Kamis, 28 Agustus 2014

Menjelang Kemarau 13 dari 20 Desa di Kecamatan Musuk Krisis Air Bersih

Sebanyak 13 desa dari 20 desa di Kecamatan Musuk, Boyolali, saat ini sudah dalam kondisi krisis air bersih. Ke 13 desa, di antaranya Jemowo, Sangup, Mriyan, Sumur dan Lanjaran, kondisinya paling parah bila musim kemarau tiba. Tandon atau bak-bak penampungan air milik warga sudah habis.
dok.timlo.net/nanin
Dijelaskan Camat Musuk, Totok Eko YP, desa yang paling parah mengalami krisis air setiap musim kemarau, berada di atas atau di seputaran lereng Merapi. Di desa-desa tersebut, setiap musim kemarau, diakui selalu langganan krisis air bersih. Dulunya, warga desa menggunakan sumber air Wonopedhut. Namun sejak erupsi Merapi 2010 lalu, sumber air rusak.
“Sejak erupsi itu, sumber air Wonopedhut sudah tidak bisa dimanfaatkan warga, sehingga diatas sana sama sekali tidak ada sumber air, warga yang mampu terpaksa membeli air dalam tangki, sedangkan lainnya sangat mengandalkan bantuan droping air,” ungkap Totok ditemui saat menerima bantuan air dari Kelompok Gowes Soloraya, di kantor Kecamatan Musuk, Rabu (27/8).

Diakui, kebutuhan air bagi warga paling banyak digunakan untuk ternak mereka, sapi. Sedangkan kebutuhan untuk rumah tangga, seperti minum,memasak dan mandi, tidaklah begitu banyak.
“Kalau hanya untuk kebutuhan rumah tangga, tandon air mereka masih bisa mencukupi, tapi untuk ternak ya tidak mencukupi,” imbuh Totok.
Di sisi lain, Kelompok Gowes Soloraya, hari ini, mulai membagikan 16 tangki air untuk tujuh desa di Kecamatan Musuk. Koordinator Gowes Soloraya, Luwarno, mengungkapkan bantuan air bersih bagi warga Musuk sebagai bentuk kepedulian anggotanya atas krisis air di musim kemarau ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar