Kamis, 28 Agustus 2014

Boyolali diawal 2014 ini Surplus Padi

Surplus beras di Boyolali mengalami peningkatan tiap tahun. Pengendalian hama dan pendayagunaan sarana pertanian menjadi kunci dalam meningkatkan produksi padi.


Kepala Badan Ketahanan Pangan Boyolali, Juwaris, Rabu (27/8) menjelaskan, produksi padi petani masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras masyarakat, yang tiap bulannya mencapai rata-rata 75 ribu ton. Bahkan berdasarkan evaluasi bulanan sampai dengan bulan Juni lalu, Boyolali surplus beras sebanyak 72.263 ton. Produksi padi di Boyolali cukup produktif, sebab petani di Boyolali mampu melakukan tiga kali masa tanam dalam setahun. 

"Dari januari sampai Oktober, tiap bulannya petani selalu melakukan panen. Surplus teringgi terjadi pada bulan Juni lalu, yakni sebanyak 25 ribu ton," terang Juwaris. 
 
Sementara untuk evaluasi tahunan, surplus beras di Boyolali mengalami peningkatan. Tercatat surplus produksi beras mengalami peningkatan, dari hanya sebesar 24 ribu ton pada tahun 2011 menjadi 55 ribu ton pada pada 2013 lalu. Sedang pada tahun 2014 ini, diperkirakan Boyolali mampu surplus beras sebanyak 60 ribu ton. 

"Jumlah tersebut didapat dari rata-rata produksi padi bulanan dikurangi rata-rata konsumsi per bulan, termasuk di bulan November dan Desember, dimana petani tak melakukan panen padi," jelasnya.

Peningkatan surplus beras tersebut. Imbuhnya, karena keberhasilan dalam sarana produksi, yakni pengendalian hama dan keterbatasan tenaga yang ditutup dengan mesin. 

Meski begitu, Juwaris tak memungkiri masih ada permasalahan, utamanya dalam pola tanam petani. Di wilayah Banyudono misalnya, potensi serangan hama wereng sangat tinggi. Hal itu disebabkan pola tanam antar petak yang berbeda-beda, sehingga wereng selalu punya ekosistem untuk berkembang biak. Sulitnya menerapkan pola tanam serempak disebabkan petani menanam padi di lahan sewa. Sehingga sehabis panen, lahan langsung ditanami kembali tak menunggu yang lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar