian yang pandai menebarkan kebaikan dengan perbuatan bahkan ada yang gemar menanamkan kebaikan dengan tulisan. Pada hakikatnya implementasi syariat Islam dapat dilakukan dengan 3-An tersebut, kita dapat mempelajari semuanya dengan baik.

Amar ma’ruf nahi mungkar, akan terasa lebih baik dan efektif yaitu dengan menggabungkan ketiga hal tersebut. Menjadi orang yang spesialis adalah suatu kebutuhan, tapi suatu kebutuhan itu akan lebih sempurna dengan menjadi orang yang generalis, karena dengan menjadi orang yang generalis kita dapat mengetahui semua ilmu yang bermanfaat. Maka, cara update dalam zaman penuh ingkar ini adalah 3-An sebagai implementasi syariat Islam.
Catatan Kaki:
[1] Materi Komunikasi Humanis yang disampaikan oleh ustazah Sul dalam TFT
[2] http://osolihin.wordpress.com


Asing Topang Kinerja Investasi Boyolali


Solopos.com, BOYOLALI–Perkembangan nilai investasi di wilayah Boyolali naik signifikan di tahun 2013.
Menurut informasi di Badan Penanaman Modal, Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) Boyolali, penanaman modal asing (PMA) yang masuk di Boyolali tahun ini cukup besar.
Bahkan pada Jumat (22/11/2013) ada calon investor asal Thailand yang melakukan survei ke BPMP2T dan berniat investasi di Boyolali.  Tahun ini realisasi investasi asing mencapai Rp76,78 miliar. Nilai ini naik dari realisasi tahun sebelumnya yang hanya berkisar US$6.500.
“Asing tahun ini cukup besar. Satu-satunya PMA yang investasi tahun ini adalah pabrik makanan olahan daging sapi yang berkembang di kawasan Randusari,” kata Kepala BPMP2T Boyolali EL. Rusdijanti Hardjoloekito, melalui Kabid Penanaman Modal, Sigit Yulianto, saat ditemui Solopos.com, di ruang kerjanya, Jumat.

Tahun ini perusahaan olahan daging sapi yang cukup ternama akan melakukan perluasan usaha di wilayah Randusari dan akan melakukan diversifikasi produk bekerja sama dengan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Boyolali.
Dia melanjutkan, total nilai investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Boyolali mencapai angka Rp2,45 triliun. Sementara, di sepanjang tahun ini saja sampai dengan Oktober 2013 nilai investasinya sudah mencapai Rp1,09 triliun dengan jumlah investor sebanyak 819 investor. Angka ini melonjak tajam dari investasi sepanjang tahun 2012 yang hanya berada pada nilai Rp273,25 miliar.
Untuk investasi PMDN yang berkembang di Kota Susu, tambah Kasubid Pengendalian BPMP2T Boyolali, Eko Nugroho, kebanyakan berasal dari sektor industri garmen dan perdagangan.  Tingginya investasi yang masuk ke wilayah ini, menurut Eko, didorong adanya pengembangan tata ruang kota di Boyolali yang jelas, misalnya untuk zona industri yang salah satunya berkembang di wilayah Teras dan Mojosongo. Bahkan, dengan adanya rencana pengembangan zona industri di salah satu kecamatan membuat investor semakin tertarik masuk ke Boyolali.
Sigit menambahkan, majunya industri garmen di Boyolali tak lepas dari tingginya potensi pasar garmen yang berkembang di Kota Solo. “Pasar dan perdagangan garmen di Solo sangat tinggi. Sehingga industri berkembang di wilayah sekitarnya termasuk Boyolali.”
Selain investasi yang sudah terealisasi, Sigit mengatakan ada beberapa potensi investasi di Boyolali yang ke depan bakal dikembangkan. “Kami sudah promosikan itu. Dan sudah ada beberapa calon investor yang tertarik dan akan kami tindaklanjuti.”
Potensi investasi itu meliputi bidang industri kemasan plastik, pengembangan pasar tradisional, industri olahan makanan, furnitur, kawasan industri dan kawasan berikat serta pengelolaan sampah.

Perajin Anyaman Bambu Simo Terancam Punah


Boyolali – Produk anyaman bambu di Dukuh Walen, Desa Walen, Kecamatan Simo, Boyolali terancam punah. Menyusul tidak adanya regenerasi di kampung tersebut. Saat ini pengrajin yang ada didominasi generasi tua. Akibatnya, produk wadah, tampah, dan bakul dari plastik yang kian variatif, membuat serapan kerajinan tampah dari bambu buatan mereka kian menciut. Kerajinan anyaman bambupun mulai tersingkirkan.
Kondisi ini mengakibatkan jumlah perajin terus menurun dari tahun ke tahun. Tidak adanya generasi muda dan semakin variatifnya produk tampah dari plastik ini, dikhawatirkan akan menjadi pemicu perajin tampah di wilayah itu, hilang termakan jaman.

Dasir (70), salah satu perajin bambu di Dukuh/Desa Walen yang sehari-hari membuat tampah untuk wadah menjemur ikan, tempe, dan beras, menuturkan, dulu, hampir semua orang di desa bisa menganyam tampah sejak masih kanak-kanak. Kemampuan menganyam ayaman bambu itu didapatkan dari generasi ke generasi. Hampir semua orang menjadi pengrajin tampah, meneruskan usaha orangtua. Kerajinan itulah yang turut menghidupi mereka selama ini.
“Kerajinan ini sudah turun temurun bahkan menjadi sumber penghasilan, tapi sekarang generasi muda disini lebih banyak yang kerja di pabrik,” cerita Dasir ditemui di rumahnya, Jumat (22/11).
Dasir mengaku kini hanya bisa menjual sepuluh buah tampah dalam seminggu dengan omzet sekitar Rp 60 ribu. Dulu, bisa dua kali lipatnya. Ketika itu banyak pedagang di pasar mengambil tampah langsung ke rumahnya, untuk dijajakan.
Sumiyati (65), perajin tampah lainnya di Desa walen membenarkan bahwa regenarasi perajin tampah di desanya sudah satu dekade ini terus berkurang lantaran anak para perajin itu, memilih bekerja di pabrik-pabrik. Para anak muda itu tidak lagi tertarik meneruskan usaha kerajinan yang diwariskan oleh nenek moyang ini.
“Mungkin karena gaji di pabrik lebih besar daripada harus membuat tampah ini,” ujarnya.
Ia dan para perajin tampah di desanya berharap, ada perhatian serius dari pemerintah untuk memberikan pembinaan dan pinjaman modal yang ringan pada para perajin. Sehingga, para perajin dapat bertahan dan mengembangkan usahanya. Jika usaha kerajinan tampah dari anyaman bambu ini kembali menggeliat.

3 Embung Dibangun di Mojosongo Boyolali


Solopos.com, BOYOLALI—Tiga embung dibangun di Kecamatan Mojosongo, Boyolali lewat dana APBD 2013.  Diharapkan, prasarana tersebut mendorong produktivitas pertanian di tiga desa. Embung tersebut dibangun di Desa Brajan, Tambak dan Dlingo.
Mantan Camat Mojosongo, Purwanto menerangkan pembangunan prasarana itu telah dimulai. “Sudah dimulai, tak hanya satu melainkan tiga tempat dan tiga desa,” terangnya saat dihubungi Solopos.com, Rabu (20/11/2013).
Dia mengatakan embung tersebut memanfaatkan sumber air di lokasi masing-masing. Purwanto mempertegas embung tersebut tak mengambil aliran air sungai sehingga tak mengganggu sistem irigasi yang sudah ada.  “Pakai sumber air di masing-masing titik. Fungsinya untuk irigasi, tapi jangan dibanyangkan embung ini nanti sebesar embung yang berada di Musuk. Ini lebih kecil.”
Lebih lanjut, dia menyebut pembangunan itu dilatarbelakangi peta wilayah Mojosongo yang sebagian besar lahan pertaniannya merupakan area tadah hujan.

“Fungsinya nanti untuk irigasi karena sebagian besar Mojosongo sawahnya tadah hujan. Tapi pengguna anggaran pembangunan itu di beberapa satuan kerja.”
Camat Mojosongo pengganti Purwanto, yakni Hendrayanto mengaku belum mengetahui secara rinci proyek tersebut. “Nanti kami cek dulu, karena saya dilantik juga baru saja,” terangnya.
Berdasarkan penelusuran Solopos.com, lelang proyek tersebut dimulai. Panitia lelang menginformasikan pengambilan dokumen mulai awal Oktober lalu. Dalam lama Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Pemkab Boyolali, disebut harga perkiraan sendiri untuk pembangunan tiga prasarana tersebut Rp703 juta.
Belum lama ini, Kades Dlingo, Tahanta, menjelaskan terdapat sumber potensi mata air untuk dimanfaatkan lewat prasarana embung di perbatasan Dukuh Gempol, Dlingo dan Tawangsari. Sumber air itu disebutnya terdapat di lahan kas desa. “Diharapkan embung nanti bisa mengaliri lahan tadah hujan seluas 10 hektare,” ujarnya.
Saat itu, dia mengusulkan embung dibangun seluas satu hektare. Sebelumnya, Tahanta mencoba meraih dana untuk pembangunan itu dari anggaran Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Wilayah Bengawan Solo.

BI Solo Bakal Kembangkan Klaster Sapi dan Padi


Solopos.com, SOLO--Bank Indonesia (BI) Solo bakal mengembangkan sejumlah klaster yang ada di Soloraya.  Setelah klaster industri rotan Trangsan, tahun depan rencananya BI akan garap klaster pembibitan sapi di Boyolali dan klaster padi di Sragen.
Deputi Kepala Perwakilan BI Solo Bidang Ekonomi Moneter, Arif Nazaruddin, menyampaikan pihaknya sudah melakukan memorandum of understanding (MoU) dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali untuk mengembangkan klaster sapi tersebut. Sementara, MoU dengan Sragen terkait pengembangan klaster padi akan dilakukan pekan ini.

“Semuanya akan kami mulai di 2014,” kata Arif, kepada Solopos.com, Selasa (19/11/2013).
Terkait program pengembangan klaster sapi di Boyolali, Arif menjelaskan  upaya itu dilakukan agar kebutuhan sapi lokal mudah dipenuhi. Boyolali adalah salah satu wilayah di Soloraya yang punya potensi sapi besar. Hanya saja, jelas dia, dari survei nasional tahun ini telah terjadi penurunan yang drastis untuk populasi sapi.
“Dalam survei itu disebutkan bahwa jumlah populasi sapi di Jawa Tengah turun drastis, dari sebelumnya 25.000 ekor, tahun ini hanya 1.400 ekor.”
Kondisi ini, menurut Arif, telah signifikan memberikan tekanan terhadap inflasi Solo. Minimnya pasokan daging sapi dan akhirnya menimbulkan kenaikan harga daging sapi berdampak signifikan terhadap kenaikan inflasi. “Daging sapi itu sering sekali menjadi pemicu inflasi. Jadi, tahun depan kami akan mengembangkan klaster sapi secara tersegmentasi.”
Pola ini diambil mengingat selama ini petani di Boyolali enggan mengembangkan pembibitan sapi dengan alasan waktu yang lama yaitu lebih dari satu tahun dan biaya yang lebih besar. “Tersegmentasi itu nanti artinya sapi akan dipelihara terus menerus oleh kelompok secara bergiliran. Misalnya tiga bulan pertama di kelompok pertama, tiga bulan selanjutnya di kelompok kedua dan seterusnya.”
Sehingga dalam jangka panjang pola ini bisa menambah populasi sapi di Boyolali. Sementara pengembangan klaster padi di Sragen dipilih karena Sragen adalah lumbung padi terbesar kedua di Jawa Tengah. Pihaknya berharap, dengan pengembangan ini akan terjadi peningkatan kapasitas produksi padi di Sragen. “Misalnya di satu klaster itu selama ini kapasitas produksinya rata-rata 8 ton per hektare, setelah program ini angka produktivitas ini bisa meningkat.”
Kalaupun secara produktivitas tidak bisa dinaikkan, maka BI akan berupaya untuk masuk ke sektor lain yang bisa dipenuhi oleh BI. “Misalnya, tentang banyaknya petani yang masih menjual hasil tanam dengan menggunakan sistem ijon dan mencari pembiayaan dari lintah darat. Nah, nanti akan kami coba masuk pada permasalahan tersebut dan kami tanggulangi bersama.
solopos

Waduk bade keindahan yang belum tergali di Boyolali


Waduk bade (7°21'40"S   110°42'2"E)  terletak di Desa Bade Kecamatan Klego sekitar 40 km ke arah utara dari Kota Boyolali sebagai sarana irigasi bagi pertanian dan perikanan bagi masyarakat sekitar, memiliki pemandangan alam yang mempesona.

Fasilitas yang terdapat disini adalah: rumah makan yang berjajar disamping jalan yang berfungsi sebagai pembendung. O ya di sebelah utara terdapat shelter dan taman kecil yang dapat digunakan untuk bersantai bersama keluarga maupun teman-teman untuk outbond kecil-kecilan
Tempat ini menjadi salah satu tempat favorit untuk memancing dan menghilangkan galau. Bagus juga untuk foto-foto. Disebelah utara waduk ada lahan kosong yang ditumbuhi rumpt sangat indah bagi pemotretan ataupun saat menaiki getek akan menjadi objek foto yang menarik, dengan latar perbukitan, air waduk maupun penggembala kambing yang ada dilokasi.

Diwaduk ini akan dapat dijumpai para petani tambak yang memasang akramba dilokasi, akan tetapi jumlah cukup sedikit kurang lebih 5 karamba.
Kegiatan yang kadang dilakukan ditempat ini adalah lomba burung, trail maupun outbond kecil-kecilan karena dilokasi ini belum ada instalasi outbond. Maklumlah kota kecil masih sedikit yang mempunyai keinginan untuk berwisata.l
Waduk yang telah di bangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda tahun 1942 ini tergolong masih kawasan wisata baru. Fungsi utama waduk Bade sebagai sumber pengairan, pada perkembangannya kawasan ini mempunyai fungsi yang strategis yaitu antara lain sebagai sumber air baku untuk air minum, perikanan dan selanjutnya baru pariwisata. Volume air waduk diambilkan dari Suplesi Daerah Irigasi Bendung Parean.
Akses menuju tempat ini terbilang cukup mudah. Meskipun untuk mencapai kecamatan Klego, pengunjung harus melalui jalanan naik turun perbukitan. Namun tidak perlu khawatir, karena jalan di daerah ini dapat dilewati berbagai jenis kendaraan dengan kondisi yang baik. Pengunjung membutuhkan waktu kurang lebih 60 menit dari Boyolali kota, untuk sampai ke Waduk Bade.

Waduk bade keindahan yang belum tergali di Boyolali


Waduk bade (7°21'40"S   110°42'2"E)  terletak di Desa Bade Kecamatan Klego sekitar 40 km ke arah utara dari Kota Boyolali sebagai sarana irigasi bagi pertanian dan perikanan bagi masyarakat sekitar, memiliki pemandangan alam yang mempesona.
Fasilitas yang terdapat disini adalah: rumah makan yang berjajar disamping jalan yang berfungsi sebagai pembendung. O ya di sebelah utara terdapat shelter dan taman kecil yang dapat digunakan untuk bersantai bersama keluarga maupun teman-teman untuk outbond kecil-kecilan
Tempat ini menjadi salah satu tempat favorit untuk memancing dan menghilangkan galau. Bagus juga untuk foto-foto. Disebelah utara waduk ada lahan kosong yang ditumbuhi rumpt sangat indah bagi pemotretan ataupun saat menaiki getek akan menjadi objek foto yang menarik, dengan latar perbukitan, air waduk maupun penggembala kambing yang ada dilokasi.

Diwaduk ini akan dapat dijumpai para petani tambak yang memasang akramba dilokasi, akan tetapi jumlah cukup sedikit kurang lebih 5 karamba.
Kegiatan yang kadang dilakukan ditempat ini adalah lomba burung, trail maupun outbond kecil-kecilan karena dilokasi ini belum ada instalasi outbond. Maklumlah kota kecil masih sedikit yang mempunyai keinginan untuk berwisata.l
Waduk yang telah di bangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda tahun 1942 ini tergolong masih kawasan wisata baru. Fungsi utama waduk Bade sebagai sumber pengairan, pada perkembangannya kawasan ini mempunyai fungsi yang strategis yaitu antara lain sebagai sumber air baku untuk air minum, perikanan dan selanjutnya baru pariwisata. Volume air waduk diambilkan dari Suplesi Daerah Irigasi Bendung Parean.
Akses menuju tempat ini terbilang cukup mudah. Meskipun untuk mencapai kecamatan Klego, pengunjung harus melalui jalanan naik turun perbukitan. Namun tidak perlu khawatir, karena jalan di daerah ini dapat dilewati berbagai jenis kendaraan dengan kondisi yang baik. Pengunjung membutuhkan waktu kurang lebih 60 menit dari Boyolali kota, untuk sampai ke Waduk Bade.

Desa Samiran, Selo, Boyolali Menjadi Desa Wisata Terbaik Ketiga seindonesia


REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menobatkan Desa Pekraman Jasri di Kecamatan Karangasem, Bali sebagai desa wisata terbaik 2013. Desa wisata tersebut menyisihkan 138 desa wisata lain dari 29 provinsi yang dinilai tahun ini.


Pada tahun ini, Kemenparekraf menilai 139 desa wisata yang meningkat  dari 72 desa tahun lalu. Desa wisata terbaik kedua diraih Desa Nglanggeran, GunungKidul, Yogyakarta. Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali mendapat predikat desa wisata terbaik ketiga.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi, Mari Elka Pangestu mengatakan desa wisata terbaik dapat dijadikan percontohan bagi desa wisawat yang lain. Perlombaan tersebut memberi bobot tertinggi pada dampak desa wisata terhadap masyarakat setempat.
"Perlombaan ini untuk menciptakan standar desa wisata yang berhasil, bagus, dan dampaknya kepada masyarakat jelas," ujarnya seusai memberi penghargaan desa wisata terbaik di Desa Pentingsari, Yogyakarta, Sabtu (23/11). 


Perlombaan desa wisata tahun ini dinilai lebih baik dari sebelumnya karena komponen penilaian bertambah. Tahun ini, desa wisata tidak hanya dinilai dari administrasi dan laporan penggunaan dana bantuan.
"Kami melihat penggunaan dananya untuk apa dan seberapa efektif, dan berapa efektif itu dinilai dari berapa lapangan pekerjaan yang diciptakan, berapa usaha yang diciptakan, berapa kunjungan (wisatawan)," kata Mari Elka.
Pada tahun lalu, predikat desa wisata terbaik diberikan kepada Desa Wisata Pentingsari di Sleman. Perkembangan desa wisata tersebut dinilai terbaik karena banyak manfaat bagi warga. Saat ini, ada 80 rumah yang menjadi homestay di mana 50 rumah dinilai layak untuk wisatawan mancanegara.
Selain itu, industri perumahan tumbuh menjadi enam kelompok serta bertambahnya pemandu lokal menjadi 40 orang dan kelompok atraksi pertanian dan seni budaya sebanyak 30 orang.

Desa wisata yang dinilai tersebut merupakan desa yang menerima bantuan PNPM Mandiri Pariwisata. Bantuan tersebut diluncurkan pada 2009 dengan anggaran Rp8,75 miliar untuk 104 desa.
Pada 2013, sebanyak 980 desa menerima bantuan yang dianggarkan sebesar Rp123,25 miliar. Pada tahun depan, Kemenparekraf menarget bisa menyalurkan bantuan ke 2 ribu desa wisata.

Sementara itu, Bupati Sleman, Sri Purnomo mengatakan desa wisata merupakan aset bagi Kabupaten Sleman. Saat ini, terdapat 38 desa wisata di Sleman dengan tiga kategori yakni 12 desa wisata mandiri, 13 desa wisata tumbuh, dan 13 desa wisata berkembang.
"Upaya-upaya pengembangan desa wisata yang kita lakukan selain untuk menambah obyek wisata, juga bertujuan untuk meningkatkan produktivitas masyarakat sebagai salah satu bentuk ekonomi kreatif yang berkembang di masyarakat, " ujarnya.

Desa wisata dikembangkan dengan pemberdayaan masyarakat. Sri Purnomo mengatakan pengembangan desa wisata di Sleman dipadukan dengan program kegiatan bidang lain seperti pertanian, perikanan, perindustrian dan lingkungan.

Desa Samiran, Kecamatan Selo Boyolali Desa Wisata Terbaik Ketiga seindonesia


REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menobatkan Desa Pekraman Jasri di Kecamatan Karangasem, Bali sebagai desa wisata terbaik 2013. Desa wisata tersebut menyisihkan 138 desa wisata lain dari 29 provinsi yang dinilai tahun ini. 

Pada tahun ini, Kemenparekraf menilai 139 desa wisata yang meningkat  dari 72 desa tahun lalu. Desa wisata terbaik kedua diraih Desa Nglanggeran, GunungKidul, Yogyakarta. Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali mendapat predikat desa wisata terbaik ketiga. 

Menteri Pariwisata dan Ekonomi, Mari Elka Pangestu mengatakan desa wisata terbaik dapat dijadikan percontohan bagi desa wisawat yang lain. Perlombaan tersebut memberi bobot tertinggi pada dampak desa wisata terhadap masyarakat setempat.
"Perlombaan ini untuk menciptakan standar desa wisata yang berhasil, bagus, dan dampaknya kepada masyarakat jelas," ujarnya seusai memberi penghargaan desa wisata terbaik di Desa Pentingsari, Yogyakarta, Sabtu (23/11). 


Perlombaan desa wisata tahun ini dinilai lebih baik dari sebelumnya karena komponen penilaian bertambah. Tahun ini, desa wisata tidak hanya dinilai dari administrasi dan laporan penggunaan dana bantuan.
"Kami melihat penggunaan dananya untuk apa dan seberapa efektif, dan berapa efektif itu dinilai dari berapa lapangan pekerjaan yang diciptakan, berapa usaha yang diciptakan, berapa kunjungan (wisatawan)," kata Mari Elka.
Pada tahun lalu, predikat desa wisata terbaik diberikan kepada Desa Wisata Pentingsari di Sleman. Perkembangan desa wisata tersebut dinilai terbaik karena banyak manfaat bagi warga. Saat ini, ada 80 rumah yang menjadi homestay di mana 50 rumah dinilai layak untuk wisatawan mancanegara.
Selain itu, industri perumahan tumbuh menjadi enam kelompok serta bertambahnya pemandu lokal menjadi 40 orang dan kelompok atraksi pertanian dan seni budaya sebanyak 30 orang. 

Desa wisata yang dinilai tersebut merupakan desa yang menerima bantuan PNPM Mandiri Pariwisata. Bantuan tersebut diluncurkan pada 2009 dengan anggaran Rp8,75 miliar untuk 104 desa.
Pada 2013, sebanyak 980 desa menerima bantuan yang dianggarkan sebesar Rp123,25 miliar. Pada tahun depan, Kemenparekraf menarget bisa menyalurkan bantuan ke 2 ribu desa wisata. 

Sementara itu, Bupati Sleman, Sri Purnomo mengatakan desa wisata merupakan aset bagi Kabupaten Sleman. Saat ini, terdapat 38 desa wisata di Sleman dengan tiga kategori yakni 12 desa wisata mandiri, 13 desa wisata tumbuh, dan 13 desa wisata berkembang.
"Upaya-upaya pengembangan desa wisata yang kita lakukan selain untuk menambah obyek wisata, juga bertujuan untuk meningkatkan produktivitas masyarakat sebagai salah satu bentuk ekonomi kreatif yang berkembang di masyarakat, " ujarnya. 

Desa wisata dikembangkan dengan pemberdayaan masyarakat. Sri Purnomo mengatakan pengembangan desa wisata di Sleman dipadukan dengan program kegiatan bidang lain seperti pertanian, perikanan, perindustrian dan lingkungan.

Tentang Kecamatan Selo Boyolali

Kecamatan Selo merupakan salah satu dari 19 Kecamatan di Kabupaten Boyolali. Kecamatan ini terdiri dari 10 desa yang tersebar di sisi sebelah timur dan utara lereng Gunung Merapi dan sebelah barat selatan lereng Gunung Merbabu. Wilayah Kecamatan Selo sebelah utara dibatasi oleh Kecamatan Ampel Kabupaten Magelang, sebelah selatan di batasi oleh Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, Sebelah Barat dibatasi oleh Kabupaten Magelang. Sedangkan di sebelah Timur dibatasi Oleh Kecamatan Cepogo dan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.
Kecamatan Selo adalah salah satu kawasan Penyangga Taman Nasional dengan jumlah desa yang berbatasan langsung dengan kawasan berjumlah 7 desa dari 10 desa yang ada di Kecamatan Selo. Desa-desa tersebut adalah Desa Jrakah, Desa Lencoh, Desa Samiran, Desa Selo, Desa Senden, Desa Tarubatang dan Desa Jeruk sedangkan tiga desa yang tidak berbatasan langsung dengan balai Taman Nasional Gunung Merbabu yaitu : Desa Tlogo lele, Desa Suroteleng dan Desa Klakah.
Daerah yang berada diantara lereng Merapi dan Lereng Merbabu ini mempunyai ketinggian dari permukaan air laut antara 1.200 m dpl-1.500 m dpl. Dengan Curah Hujan yang cukup tinggi yaitu 3.055 mm per tahun (2006) dengan jumlah hari hujan mencapai 106 hari hujan. Iklim yang ada di daerah ini adalah iklim tipe C basah berdasarkan pembagian iklim menurut Schmidt dan ferguson. Iklim ini sangat cocok untuk daerah pertanian.
Tanah di Kecamatan selo sebagian besar digunakan sebagai tanah kering yaitu mencapai 5.572,4 Ha dari 5.607,8 Ha, sisanya adalah tanah sawah yang hanya seluas 35,4 Ha. Tanah Kering tersebut digunakanoleh masyarakat sebagai pekarangan/bangunan seluas 998,9 Ha, Tegal/kebun seluas 1.9272 Ha, Hutan Negara 1.350,6 Ha, lainnya 495,7 Ha. Dari jumlah tersebut dapat dilihat bahwa luas wilayah hutan Negara dalam hal ini Taman Nasional Gunung Merbabu sangat luas menduduki peringkat kedua setelah luas tegalan/kebun.
Lahan di daerah ini di dominasi oleh tanah perbukitan,. Sangat sedikit daerah yang berupa dataran. Hal ini dapat dilihat dari prosentase jumlah tanah sawah yang sangat minim. Di Desa Tlogolele dan Desa Klakah terdapat sumber galian C terutama pasir dan batu kali yang bersumber dari sungai Apu yang terdapat diantara dua desa tersebut diatas. Galian C tersebut merupakan material yang bersumber dari longsoran lahar dingin gunung teraktif di Indonesia , Gunung Merapi.
Penduduk Kecamatan Selo berjumlah 26.777 Jiwa dengan jumlah laki-laki 12.969 jiwa dan jumlah perempuan 13.808 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 477 Jiwa/Ha. Yang tersebar dalam 7.649 Kepala Keluarga. Dengan tingkat pendidikan masyarakat yang rata-rata cukup rendah yaitu hanya tamat SD dengan angka 9.971 jiwa dari total 24.800 Jiwa. Mata pencaharian penduduk Kecamatan Selo umumnya petani baik petani tanaman pangan maupun tanaman holtikultura, disamping beternak
Mata Pencaharian penduduk Selo adalah petani, Sebagian besar petani dengan pertanian kering dan holtikultura. Sebagian lagi adalah penambang pasir diwilayah Merapi.

Kondisi Umum Kecamatan Ampel Boyolali

Kecamatan Ampel merupakan salah satu dari 19 Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Boyolali yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut, Sebelah Utara : Kabupaten Semarang, sebelah Selatan : Kabupaten Semarang, sebelah Timur : Kecamatan Cepogo, sebelah Barat : Kecamatan Selo, Kabupaten Magelang. Kecamatan Ampel terdiri dari 20 desa, 358 Dukuh, 149 RW dan 539 RT. Adapun luas wilayahnya seluas 8.468,0571 Ha.
Kecamatan Ampel terletak pada ketinggian 520 – 1.840 meter diatas permukaan air laut ( mpdl ), dan memiliki temperatur udara rata-rata antara 26C – 30C. Curah hujan tertinggi muncul antara bulan Desember – Maret, berkisar antara 300 – 350 mm per bulan, sehingga pada bulan-bulan tersebut perlu diwaspadai desa-desa yang berada di lereng Gunung Merbabu karena rawan terjadi tanah longsor. Desa-desa tersebut yaitu Jlarem, Sampetan, Ngadirojo, Ngargoloko, Candisari dan Ngagrong. Pada waktu musim kemarau 6 desa tersebut juga harus extra hati-hati karena juga rawan terhadap bencana kebakaran. 


Terdapat 20 Desa Di Kecamatan Ampel Yaitu : Urut Sewu, Gondang Slamet, Ngampon, Ngenden, Selodoko, Candi, Sidomulyo, Ngargosari, Banyuanyar, Seboto, Tanduk, Gladagsari, Candisari, Ngagrong, Kaligentong, Ngadirojo, Sampetan dan Jlarem. Penduduk di Kecamatan Ampel mayoritas beragama Islam ( 92 % ), Kristen / Katholik ( 4,52 % ) sedangkan Hindu – Budha ( 3,95 % ). Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Ampel mayoritas pada sektor pertanian 21,94 %, perkebunan sekitar 0,24 %, peternakan 3,42 %, industry 0,7 %, sedangkan yang lainnya tersebar pada sektor perdagangan, jasa, angkutan dan lain-lain.

Secara sosial budaya terdapat beberapa kegiatan yang sudah mengakar dan ternyata menjadi sebuah tradisi yang diselenggarakan setiap tahunnya. Hal tersebut antara lain Sadranan sebagai wujud pemersatu silaturahmi yang dilaksanakan pada bulan- bulan tertentu. Contohnya pada bulan jawa Ruwah. Selain itu ada kegiatan Merti Desa yaitu kegiatan selamatan setelah melaksanakan kegiatan desa, hal tersebut juga bermakna sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT. 

Kelompok kesenian reog yang sangat menjamur bermunculan di Kecamatan Ampel. Hal itu dapat dilihat pada peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 63 Tahun 2008 di Kecamatan Ampel dilaksanakan lomba reog, ternyata animo peserta dari desa se Kecamatan Ampel sangat antusias. Sebagai bukti bahwa Kesenian Reog di Kecamatan Ampel sangat prospektif adalah dengan dimenangkannya Lomba Reog Tingkat. Kabupaten Boyolali di Bumi Perkemahan Indraprastha Desa Candisari Kecamatan Ampel pada Tahun 2008 oleh Grup Kesenian Reog “WAHYU BUDOYO” dari Desa Ngagrong Kecamatan Ampel.

Lokasi Wisata ada beberapa antara lain : Arboretum desa Sampetan, Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim, Pertapaan Guolelo, Gua Jepang di Ngagrong dan Bumi Perkemahan Indraprasta. dan masih banyak lagi.

Asal mula Banyudono boyolali

Keramahtamahan adalah sifat asli yang diwariskan nenek moyang penduduk di Indonesia, begitupun juga, sifat ini tidak lepas dari budi pekerti warga kebanyakan. Daerah Banyudono dikaruniai Oleh Alloh Yang Maha Pemurah akan kesuburan tanah dan melimpahnya kandungan air.


Sudah dari dulu, masyarakat Banyudono mewujudkan keramahtamahaanya dengan selalu menjamu tamunya dengan sebaik-baikhya, entah itu tamu berkunjung atau sekedar beristirahat sebentar.
Oleh karena itu, konon di setiap emperan rumah di daerah ini selalu di tempatkan "gentong" semacam kendi air minum beurukuran besar, supaya orang yang sekedar lewat atau mampir bertamu dapat beistrirahat sambil minum air darinya. Tentunya akan terasa sangat menyegarkan ketika dahaga, kepenatan dan kelelahan selama perjalanan dapat terobati.



Posisi Banyudono memang bukan sebagai pusat perekonomian namun lebih sebagai transit untuk singgah sebentar, daerah yang sebagian besar untuk pertanian ini sangat menyenangkan bila kita dapat menyempatkan sebentar untuk merasakan hawa sejuk pertanian Banyudono.
Mungkin bagi yang telah membaca sejarah Boyolali akan mengerti bagaimana perjalanan Ki Ageng Pandan Aran dalam mencari nila-nilai kebenaran hidup, maka sejarah asal mula dinamakan Banyudono juga tak lepas dari laku panjang Beliau. Dalam sebuah perjalanan itu, Ki Ageng Pandan Aran merasa kelelahan dan kehausan maka dia berusaha mencari tempat istirahat, maka dijumpainya sebuah kampung yang "adem" maka ia berniat untuk berisitirahat di kampung ini.



Ki Ageng merasa bekal yang dibawa telah habis, singkat cerita Beliau minta tolong kepada salah satu warga untuk memberikannya seteguk air. Dan karena sifat mulia dari keramahtamahan yang ada dalam setiap warga, maka dijamulah Ki Ageng, dipersilakan istirahat dengan sebaik-baiknya dan diberikannya air minum sebagaimana yang diminta. Ki Ageng merasakan bahwa air minum yang ada di daerah ini lain dari pada yang lain, Walaupun tidak diberi campuran apapun namun rasanya manis bagai air gula. Tidak pula pahit ataupun asin.



Maka melalui perjamuan sederhana dan percakapan dengan warga maka Ki Ageng sedikit lebih mengerti seluk beluk adat dan kebiasaan warga di sini. Maka untuk sebagai wujud rasa hormat dan terima kasih, nama daerah ini diingatnya sebagai Banyudono.
Banyu adalah air dan dono adalah "weweh" atau beri/sumbang/kasih.
Di desa ini, setiap tamu akan kami suguhkan keramahtamahan kami bagaikan air yang mengalir tiada habisnya


banyudono

Jumat, 15 November 2013

UMK Boyolali 2014 Disepakati Rp 1.116.000


Boyolali – Setelah sempatdeadlock akhirnya rapat tri partit antara pengusaha dan buruh yang difasilitasi Pemkab Boyolali menemukan kesepakatan angka opsional upah minimum kabupaten (UMK) tahun 2014, yakni sebesar 1.116.000/bulan. Angka ini diambil dari angka rata-rata pengabungan usulan upah dari pihak SPN dan Apindo. Kesepakatan angka tersebut dari hasil rapat di Kedai Atmo Mojosongo, Boyolali.
Meski sudah tercapai kesepakatan angka UMK, namun SPN mengaku tidak merekomendasikan angka tersebut. Pasalnya, angka tersebut masih jauh dari usulan pihaknya, yaitu sebesar rp 1,2 juta. Pihaknya berharap, bupati boyolali mau membuka mata matinya untuk menaikan UMK hingga bisa ke nilai kebutuhan hidup layak KHL.
“Harapan kita, bupati mau menambah angka tersebut hingga mendekati KHL, Kita serahkan semua kebijakan ini ke Bupati,” ungkap Ketua SPN Boyolali, Wahono, Kamis ( 31/10).
Di sisi lain, Bupati Boyolali Seno Samodro, membenarkan pihaknya telah menerima usulan angka UMK tahun 2014 tersebut. Usulan tersebut, hari ini akan segera dikirimkan ke gubernur Jawa Tengah untuk mendapatkan persetujuan.
“Kami mengucapkan selamat atas kelonggaran hati kedua belah pihak, bisa menyikapi secara dewasa dan Bupati akan mengawal pelaksanaan UMK di Boyolali,” ungkapnya.
Rapat Dewan Pengupahan Kabupaten Boyolali yang dilangsungkan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertran) di antaranya dihadiri Kepala Dinsosnaketran Joko Suyono, Taqrir Edi Permadi, Kepala Kesbangpol, Joko Wasito dari DPK Apindo Boyolali, Wahono dari DPC SPN Boyolali, Aryoko dari DPC SPSI Boyolali, Sulistiarso dari kalangan akademisi, serta Marsudi sebagai tokoh masyarakat.
Semula dalam rapat pembahasan tersebut, pembahasan berlangsung alot dan tidak ada kesepakatan. Pasalnya, baik SPN dan Apindo tetap bersikukuh dengan usulan masing-masing. Kalangan pengusaha yang diwakili DPC Apindo sebelumnya tetap berpegang pada angka Rp 1.032.000. Sementara DPC SPN maupun DPC SPSI tetap menginginkan UMK sebesar Rp 1.200.000 sesuai dengan kebutuhan hidup layak (KHL).

Dana Bansos 150 Sekolah di Boyolali Diduga Dikorupsi


Boyolali – Kejaksaan Negeri Boyolali membidik 150-an sekolah swasta Islam yang diduga ada penyelewengan penyaluran dana bantuan sosial (Bansos) tahun 2010 dari Pemerintah Provinsi Jateng. Dana yang disalurkan mencapai Rp 1 miliar.
Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Boyolali, Hendrik Selalau saat dikonfirmasi membenarkan adanya upaya pengusutan kasus dugaan penyelewengan dana Bansos itu. Sejauh ini, upaya pengusutan yang dilakukan pihaknya masih dalam tahap awal penyelidikan dengan mengumpulkan bahan dan keterangan (Pulbaket) dari pihak sekolah islam yang mendapat bantuan dana sosial itu.
“Kita sedang pool data dan memanggil beberapa sekolah yang terindikasi ada penyelewengan Bansos,” ungkap Kajari saat ditemui di kantornya, Kamis (31/10).
Dijelaskan, dari 150 sekolah tersebut, hari ini, pihaknya sudah memanggil 15 sekolah untuk dimintaj keterangan. Terutama berkaitan dengan penyimpangan penyaluran dan pengelolaan dana Bansos ke sekolah.

Wujud Syukur Warga Samiran Boyolali


Ritual Gunung Merbabu
Solopos.com, BOYOLALI — Ritual air suci di kaki Gunung Merbabu digelar warga Dukuh Ngaglik, Samiran, Selo, Boyolali, Rabu (6/11/2013).
Menurut Kepala Desa Samiran, Marzuki, ritual menyatukan air suci dua gunung tersebut dilakukan sejak 1946.
“Awalnya sebagai ungkapan rasa syukur setelah terbebas dari bencana Merapi dan wabah penyakit yang sempat membunuh puluhan warga,” katanya selepas ritual tersebut, Rabu.
Setelah wabah penyakit yang melanda desa itu berakhir, lanjutnya, warga kemudian melakukan selamatan atau tanda syukur atas berkat perlindungan dari wabah penyakit. Acara selamatan itu, dilakukan oleh warga hingga sekarang.

“Sempat terhenti sekitar 1965 akibat ada pemberontakan, tapi sejak beberapa tahun terakhir sudah digiatkan kembali,” katanya.
Air suci yang diambil dari embun di Gua Raja di lereng Gunung Merbabu juga dibawa dan disatukan dengan air di Petilasan Ki Ageng Kebokanigoro di lereng Gunung Merapi.
”Campuran air suci ini disebut air perwitasari yang dipercaya warga dapat menyembuhkan segala penyakit,” katanya.
Setelah mencampurkan air suci itu, warga di lokasi Kepunden Kebokanigoro kemudian berdoa bersama memohon agar diberikan keselamatan dan dijauhkan dari berbagai wabah penyakit,
“Setelah didoakan, puluhan tumpeng itu menjadi rebutan warga sekitar untuk ngalap berkah,” pungkasnya.

6 Ton Ikan Kakap Merah di Waduk Cengklik Mati


Boyolali — Hujan yang mulai menguyur wilayah Boyolali, membuat cemas para pemilik karamba di Waduk Cengklik Boyolali. Lha bagaimana tidak? Selama dua hari, sebanyak 6 ton ikan kakap merah mati. Kematian dikhawatirkan akan terus terjadi bila hujan turun di malam hari sedangkan pada siang hari cuaca sangat panas.
Seperti diungkapkan Antok (30) warga Sobokerto Ngemplak, ikan yang mati hampir terjadi setiap hari. Bahkan dalam satu petak karamba, kematian ikan mencapai 2 ton. Ikan yang baru saja mati dan masih segar, masih laku dijual meski dengan harga sangat murah, antara Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu, sedangkan untuk harga ikan segar sendiri per kilogramnya Rp 17,500. Sementara bagi ikan yang mati dan telah membusuk langsung dibuang.
“Ya bagaimana lagi, hitung-hitung mengembalikan modal,” ungkap Antok ditemui di Waduk Cengklik, Jumat (15/11 ).
Menurut warga Dusun Turunan Desa Sobokerto Kecamatan Ngemplak ini, kematian ikan itu disebabkan lantaran perubahan cuaca ekstrem belakangan ini. Dia menyontohkan, saat siang hari, cuacanya sangat panas. Namun, sore harinya hujan. Kondisi ini dapat menyebabkan air menjadi keruh. Karena endapan air waduk akan naik.
”Jika endapan naik, air menjadi keruh, dan oksigen dalam air menjadi berkurang. Ikan akan mati karena kekurangan oksigen. Belum lagi jika jumlah ikan dalam karamba sudah overload, sehingga ikan gampang mati. Kalau sudah mati, ya terpaksa harus panen dini,” lanjut dia.
Petani lainnya, Walidi menyatakan, untuk mengurangi kematian ikan, salah satu solusinya adalah mengurangi pakan ikan. Biasanya dalam sehari, ikan diberi pakan dua kali sehari, pagi dan sore, tapi untuk saat ini dalam sehari hanya diberi pakan sehari satu kali.
”Pengalaman yang sudah-sudah, kalau sore kita beri pakan banyak, malam hujan, besok paginya, ikan sudah banyak yang mati,” ungkap Walidi.

5 Kecamatan di Boyolali Rawan Longsor


Boyolali – Memasuki musim penghujan, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana tanah longsor dihimbau untuk selalu waspada dan berhati-hati. Warga diingatkan untuk menjauh dari pemukiman bila hujan yang turun dengan durasi waktu 30 menit tidak kunjung berhenti. Pasalnya rawan terjadi tanah longsor.
Hal tersebut diungkapkan Kasi Kedaruratan BPBD Boyolali, Kurniawan Fajar Prasetyo, hujan lebat diperkirakan terjadi awal bulan depan hingga Maret 2014. Lamanya waktu hujan tersebut berpotensi terjadinya longsor. Dari hasil pemetaan yang dilakukan BPBD Boyolali untuk bencana tanah longsor tersebar di lima kecamatan, Selo, Musuk, Karanggede, Cepogo dan Klego. Khusus untuk wilayah kecamatan Selo, titik longsor hampir merata di seluruh desa.
“Bencana tanah longsor semakin meluas dan dampak yang ditimbulkan juga semakin parah, kondisi tanah yang labil, sangat membahayakan bagi warga yang bermukim disekitar lokasi,” ungkap Kurniawan Fajar, Jumat (25/10).
Dijelaskan, untuk wilayah pegunungan, seperti di Tarubatang Selo, yang berada di wilayah lereng Merbabu, kondisi tanah sangat tidak stabil. Selain itu lahan pertanian dan perumahan penduduk tanahnya mudah longsor. Setidaknya di wilayah Merapi-Merbabu ada ratusan rumah warga yang terancam bahaya tanah longsor terutama saat musim penghujan.
Selain di wilayah Selo, kondisi membahayakan juga mengancam wilayah Klego, warga yang tinggal di dekat Gunung Wijil terancam longsor. Apalagi di lokasi tersebut setiap musim penghujan, getaran dari gunung dari tanah yang tergerus banjir mengakibatkan rumah warga banyak yang retak.
“Kita ajak masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan lebih dini,” pungkas Kurniawan.