Sabtu, 13 September 2014

Akibat sulitnya mendapat Tenaga Kerja Petani Boyolali diperkenalkan Teknologi Rice Planstater

Kalangan petani mulai diperkenalkan teknologi terbaru dalam menanam tanaman padi. Teknologi ini bernama Rice Plantateratau alat mekanik penanam padi.
Pengenalan alat mekanik penanam padi tersebut mendapat sambutan positif puluhan petani di Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak, Kamis (11/9). Sejak pagi, para petani sudah menunggu guna melihat cara pengoperasian alat baru ini.
dok.timlo.net/nanin
Mereka juga diberi kesempatan untuk mencoba mengoperasikan secara langsung. Menurut Kabid Alsin Jateng, Heru Tamtomo, rice planstater diharapkan mampu menjawab kebutuhan petani, utamanya mempercepat penanaman padi. Pasalnya, jumlah tenaga kerja menanam padi secara manual terus menyusut. Para penanam padi didominasi kaum ibu. Untuk kalangan muda sendiri, saat ini sangat langka.

“Ironisnya, setelah tua, mereka tak ada yang menggantikannya,” ujar Heru ditemui di sela-sela ujicoba rice planstater.

Dijelaskan, remaja sekarang, lebih senang bekerja di toko modern atau mall, pabrik atau menjadi TKW ke luar negeri. Praktis, jumlah pekerja semakin berkurang. Dampaknya, para petani kesulitan mencari tenaga kerja untuk menanam padi.
Selain itu, pihaknya juga membandingkan biaya tanam manual dengan rice plastater. Berdasarkan hasil pengecekan ke sejumlah daerah, biaya tanam manual mencapai Rp 2,5 juta/ hektare. Biaya tersebut belum termasuk pengadaan benih padi. Sedangkan pemakaian rice planstater hanya dibebani sewa Rp 600.000 saja.
Di sisi lain, Camat Ngemplak, Sukamto menjelaskan, saat ini petani di wilayahnya kesulitan mendapatkan pekerja untuk menanam padi. Padahal, lebih dari 50 hektare lahan siap untuk ditanami padi pada musim tanam III ini. Mereka terpaksa mendatangkan tenaga kerja dari daerah lain, seperti Purwodadi.
“Harus ambil tenaga dari luar daerah, otomatis biaya yang dikeluarkan lebih tinggi,” ungkap Sukamto.
Salah satu petani, Harno (51) mengaku gembira dengan adanya alat penanam padi mekanik. Namun dia berharap ada bantuan pemerintah untuk pengadaan alat karena harganya mahal mencapai puluhan juta. Dia berharap, nantinya petani bisa menyewa untuk memakai alat itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar